Manfaatkan Sensor Ultrasonik dan Tenaga Surya untuk Deteksi Objek

Jarot Bangun Purnomo

Jarot Bangun Purnomo
Perkembangan teknologi dimanfaatkan dengan baik oleh salah satu mahasiswa Universitas 17 Agustus (Untag) Surabaya. Sebagai mahasiswa Teknik Informatika, ia mampu membuat sebuah terobosan inovasi, dengan menciptakan sebuah tongkat yang mampu mendeteksi halangan (objek) dengan memanfaatkan sensor ultrasonik dan tenaga surya. Jarot Bangun Purnomo ialah mahasiswa yang menciptakan tongkat yang dikhususkan untuk penyandang tunanetra.
Ditemui bhirawa kemarin, (26/2) ia mengungkapkan, jika inspirasi mulanya pembuatan inovasi tersehut berdasar dari ikatan pertemanan yang ia jalin dengan seseorang dengan ‘Low Vision’ ketika duduk di bangku SD. Keprihatinannya semakin terenyuh, ketika dengan segala keterbatasannya, temannya mampu menjadi siswa yang berprestasi di angkatannya.
“Dia dengan Low Visionnya, tergolong siswa yang cukup pintar dikelas. Namun dengan segala keterbatasannya dia harus dibantu ibunya untuk pergi kesekolah” tuturnya.
Sejak saat itu, lanjutnya ia mulai mempelajari bidang keilmuan teknologi informatika. Ia mulai terfokus dengan hal-hal yabg berkaitan dengan teknologi informatika ketika duduk di bangku SMP. “Saya mulai berpikir keras, teknologi apa yang menjadi solusi sehingga dapat membantu mereka dalam berjalan,” ungkapnya.
Dan pada akhirnya tambahannya, saya menemukan teknologi ini (tongkat pendeteksi, red) sebagai solusi untuk mereka. Meskipun, belum dilakukan ujicoba pada penyandang tunanetra, ia berdalih akan terus mengembangkan inovasi teknologi tongkat pendeteksi hingga layak dan sempurna.
Dalam proses pembuatannya, mahasiswa semester 9 ini membutuhkan dua sensor ultrasonik untuk mendetekai objek yang akan mendekat atau didekati oleh tunanetra ketika berjalan. Selain itu, tambahnya ia juga menggunakan teknologi arduino UNO yang berperan sebagai otak perintah sensor dalam mendeteksi halangan (objek). Laki-laki kelahiran 24 tahun yang lalu ini menjelaskan, jika cara kerja sensor pada prinsip nya menggunakan cara kerja pandangan kelelawar.
“Konsep pandangan sensor seperti kelelawar” katanya.
Di mana, jelasnya ketika tongkat digunakan dan mendekati sebuah objek (benda mati, manusia, hewan dan sebagainya) secara otomatis sensor akan menangkap dan memancarkan sebuah gelombang. Maka, dengan begitu sinyal receiver akan mengeluarkan outputan berupa getaran dan bunyi beep kepada pengguna tongkat (tunanetra).
Laki-laki yang akrab disapa Jarot ini membutuhkan waktu selama dua bulan dalam penyelesaian teknologi tongkat deteksi yang dibuatnya. Putra dari Suparno Argo Cahyono, ini memaparkan teknologi tongkatnya ini merupakan pengembangan dari teknologi sebelumnya. Di mana, dalam hal ini dia memanfaatkan tenaga surya dalam pengisian daya tongkat.
Diakuinya pemanfaatan tenaga surya bisa bertahan hingga 4 hari dengan daya hingga 1500mA dengan asumsi di gunakan secara non-stop dan di nyalakan secara terus menerus.
“Jika tongkat digunakan di luar ruang, dan terkena sinar matahari secara otomatis ini akan mengisi dayanya dengan sendirinya. Dan ini bisa digunakan dalam keadaan padam” jelasnya.
Meskipun begitu, lanjut dia tongkat pendeteksi yang ia buat masih belum bisa digunakan untuk keadaan hujan atau cuaca buruk.
“Teknologi yang saya gunakan masih standart, saya ingin mengembangkan agar tongkat ini memiliki teknologi waterproof” harapnya.
Selain itu, kedepannya pihaknya berjarap bisa mengembangkan teknologi tongkat pendeteksi halangan (objek) dari segala arah dengan sudut hingga 180 derajat. Serta ingin mebuat packaging teknologi tongkatnya lebih fleksibel dan rapi sehingga bisa untuk digunakan dengan layak oleh penyandang tunanetra. [ina]

Tags: