Mantu Gubernur Masuk Bursa Kandidat Cawali Surabaya

Sebagai Narasumber, Bayu Airlangga (menantu Gubernur Jatim Dr H Soekarwo) kiri, Anwar Sadad, Mochtar W Oetomo (Direktur SSC ), Fandi Utomo, Whisnu Sakti Buana (Wawali Surabaya) dan Yayan Sakti Suryandaru di Hotel Yello Jl Raya Jemursari Surabaya, Rabu (9/1).trie diana/bhirawa [trie diana]

Surabaya, Bhirawa
Pemilihan Wali Kota (Pilwali) Surabaya masih dua tahun lagi. Namun nama-nama para kandidat sudah bermunculan. Mulai tokoh-tokoh yang sudah kenyang pengalaman politik hingga tokoh milenial yang baru masuk dalam panggung politik.
Salah satu tokoh milenial yang masuk bursa Cawali Surabaya adalah Bayu Airlangga, menantu Gubernur Jatim Dr H Soekarwo. Walaupun masih tergolong baru dalam urusan politik, suami Kartika Ayu Prawitasari ini tak bisa dipandang sebelah mata. Selain menantu dari Pakde Karwo, sapaan karib Soekarwo, Bayu juga dianggap sebagai representasi dari generasi milenial.
Berdasarkan hasil riset awal yang dirilis Surabaya Survey Center (SSC), Rabu (9/1), jika dilihat dari sisi top of mind kandidat Bayu Airlangga mendapatkan 1,1 persen. Bayu sejajar dengan Fandi Utomo, Ahmad Dani, Azrul Ananda, Arzeti Bilbina Ipong Muchlisoni yang juga sama-sama mendapat angka kurang dari 2 persen.
Untuk popularitas kandidat, Bayu cukup terkenal. Dia mendapatkan angka 26,6 persen. Bayu lebih populer dari Dyah Katarina yang hanya diangka 12,5 persen, Nurwiyatno, 12,5 persen. Sedangkan kandidat yang memiliki popularitas paling tinggi adalah Ahmad Dani yang mencapai 79,4 persen.
Sementara jika dilihat dari elektabilitas kandidat, Bayu mendapatkan angka 2 persen. Angka ini memang sangat jauh tertinggal dibanding tokoh senior seperti Wisnu Sakti Buana yang mendapatkan angka 15,4 persen, Puti Guntur Soekarno 15,1 persen atau akis kadir 6,9 persen.
Peneliti SSC yang juga pengamat politik dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Surokim Abdussalam melihat tren milenial akan terus menguat ke depannya. Karena itu, ia menilai dalam Pilwali Surabaya 2020, figur milenial punya kans bersaing dengan kader organik partai yang umumnya politisi senior.
Tren milenial menguat dalam peta politik nasional. Hal itu ditandai banyaknya kepala daerah berusia muda yang terpilih di pilkada 2018. Di Jatim, fakta itu bisa dilihat dari terpilihnya Khofifah Indar Parawansa yang berpasangan dengan figur milenial, Emil Elestianto Dardak. Demikian pula disejumlah daerah seperti Pamekasan dan Lumajang, Baddrut Tamam dan Thoriqul Haq adalah kepala daerah terpilih yang mengusung isu milenial.
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya (FISIB) Universitas Trunojoyo Madura ini menyebut sejumlah figur milenial yang pantas maju dalam kontestasi pilwali Surabaya. Di antaranya Bayu Airlangga dan Ketua GP Ansor Jatim, Abid Umar Faruq (Gus Abid).
“Saya kira kalau di antara mereka berpasangan juga menjual, contohnya Bayu Airlangga-Gus Abid yang sama-sama muda dan enerjik. Duet Bayu Airlangga – Gus Abid bisa merepresentasikan kekuatan Nasionalis dan Religius. Sebab, Bayu adalah kader Partai Demokrat. Sedangkan Gus Abid adalah kader Ansor dengan basis pesantren berpengaruh di Jatim,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur SSC Mochtar W Oetomo memaparkan, jika nama Wakil Wali Kota Surabaya Wisnu Sakti Buana berada di posisi pertama pada survey top of mind. “Beliau mendapatkan perolehan 15.4 persen. Di posisi kedua dan ketiga, secara berurutan adalah Puti Guntur Soekarno dengan 15.1 persen dan Adies Kadir dengan 6.9 persen,” kata Mochtar.
Di peringkat selanjutnya, Mochtar menjabarkan jika nama Ahmad Dhani dan Armuji berada di posisi keempat dengan perolehan 4.5 persen. “Diikuti oleh Fandi Utomo dengan 4.3 persen dan Arzeti Bilbina dengan 4 persen,” ujarnya.
Menariknya, pada survey elektabilitas ini, muncul sebuah nama yang tidak diduga. Nama tersebut mendapatkan perolehan 9 persen. Ia adalah siapapun kandidat yang didukung oleh Wali Kota Risma.
“Ini berarti, dengan posisi sekarang, siapapun nama yang mendapatkan dukungan dari Wali Kota Risma secara otomatis telah memiliki modal awal sebesar 9 persen. Sudah sangat cukup untuk langkah awal. Walaupun masih memiliki selisih yang lumayan dengan yang berada di posisi pertama dan kedua,” tambahnya.
Lebih lanjut, di kisaran elektabilitas 2 persen dan 1 persen hingga 0 persen, Mochtar membeberkan juga ada beberapa nama yang masuk. “Untuk kisaran 2 persen, ada Azrul Ananda dengan 2.8 persen dan Anwar Sadad dengan 2.5 persen. Di kisaran satu persen, Dyah Katarina dan Halim Iskandar mendapatkan 1.2 persen dan Masfuk mengantongi 1.6 persen serta Mahfud Arifin meraih 1.5 persen,” ujarnya.
“Sisanya ini berada di kisaran 0 persen. Agus Maimun dan Eri Cahyadi serta Hendro Gunawan lalu Suko Widodo dengan 0.4 persen, M. Habibur Rahman dengan 0.8 persen, Musyafak Rouf dan Abid Umar serta Nurwiyatno dengan 0.5 persen, M. Nur Arifin dengan 0.3 persen, Renville Antonio 0.8 persen, Sri Untari 0.9 persen,” ucap Mochtar lebih lanjut.
Di sisi lain, menurut Mochtar tingkat undecided voters pada survey jenis ini juga masih ada. “Sebanyak 13.3 persen responden menjawab tidak tahu atau tidak menjawab dan 1.1 persen sisanya menjawab lain-lain,” pungkasnya.
Sebagai informasi, hasil survey yang dirilis oleh SSC pada kesempatan ini berdasarkan pada survey yang dilaksanakan mulai 20-31 Desember 2018 di 31 Kecamatan di Kota Surabaya. Riset yang dilakukan menggunakan 1000 responden melalui teknik stratified multistage random sampling dengan margin of error kurang lebih sebanyak 3.1 persen dan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen. [iib]

Tags: