Manfaatkan Fenomena Istiwa, Siswa SDM 24 Belajar Ilmu Falaq

Sebanyak 100 siswa kelas III, IV, V dan VI siswa SD Muhammadiyah 24 Ketintang belajar Ilmu Falaq yakni menentukan waktu salat dzuhur berdasarkan fenomena Istiwa di Kota Surabaya.

Ramai-ramai Menentukan Waktu Salat Dzuhur
Surabaya, Bhirawa
Bertepatan dengan Matahari melintasi titik Zenith di Surabaya yang jatuh pada Rabu (11/10) kemarin, sebanyak 100 siswa kelas III, IV, V dan VI siswa SD Muhammadiyah 24 Ketintang belajar Ilmu Falaq yakni menentukan waktu salat dzuhur berdasarkan fenomena Istiwa di Kota Surabaya.
Para siswa SD Muhammadiyah 24 Ketintang ini dibantu mahasiswa Prodi Hukum Keluarga Islam Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya. Menurut Ketua Prodi Hukum Keluarga Islam UM Surabaya, Gandhung Fajar Panjalu MHI, akibat dari fenomena alam yang disebut Istiwa adalah pada saat matahari tepatĀ  pada titik zenith maka seluruh benda yang berdiri tegak lurus terlihat tidak memiliki bayangan. Karena sinar matahari dating tepat dari atas secara pada seluruh permukaan benda yang dapat disinari cahaya matahari.
“Dalam Ilmu Falak, fenomena ini disebut Istiwa. Manfaat mengetahui fenomena ini untuk mengukur ketepatan awal waktu masuknya salat dzuhur sebagaimana disebutkan di dalam Alquran surat Al Isra ayat 78 yang menyatakan ”Dirikanlah salat dari tergelincirnya matahari sampai gelapnya malam dan laksanakan pula salat subuh. Sungguh, salat subuh itu disaksikan para malaikat”” papar Ustadz Fajar-sapaan akrab pengajar UM Surabaya ini. Ustadz Fajar yang juga menguasai Ilmu Astronomi Islam atau Ilmu Falaq ini menjelaskan, pada Hari Rabu (11/10) kemarin matahari melintasi titik zenith di Surabaya, sehingga warga Surabaya dapat melihat matahari berada tepat di atas kepala. Fenomena alam ini terjadi di Surabaya sebanyak dua kali dalam satu tahun. Pada tahun 2017 ini terjadi pada 2 Maret puku; 11.42 dan 11 Oktober pada pukul 11.16 dengan toleransi waktu 1 menit hingga 2 menit dan satu hari. Pada saat itu, Matahari berada pada sudut 89,9 derajat.
Sementara itu, Humas SD Muhammadiyah 24, Achmad Zainuri Arif SPd menambahkan, dengan praktik dan mengalami langsung penentuan waktu salat dzuhur dari sinar matahari dan bayangan benda. Maka diharapkan kedepannya para siswa bisa mengerti dan mengetahui berbagai cara untuk menentukan waktu salat. Padahal biasanya para siswa mengetahui waktu salat dari lihat jam atau mendengarkan adzan, sehingga setelah praktik langsung anak-anak bisa melakukan percobaan sendiri. [fen]

Tags: