Maksimalkan Peran Pusdalops-PB Sebagai Penyuplai Data Akurat

Pegawai Pusdalops-PB BPBD Provinsi Jatim saat memantau kondisi wilayah Jatim. Peran Pusdalops-PB sangat vital saat terjadi bencana.

Pegawai Pusdalops-PB BPBD Provinsi Jatim saat memantau kondisi wilayah Jatim. Peran Pusdalops-PB sangat vital saat terjadi bencana.

Belajar dari Kesuksesan Penanganan Erupsi Kelud (bagian 2- habis)

Hanya dalam kurun waktu satu tahun pasca erupsi Gunung Kelud 13 Februari 2014, semua sudah kembali normal. Roda kehidupan masyarakat Kediri dan sekitarnya berjalan lancar seolah tak pernah terjadi dahsyatnya erupsi Kelud. Aktivitas pertanian, peternakan hingga pariwisata berjalan seperti sediakala.

Zainal Ibad, Harian Bhirawa

Cepatnya penanganan erupsi Kelud itu tak bisa dipisahkan dari peran Pusat Pengendalian dan Operasional Penanggulangan Bencana (Pusdalops-PB). Meski kerjanya dibalik layar, namun memiliki peran vital dalam menyukseskan penanggulangan bencana. Baik sebelum bencana, saat bencana maupun setelah bencana. Peran vital Pusdalops-PB itu juga terlihat saat penanganan erupsi Gunung Kelud.
Menurut Supervisor Pusdalops-PB BPBD Provinsi Jawa Timur, Abdul Hamid, saat erupsi Kelud terjadi, Pusdalops-PB BPBD Jatim diaktifasi menjadi Pusat Komando Tanggap Darurat yang diketuai Sekdaprov Jatim, Dr H Akhmad Sukardi MM dan bermarkas di Gedung Negara Grahadi, Surabaya. Meski diaktifasi, namun fungsi Pusdalops-PB tetap jalan dan justru semakin kuat. Sebab Pusdalops-PB merupakan bagian dari Komando Tanggap Darurat yang tugasnya mengumpulkan data maupun menjalin komunikasi dengan daerah yang terdampak erupsi.
Semua data yang dibutuhkan untuk penanganan erupsi Kelud, Pusdalops-PB yang menyediakan. Seperti jumlah daerah terdampak, korban, pengungsi, kerugian, kebutuhan pokok pengungsian, hingga data kerusakan apa saja yang disebabkan erupsi, Pusdalops-PB BPBD Jatim dan kabupaten/kota saling berkoordinasi untuk menyuplai.
“Pusdalops-PB memberikan data yang akurat, sehingga bantuan yang dikirim bisa tepat sasaran. Jika data itu salah, tentu akan berbahaya dan bantuan tidak tepat sasaran. Makanya kita kroscek dan verifikasi dulu semua data yang masuk sebelum kita serahka ke pihak-pihak terkait,” jelas Hamid.
Setelah terjadinya erupsi, Pusdalops-PB BPBD Provinsi Jatim mencatat jumlah pengungsi mencapai 87.629 orang yang tersebar di lima daerah. Yakni di Kabupaten Kediri 39.018 orang yang tersebar di 82 lokasi pengungsiam, Kabupaten Blitar 8.193 orang yang mengungsi di tiga lokasi, Kabupaten Malang 25.151 orang tersebar di 81 pengungsian, Kabupaten Jombang 708 orang di enam lokasi pengungsian dan Kota Batu 14.559 orang yang tinggal di 45 pengungsian.
Pusdalops-PB BPBD Provinsi Jatim juga mencatat ribuan hektare tanaman pertanian rusak ditutup debu vulkanik. Diperkirakan kerugian mencapai Rp136 miliar dan lahan yang mengalami kerusakan mencapai 18.502,6 hektare. Jika dirinci, tanaman cabai seluas 8.088 hektare, padi 4.010 hektare, tebu 3.298 hektare, cengkeh 854,1 hektare, kopi 490 hektare, kakao 268,5 hektare dan jagung mencapai 1.494 hektare.
Sementara data kerusakan rumah dan harus diperbaiki awalnya sebanyak 8.595 rumah. Diantaranya 2.207 rusak ringan, 2.093 rusak sedang dan 4.295 rusak berat. Namun jumlah itu terus bertambah hingga mencapai 14 ribu lebih rumah yang harus diperbaiki Pemprov Jatim bersama TNI dan Polri.
Dengan akuratnya data yang diberikan Pusdalops-PB tersebut, bantuan untuk para pengungsi maupun kerusakan lainnya bisa diberikan dengan cepat dan tepat. Bayangkan jika data-data tersebut tidak akurat dan simpang siur, niscaya kesemprawutan penanganan erupsi tak terelakkan. Bahkan yang paling mengkhawatirkan adalah keselamatan para pengungsi tak terurus.
Pusdalops-PB Standby 24 Jam
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Nomor 15 Tahun 2012, Pusdalops-PB memilik banyak tugas. Diantaranya, melakukan pantauan kejadian bencana, cuaca, titik api, tinggi muka air, tinggi gelombang, gempa, tsunami melalui BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika); kondisi gunung api melalui PVBMG (Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi); informasi terkait lainnya baik dari dalam maupun luar negeri yang menyediakan informasi kebencanaan dan laporan-laporan yang berhubungan dengan tugasnya.
Seperti dari Lapan (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional), Kementerian Kehutanan, Centre for Remote Imaging, Sensing and Processing (CRISP), National University of Singapore (NUS), InaTEWS, National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), Pacific Tsunami Warning Center (PTWC). Informasi yang didapat dari lembaga tersebut lantas dicatat ke dalam log book.
Tugas lain Pusdalops-PB yakni, melakukan pantauan dengan mengakses situs, tayangan televisi, siaran radio di media elektronik, maupun cetak yang berkaitan dengan kebencanaan dan tugas-tugasnya dan kemudian mencatat di log book. Kemudian komunikasi dengan Pusdalops-PB lainnya, utuk verifikasi, cross check, pemutakhiran data dengan menggunakan radio komunikasi, telepon dan peralatan komunikasi lainnya.
Selain itu juga menerima, menyiapkan berita atau informasi dan menginformasikan secepatnya tentang peringatan dini dan perkembangan kondisi mutakhir penanggulangan benana serta diverifikasi kepada pejabat berwenang di BNPB/BPBD menggunakan alat komunikasi yang tersedia. Kemudian, memproduksi peta-peta tematik dan database sesuai dengan kebutuhan, mampu mengatasi permasalahan minor sarana informasi dan komunikasi, melakukan perawatan harian dari sarana dan peralatan kerja yang dimiliki hingga menyiapkan laporan harian.
Dengan banyaknya tugas yang diemban Pusdalops-PB itu, sudah seharusnya daerah yang memiliki kawasan rawan bencana membuat Pusdalops-PB yang kuat. Sebab saat ini masih ada beberapa daerah di Indonesia termasuk Jatim belum memiliki Pusdalops-PB, seperti yang dimiliki BPBD Provinsi Jawa Timur dan BNPB.
Hingga kini di Jatim masih ada beberapa daerah yang belum mendirikan Pusdalops-PB. Daerah itu yakni Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sumenep, Kabupaten Ngawi dan Kota Probolinggo. “Tapi hakikatnya ke-35 daerah di Jatim yang saat ini ada BPBD sudah punya standar minimal Pusdalops-PB. Yaitu ruang operasional, sarana dan prasarananya seperti telepon, fax dan media sosial. Sebanyak 80 persen Pusdalops-PB yang ada di Jatim standby 24 jam. Termasuk Pusdalops-PB milik BPBD Provinsi Jatim,” terangnya.
Pasca erupsi Kelud, Posdalops-PB BPBD Provinsi Jatim semakin memperkuat perannya dalam penanggulangan bencana di Jatim. Caranya dengan membuka posko Pusdalops-PB yang tujuan utamanya untuk memantau kondisi wilayah di Jatim. Pembangunan posko ini dikelola BPBD Jatim bersama dengan TNI, Polri, Komunitas Radio Amatir (ORARI) dan RAPI dengan menghimpun sejumlah informasi melalui radio-radio komunitas.
“Masyarakat yang memiliki informasi seputar kebencanaan dapat menyampaikannya ke Posko Pusdalops yang berada di kantor BPBD Jatim, Jalan Letjend S Parman nomor 55 Waru, Sidoarjo. Setiap harinya delapan orang tim disiagakan dalam posko pusdalops selama 24 jam penuh selama tujuh minggu guna memantau kondisi di wilayah Jatim,” kata Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Jatim, Drs Sudarmawan MM.
Dia mengatakan, posko Pusdalops memantau setiap perkembangan potensi terjadinya semua bencana di Jatim, Mulai dari banjir, tanah longsor, gunung meletus, dan gempa bumi. Hasilnya akan dilaporkan tim secara update setiap hari sekali. Laporan harian ini selanjutnya dikirimkan ke Gubernur dan akan dibuatkan laporan mingguan. Bahkan jika terjadi bencana bisa segera dilakukan langkah penanganan baik dari BPBD Kabupaten yang memiliki wewenang penuh, dan BPBD Jatim terkait dampak meluasnya bencana ke sejumlah kabupaten/kota di Jatim.
Jika disederhanakan, tugas Pusdalops-PB itu meliputi, sebelum bencana; memberikan dukungan kegiatan pada saat sebelum bencana yaitu pengumpul, pengolah, penyaji data dan informasi kebencanaan secara rutin. Saat bencana tugasnya memberikan dukungan pada Posko Tanggap Darurat dan Pelaksanaan Kegiatan Darurat. Sedangkan pasca bencana tugasnya memberikan dukungan kegiatan pada saat setelah bencana terjadi seperti, penyedia data dan informasi khususnya dalam pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi.
Jadi Rujukan Dunia
Kesuksesan Indonesia dalam penanggulangan bencana, khususnya erupsi Kelud pun tersebar keseluruh penjuru dunia. Berbagai ahli vulkanologi dunia memberikan apresiasi dan berbondong-bondong belajar apa saja yang telah dilakukan Indonesia dalam penangananan erupsi Kelud. Salah satunya ahli vulkanologi Jepang, Mr Jibiki.
Dia mengatakan, para ahli vulkanologi Jepang menyampaikan apresiasi yang sangat tinggi terhadap keberhasilan pemerintah Indonesia dalam melakukan penanggulangan bencana alam erupsi Gunung Kelud yang dahsyat, namun tanpa menimbulkan satu korban jiwa. Oleh karena itu Jepang dirasa perlu belajar terkait sistem informasi bencana Kelud yang begitu cepat dan tanggap, serta dapat dimengerti dan dilaksanakan secara terpadu oleh seluruh stakeholders kebencanaan.
Tak hanya dari Jepang, Indonesia juga dijadikan rujukan (role model) negara-negara berkembang dalam penanggulangan bencana. Keberhasilan Indonesia melakukan penanggulangan bencana telah menginspirasi negara-negara berkembang untuk menjadikan contoh dalam penangana bencana di negaranya.
Menurut Direktur Divisi untuk Asia, Amerika Latin dan Eropa USAID’s Office of US Foreign Disaster Assistance (USAID/OFDA), James Fleming, sejak bencana tsunami Aceh 2004, Indonesia mengalami kemajuan yang luar biasa dalam penanggulangan bencana. Penanganan bencana dapat dilakukan dengan baik, seperti gempa Yogyakarta 2006, gempa Sumatera Barat 2009, erupsi Gunung Merapi 2010 dan erupsi Gunung Kelud 2014.
Berkat prestasi itu, pemerintah Amerika Serikat melalui USAID/FODA terus berkomitmen membantu Indonesia dalam penanggulangan bencana. Sejak 2013-2015, total bantuan USAID/OFDA ke Indonesia, baik untuk pengurangan risiko bencana dan bantuan darurat bencana mencapai lebih dari US$ 25,4 juta.
Kepala BNPB, Willem Rampangile mengatakan, Pemerintah Indonesia sangat komitmen menanggulangi bencana dengan serius. Ini sebagai wujud bahwa negara hadir melindungi rakyatnya. Bahkan penanggulangan bencana menjadi salah satu prioritas dalam pembangunan nasional. Artinya masalah bencana menjadi arus utama dalam pembangunan di semua sektor.
“Indonesia siap membantu negara-negara lain untuk sharing pengalaman. Kita tinggal di satu planet Bumi yang harus saling tolong menolong. BNPB memiliki pusat pelatihan penanggulangan bencana berkelas dunia bernama InaDRTG (Indonesia Disaster Relief Training Ground) yang dapat digunakan belajar bersama,” katanya.

                                                                                                       ————- *** ————–

Tags: