Manfaatkan Gerhana Matahari Cincin untuk Literasi dan Rekreasi

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa bersama masyarakat Surabaya melihat fenomena gerhana matahari cincin di area Masjid Agung Surabaya. [trie Diana]

Surabaya, Bhirawa
Peristiwa gerhana matahari cincin yang melintas di atas langit Surabaya dimanfaatkan banyak masyarakat untuk melakukan pengamatan. Tak terkecuali oleh Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa dan ribuan masyarakat yang melihat fenomena langka dari Masjid Agung Surabaya, Kamis (26/12).
Di Surabaya, pengamatan gerhana matahari cincin dilakukan sejak pukul 10.00 hingga 14.00 WIB. Selain melakukan pengamatan proses tertutupnya matahari oleh bulan, masyarakat juga menggelar salat gerhana. Dalam kesempatan itu, Khofifah Indar Parawansa menjelaskan, kegiatan nobar gerhana matahari cincin dan salat gerhana menjadi referensi bagi masyarakat terutama anak-anak tentang fenomena gerhana.
Bahkan, nobar ini selain menjadi sarana literasi juga menjadi sarana rekreasi bagi mereka yang hari ini sedang liburan sekolah. “Kita bersama-sama melakukan salat gerhana matahari dan kemudian melakukan takbir dan beristighfar. Karena itulah yang dianjurkan oleh Alquran jika melihat gerhana baik matahari maupun gerhana bulan,” tutur Khofifah.
Mantan Menteri Sosial ini menyebut fenomena gerhana matahari cincin ini menjadi bagian tanda dari kekuasaan Allah yang ditujukkan pada seluruh umat manusia. Agar manusia selalu ingat bahwa ada kekuatan Allah yang mengatur seluruh alam semesta.
“Salat gerhana menjadi bagian dari spiritualitas yang harus terus kita seimbangkan dengan berbagai ikhtiar-ikhtiar duniawi yang menjadi profesi dan tugas fungsi kita masing-masing,” tutur dia.
Tak hanya mendirikan salat gerhana, dalam kesempatan langka ini, Masjid Nasional Al Aknar juga menyediakan sembilan teleskop dan 99 kacamata filter gerhana matahari untuk memudahkan masyarakat melakukan pengamatan gerhana.
Fasilitas tersebut menarik ribuan masyarakat untuk melakukan pengamatan gerhana matahari cincin di Masjid Nasional Al Akbar. Menurut Khofifah meski gerakan nobar gerhana tidak diserukan dilakukan di seluruh daerah di jawa Timur, namun ia menyebut edukasi tentang fenomena harus terus diviralkan.
Agar anak-anak tak lagi takut saat ada gerhana dan mitos melihat gerhana anak membutakan mata bisa kian digerus. Terlebih dengan adanya peralatan-peralatan canggih seperti teleskop ataupun kacamata khusus yang kini sudah ada kian memudahkan masyarakat melakukan pengamatan gerhana. “Ini kali kedua saya mengamati gerhana, terakhir sebelum ini saya berkesempatan melihat gerhana matahari di Lembang,” ucap Khofifah Indar Parawansa.
Terpisah, pengamatan fenomena gerhana matahari cincin juga dimanfaatkan oleh komunitas Surabaya Astronomi Club (SAC) yang melakukan pengamatan di Taman Hutan Pakal. Koordinator SAC Arga Catur menuturkan, peristiwa ini menjadi kesempatan untuk komunitasnya mempelajari lebih dalam mengenai fenomena langka tersebut. Pihaknya bersama rekan-rekan di komunitasnya membagi beberapa titik pengamatan di wilayah Surabaya.
Setidaknya ada lima titik yang dilakukan pengamatan gerhana matahari cincin ini. Di antaranya ialah Taman Hutan Pakal, Taman Surabaya, SPBU Simo, UIN Sunan Ampel dan Jl HR Muhammad. “Kami menyiapkan teleskop dan kacamata matahari untuk memberi kesempatan masyarakat yang juga ingin menonton,” tutur dia.
Arga Catur mengakui, fenomena gerhana matahari tahun ini dapat diamati dengan ukuran cukup besar. Hal itu dikarenakan lokasi yang dilintasi gerhana matahari sesungguhnya di wilayah Jambi yang cukup dekat dengan Jatim. “Kalau gerhana matahari sebelumnya kan jauh di Kalimantan dan Sulawesi. Kalau tahun ini cukup besar. Kita bisa melihat jam 11.00 sekitar 60 – 70 persen,” pungkas Arga. [tam]

Tags: