Mampu Pikat Menhub, Diundang untuk Mengisi Gedung Kementerian hingga Bandara

Bupati Abdullah Azwar Anas saat mendampingi Menhub Budi Karya Sumadi meninjau Bandara Blimbingsari, Sabtu (31/12) lalu. Menhub antusias melihat sejumlah furnitur yang mengisi terminal hijau di bandara.

Bupati Abdullah Azwar Anas saat mendampingi Menhub Budi Karya Sumadi meninjau Bandara Blimbingsari, Sabtu (31/12) lalu. Menhub antusias melihat sejumlah furnitur yang mengisi terminal hijau di bandara.

Karya Perajin Banyuwangi

Kabupaten Banyuwangi, Bhirawa
Furnitur Banyuwangi kian mendapat pengakuan. Setelah banyak diekspor ke sejumlah negara dan mengisi pasar di berbagai kota besar di Indonesia, kini pemerintah melalui Kementerian Perhubungan juga kepincut membawa karya perajin dari daerah paling Timur Pulau Jawa itu untuk dipamerkan.
Kedatangan Menteri Perhubungan ke Banyuwangi akhir pekan lalu membawa berkah terhada para perajin furnitur setempat. Para perajin di sana akan mendapatkan tempat untuk memamerkan karyanya di Gedung Kementerian Perhubungan dan bandara-bandara di seluruh Indonesia.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengungkapkan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi tertarik pada furnitur karya para perajin di daerah paling timur Pulau Jawa itu.
“Menhub mengapresiasi karya perajin Banyuwangi, dan beliau mengundang perajin sini untuk mengisi gedung Kementerian Perhubungan. Bahkan, tidak menutup kemungkinan, nanti mengisi di bandara-bandara. Kami sangat berterima kasih karena itu bisa menggerakkan ekonomi warga Banyuwangi, khususnya kalangan perajin,” ujar Anas kepada Kantor Berita Antara di Banyuwangi, Selasa (3/1).
Abdullah Azwar Anas mengatakan, kunjungan Menhub Budi Karya Sumadi pada akhirnya membawa angin segar bagi perajin furnitur. Saat melihat sejumlah furnitur yang mengisi terminal hijau Bandara Blimbingsari, pendopo kabupaten dan sejumlah hotel, Budi Karya menyatakan tertarik.
Dia mengatakan dari kunjungan Menhub, Karya para perajin furnitur di Kabupaten Banyuwangi kian mendapat pengakuan, setelah sebelumnya banyak memasok hotel dan properti di Jakarta, Bali, Surabaya, dan bahkan hingga ke Jepang dan Australia.
Anas mengatakan, sektor furnitur di Banyuwangi merupakan salah satu bagian dari ekonomi kreatif yang terus tumbuh. Karya para perajin itu telah banyak diakui. Terbukti telah banyak diekspor ke sejumlah negara dan mengisi pasar di berbagai kota besar di Indonesia.
“Furnitur Banyuwangi punya nilai artistik tersendiri, presisi, dan rapi. Insya Allah dengan semakin tumbuhnya pasar, mereka menjunjung tinggi kesepakatan bisnis. Pengiriman, bentuk barang, semuanya sesuai kesepakatan. Karya para perajin furnitur itu juga bisa dibeli melalui situs belanja UMKM banyuwangi-mall.com,” ujar Anas.
Ia memaparkan, selama ini di sejumlah ruang publik di Banyuwangi memang dijadikan etalase produk-produk kreatif. Salah satu tujuannya adalah untuk menarik minat para tamu yang semakin banyak berkunjung ke daerah berjuluk The Sunrise of Java itu.
Selain para pejabat kementerian dan BUMN, kata Anas, para tamu lainnya adalah delegasi pemerintah daerah lain yang banyak berkunjung untuk melakukan studi banding.
“Memang ruang publik, seperti bandara, pendopo, dan lounge pelayanan publik kita jadikan etalase. Tamu yang berkunjung bisa langsung merasakan. Jika berminat, silakan membeli langsung ke perajinnya, pemkab tidak ikut-ikut dalam jual beli itu. Tugas kami hanya ikut membantu promosi. Terbukti banyak tamu yang berminat membeli, termasuk yang terakhir adalah Menhub setelah berkunjung ke Banyuwangi akhir pekan lalu,” tutur Anas.
Sementara Kepala Bagian Humas Pemkab Banyuwangi Juang Pribadi menambahkan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor-sektor ekonomi kreatif tumbuh pesat di Banyuwangi.
Dia mengatakan industri furnitur tumbuh hampir 60 persen dari Rp 193 miliar (2010) menjadi Rp 304,1 miliar (2014). Industri kayu, barang anyaman bambu, rotan dan sejenisnya tumbuh hampir 50 persen dari Rp 634 miliar menjadi Rp 941 miliar.
Adapun sub sektor ekonomi kreatif lainnya, seperti kuliner tumbuh 70 persen dari Rp 475,76 miliar (2010) menjadi Rp 811,7 miliar (2014). Adapun sektor jasa lainnya yang di dalamnya ada sub sektor kesenian, hiburan, dan rekreasi tumbuh dari Rp 403 miliar menjadi Rp 564 miliar. [Rachmad Caesar]

Tags: