Manfaatkan Bonus Demografi, Jatim Jalankan Empat Strategi

Pemprov Jatim, Bhirawa
Pemprov Jatim telah menyiapkan empat strategi mencakup bidang pendidikan dan kesehatandalam rangka menyambut bonus demografi yang diprediksi terjadi pada 2020-2030 nanti. Bonus demografi di Indonesia terjadi dengan proporsi jumlah usia angkatan kerja dengan usia 15-64 tahun mencapai 70 persen.
Langkah pertama yakni dengan meningkatkan kualitas tenaga kerja lewat pendidikan. Kedua yaitu memberi peluang gender, sehingga perempuan mendapat kesempatan yang sama dalam pembangunan ekonomi. Ketiga yakni menambah peluang lapangan kerja, dan yang keempat pasangan usia subur ikut dalam program Keluarga Berencana (KB) atau dua anak cukup.
“Jatim adalah provinsi dengan laju penduduk yang rendah yaitu 0,61 persen dan Total Fertility Rate (TFR)-nya hanya 1,9 persen. TFR Jatim cukup rendah karena rata-rata perempuan usia suburnya bekerja sehingga mereka bisa melakukan kontrol sendiri,” kata Gubernur Jatim Dr H Soekarwo, Rabu (26/7).
Khusus strategi di bidang pendidikan, Pakde Karwo, sapaan karib Gubernur Soekarwo, menyampaikan, Pemprov Jatim sejak 2013 telah melakukan restrukturisasi pendidikan dengan mengubah proporsi sekolah umum dan sekolah kejuruan. Restrukturisasi ini, lanjut Gubernur untuk mendapatkan angkatan kerja yang siap pakai hingga mengurangi pengangguran .
Sebelumnya, lanjutr Gubernur Soekarwo, perbandingan jumlah SMU yang lebih banyak daripada SMK, perbandingan SMU:SMK awalnya yakni 62 banding 38 persen.   Namun sejak berbagai langkah yang telah dilakukan Pemprov maka pada 2015 perbandiang SMU:SMK menjadi 35 persen banding 65 persen.
“Pada akhir 2019 perbandingan ideal antara SMU:SMK harus bisa dicapai yakni 30 persen banding 70 persen. Langkah detailnya juga telah kita persiapkan dengan matang,” tegasnya.
Lebih lanjut disampaikan, dari 2011 SMK yang ada di Jatim milik Pemprov sebanyak 290 SMK dan telah terstandarisai. Sedangkan sisanya adalah milik swasta, dan ada 1018 SMK swasta yang harus dibenahi.
Saat ini, Pemprov juga fokus untuk melakukan perbaikan pada SMK tersebut dengan memberi bantuan sarana prasarana yang memenuhi standar. “Sekarang sudah pembenahan SMK telah mencapai 20 hingga 25 persen. Oleh sebab itu Jatim juga telah menjadi percontohan implementasi pendidikan vokasional nasional,” terangnya.
Pakde Karwo menjelaskan, data terakhir menyebut sebanyak 38 persen tenaga kerja di Jatim yakni tenaga unskill yang hanya lulusan SD tidak lulus SMP. Oleh sebab itu Pemprov menggagas pembentukan SMK Mini. Ada sekitar 262 SMK Mini yang khususnya berada di pondok pesantren, telah mampu mencetak 54 ribu tenaga terampil per paketnya.
“Awal desainnya tenaga kerja terampil tersebut kita persiapkan untuk siap dikirim ke luar negeri,namun faktanya hampir 60 persen banyak yang jadi pengusaha. Karenanya  dorongan kami adalah mereka bisa bekerja di industri setelah melakukan  panen,” pungkasnya. [iib]

Tags: