Mantapkan Program PPK untuk Kepala Sekolah dan Guru BK

Rektor ITS, Prof Joni Hermana MSc ES PhD saat memberikan paparannya dihadapan para kepala sekolah dan guru BK SMP negeri dan swasta serta Madrasah Tsanawiyah.

Surabaya, Bhirawa
Membangun Generasi Emas 2045 dengan Karakter Berkemajuan menjadi target SMA Muhammadiyah 2 (SMAMDA) Surabaya. Sekolah yang telah menerapkan Penguatan Pendidikan Karakter ini (PPK) ini mengajak sekolah-sekolah SMP negeri, swasta dan Madrasah Tsanawiyah di Kota Surabaya untuk mengimplementasikannya kepada para siswanya.
Agar target sekolah yang beralamat di Jl Pucang Anom Surabaya ini tercapai, maka digelar seminar pendidikan di Ibis Style Hotel, di Jl Jemur Sari Surabaya, dengan mendatangkan Rektor ITS, Prof Ir Joni Hermana. Diharapkan paparan Rektor ITS ini bisa memberikan wawasan kepada para kepala sekolah dan guru BK SMP se-Surabaya.
Menurut Prof Joni, membangun generasi emas dengan karakter berkemajuan sebenarnya bisa diperoleh di kegiatan ekstra kurikuler. Para siswa bisa belajar bekerjasama dengan sesama temannya atau orang lain, bisa belajar dalam suatu tim, saling membina kepercayaan dan menjalankan tanggung jawab dan belajar kepemimpinan.
“Sehingga apa yang dilakukan SMAMDA dengan memberikan banyak pilihan kegiatan ekstra kurikuler (SMAMDA memiliki 47 ekstra kurikuler, red) sudah cukup baik, karena memberikan peluang kepada siswa untuk mengembangkan potensi masing-masing,” kata Prof Joni dihadapan para kepala sekolah dan guru BK.
Selain itu, sekolah juga bisa menjembatani minat para siswa dengan aktifitas seni atau aktifitas olah raga, serta terjun di kemasyarakatan. Sebab selama ini anak-anak cenderung mengembangkan hobi pribadinya, maka berempati kepada orang lain dengan terjun di masyarakat juga sangat diperlukan sehingga memberikan pembelajaran kepada siswa, bagaimana menghadapi permasalahan nyata kepada siswa.
Prof Joni juga berharap para guru mengubah sikap atau paradigm, bahwa guru harus menjadi orang yang paling tahu, tetapi harus menjadi pembuka jalan untuk anak-anak agar lebih tahu. Dan bila siswa lebih tahu duluan pihak guru jangan marah atau minder dengan siswanya. Sebab kebanyakan guru merasa lebih tahu sehingga bila siswa lebih tahu duluan guru itu malu. Ujung-ujungnya melarang siswa lebih tahu karena sebenarnya rasa malu bahwa ternyata murid lebih tahu dari gurunya.
“Seharusnya tidak seperti itu. Guru harus menjadi fasilitator dan di sisi lain guru menjadi mitra atau teman bagi siswanya,” jelas Prof Joni yang mengaku anaknya juga alumnus SMAMDA ini.
Sehingga Prof Joni, meminta para guru harus mengubah paradigmanya, bahwa guru itu harus digugu dan ditiru dalam setiap saat. Padahal dalam keilmuan boleh saja ilmu seorang guru berkembang, tetapi dalam sikap karena mereka lebih bijaksana dan lebih berpengalaman maka seharusnya itu yang menjadi bekal seorang guru. Sedangkan potensi siswa dalam keilmuan bila lebih dahulu tahu maka harus didorong untuk terus maju, jadi tidak harus guru yang lebih dulu tahu. ”Mahasiswa saya di kampus banyak yang lebih tahu, sedangkan saya tidak tahu tetapi saya tidak malu,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala SMAMDA Surabaya Astajab menambahkan, acara ini diharapkan memberi wawasan kepada kepala SMP, MTs baik negeri dan swasta, wakil kepala sekolah dan guru BK se- Surabaya. Di sisi lain, pertemuan ini juga bertujuan untuk membangun komunikasi dan silaturahmi dengan pimpinan dan guru guru SMP. [fen]

Tags: