Manfaatkan Sungai Brantas, Miliki PLTMH yang Beroperasi di Kampus

Selain memiliki PLTMH, UMM juga mengembangkan energi alternatif biodiesel. Energi alternatif yang dikembangkan ini  menarik minat salah satu perusahaan swasta di Korea Selatan dan Kroasia untuk bekerjasama.

Selain memiliki PLTMH, UMM juga mengembangkan energi alternatif biodiesel. Energi alternatif yang dikembangkan ini menarik minat salah satu perusahaan swasta di Korea Selatan dan Kroasia untuk bekerjasama.

Kabupaten Malang, Bhirawa
Kinerja Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiyah Malang meraih predikat Cluster Mandiri dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DP2M) Dirjen Dikti Kemendikbud RI.
Satu lagi prestasi diukir dari perguruan tinggi di Malang. Lembaga Penelitian UMM mendapat prestasi sebagai salah satu dari 14 Perguruan Tinggi di Indonesia yang meraih predikat Cluster Mandiri.  Penghargaan itu diberikan setelah dilakukan visitasi dan verifikasi oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DP2M) Dirjen Dikti Kemendikbud RI.
Direktur Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Dr Vina Salviana  mengatakan bahwa raihan predikat Cluster Mandiri dengan tiga bintang emas ini naik dua peringkat dari status sebelumnya, yakni Cluster Madya.
“Artinya kita melompat satu strip. Harusnya dari Cluster Madya naik dulu ke Cluster Utama, namun karena kinerja penelitian UMM kian menggembirakan, statusnya langsung lompat ke Cluster Mandiri dengan tiga bintang emas,” kata Vina menjelaskan akhir pekan lalu.
Lebih lanjut, Vina mengatakan dalam standardisasi Dikti, kampus di Indonesia dikategorikan dalam empat cluster, yakni Binaan, Madya, Utama dan yang tertinggi adalah Mandiri. Dari hasil penilaian terkini, hanya ada 14 kampus yang mampu meraih Cluster Mandiri, selain UMM, yakni ITB, UGM, UI, Unpad, IPB, UNS, Unhas, Undip, UB, Unair, ITS, UPN Veteran Jawa Timur, dan Universitas Andalas.
Menurut Vina, produktivitas penelitian adalah salah satu faktor yang menentukan prestasi penelitian UMM ini, seperti dari enam skema untuk kompetisi nasional, lima di antaranya sudah dilalui oleh UMM, yakni skema penelitian Pusnas, Rapid, MP3EI, Hikom, dan Stranas, sehingga hasil penelitian UMM sudah bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Vina menambahkan sesuai rencana Strategis, UMM memiliki tema payung penelitian pada ketahanan pangan dan energi alternatif. Tema ini telah menghasilkan karya penelitian yang solutif bagi masyarakat, seperti kajian makanan halal, food additive, Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), pengelolaan energi listrik dari gas metan sampah, listrik energi angin, hingga pengembangan tanaman jarak pagar (Jatropha Curcas) sebagai energi alternatif.
Bahkan, katanya, UMM merupakan satu-satunya kampus yang memiliki PLTMH yang beroperasi di dalam kampus. Pembangkit energi dengan memanfaatkan aliran Sungai Brantas itu menghasilkan listrik sebesar 100KW dan menjadi laboratorium lapangan yang produktif.
Karena keberhasilannya itu, banyak kalangan yang melakukan studi banding di UMM dan meminta UMM menjadi mitra pengembangan PLTMH di daerah-daerah yang belum memiliki listrik, kata ketua Pusat Energi Baru dan Terbarukan (PEBT) UMM, Dr Herwintono.
Tak hanya itu, kata Herwintono, keseriusan UMM dalam ketahanan pangan dan energi alternatif juga menarik perhatian pihak asing. Perusahaan di Jepang dan Malaysia menggandeng UMM untuk pengembangan tanaman organik, pewarna alami, dan zat-zat additive lainnya.
Sedangkan BGP Engineer Belanda tertarik dengan UMM untuk mengelola sampah Kota Malang menjadi energi gas metan. Sedangkan perusahaan swasta di Korea Selatan dan Kroasia merangkul UMM untuk riset dan pengembangan jatropha curcas (tanaman jarak pagar).
“Sebenarnya perlu waktu lima tahun untuk dapat melihat fokus ketahanan pangan dan energi alternatif ini. Namun, ternyata sudah banyak penelitian dosen dan mahasiswa UMM yang dapat dirasakan oleh masyarakat,” ujarnya. [tam]

Tags: