Judul Buku : The Atlas of Happiness
Penulis : Helen Russell
Penerbit : Republika
Cetakan : I, Maret 2021
Tebal : xii+295 halaman
ISBN : 978-602-9474-35-0
Peresensi : Sam Edy Yuswanto
Penulis lepas mukim di Kebumen.
Hidup bahagia tentu menjadi harapan semua orang. Hal ini adalah sesuatu yang wajar, karena pada hakikatnya, manusia memang diciptakan hidup bahagia. Menjalani kehidupan yang bahagia sebenarnya tak terlalu sulit dan muluk. Apa pun kondisi kita saat ini, kita berhak untuk merasakan kebahagiaan-kebahagiaan. Kuncinya tak terlalu sulit; temukan hal-hal yang tampaknya sederhana tapi sejatinya sangat berharga di sekeliling kita, lalu renungi dan syukurilah.
Intinya, jangan pernah mengabaikan hal-hal kecil yang hakikatnya menjadi sumber kebahagiaan hidup kita. Kesehatan misalnya, merupakan hal yang tampaknya remeh tapi harus selalu kita syukuri, mengingat sangat banyak orang yang saat ini sedang menderita terserang penyakit dan ingin segera pulih dan meraih tubuh yang sehat seperti sedia kala.
Saya tentu sepakat bahwa banyaknya harta benda yang kita miliki menjadi salah satu penopang kebahagiaan. Tapi coba kita renungkan, apakah selalu begitu? Apa iya orang yang berkelimpahan materi selalu hidup bahagia? Berapa banyak orang yang memiliki uang banyak tapi tak bisa menikmatinya karena, misalnya, terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan tak ada waktu luang untuk sekadar rehat, berkumpul keluarga dan sahabat dan berlibur menikmati hidup? Ini hanya satu contoh kecil.
Perihal kebahagiaan, ada baiknya kita perlu belajar banyak tentang konsep hidup bahagia dari berbagai kultur dunia. Buku yang ditulis oleh seorang jurnalis yang bermukim di Denmark ini akan membeberkan puluhan konsep hidup tersebut secara gamblang dan bisa kita praktikkan. Kita bisa memilih beberapa saja. Sebab tak semua konsep hidup di berbagai negara itu cocok dengan budaya dan ajaran agama kita.
Penting menjadi renungan bersama bahwa orang-orang di seluruh dunia menemukan kebahagiaan setiap hari, baik di negara yang berada di puncak survei kebahagiaan global maupun tidak. Dengan mempelajarinya, kita dapat menemukan lebih banyak cara untuk membuat diri kita bahagia dan saling membantu. Empati itu penting, dan mempelajari apa yang penting bagi orang-orang di belahan dunia lain dapat membantu kita semua. Memahami bagaimana berbagai negara memandang kebahagiaan dapat berdampak pada cara kita berinteraksi satu sama lain di masa mendatang (hlm. viii).
Afrika Selatan merupakan negara yang memiliki konsep hidup ubuntu. Sebuah istilah yang digunakan sejak abad ke-19, yang artinya ‘aku menemukan nilaiku dalam dirimu, dan kau menemukan nilaimu dalam diriku’; perasaan saling terhubung dan keyakinan pada ikatan universal yang terbentuk dari aktivitas saling berbagi yang menghubungkan seluruh umat manusia. Uskup Agung, Desmond Tutu, pernah memaparkan bahwa ubuntu adalah inti dari menjadi manusia. Artinya, kita menjadi manusia melalui orang lain; kita tidak bisa sepenuhnya menjadi manusia sendirian; kita diciptakan untuk saling ketergantungan; kita diciptakan untuk berkeluarga.
Menurut Vusi, teman penulis buku ini, ubuntu adalah pendekatan etis terhadap kehidupan yang sangat penting untuk kebahagiaan. Ini tentang perasaan saling terhubung-hidup dalam kedamaian dan harmoni dengan orang lain-dan itulah inti dari kemanusiaan (hlm. 2). Dari konsep ubuntu tersebut, kita bisa mengambil satu hikmah bahwa semestinya kita selalu berusaha untuk menjalani kehidupan yang damai dan saling menghormati dengan sesama, misal dengan para tetangga. Kedamaian merupakan salah satu kunci kebahagiaan dalam menjalani kehidupan ini.
Selanjutnya ada konsep hidup saudade. Saudade merupakan konsep hidup negara Brasil yang bisa menjadikan kita lebih memaknai dan mensyukuri hidup. Saudade memiliki arti perasaan rindu, melankolis, atau nostalgia akan kebahagiaan yang telah lalu, atau bahkan kebahagiaan yang didambakan. Pertama kali tercatat dalam koleksi puisi abad ke-13, “Caucioneiro da Ajuda”, saudade dipopulerkan pada abad ke-15 ketika kapal Portugis berlayar ke Afrika dan Asia, kemudian mereka yang ditinggalkan merasa kehilangan atas orang-orang tercinta yang telah pergi.
Menurut Danielle, saudade adalah saat kita menyadari betapa pentingnya orang-orang dalam hidup kita dan momen yang berlalu begitu saja. Jadi, saudade dapat membuat kita bersyukur atas apa yang kita miliki saat ini dan membuat kita menyadari bahwa apa yang kita miliki saat ini akan hilang dalam sekejap. Dengan menerapkan kosep hidup saudade kita akan lebih bisa menghargai orang-orang yang pernah berjasa dalam hidup kita sekaligus menjadi sarana bersyukur dengan kondisi saat ini, bahwa kita masih dikelilingi orang-orang yang peduli dengan kita, seperti teman, sahabat, tetangga, dan para kerabat (hlm. 60-63).
Wabi-sabi termasuk konsep hidup yang sangat menarik yang telah dipraktikan negara Jepang. Wabi-sabi merupakan wujud penghargaan atas segala sesuatu seperti apa adanya; menikmati tekstur dan kompleksitas kehidupan nyata dan keindahan dari ketidaksempurnaan. Melalui konsep hidup ini, kita belajar untuk berdamai dengan kenyataan dan takdir yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. Kita juga bisa lebih belajar tentang arti syukur; selalu bersyukur dengan kondisi saat ini.
Dengan wabi-sabi,kita juga dapat lebih menikmati kehidupan dan merenungi alam ciptaan-Nya. Misalnya melalui kegiatan wisata, memerhatikan dan menikmati keindahan alam, baik yang sedang berkembang maupun yang menua-bahkan meski hanya dengan memiliki tanaman hias di ambang jendela. Perhatikan perubahan warna daun dan bagaimana kelopaknya jatuh, satu per satu (hlm. 150).
Masih banyak konsep hidup bahagia lainnya yang bisa dibaca dan pelajari dalam buku ini. Harapannya, dengan mempelajari konsep hidup dari berbagai kultur dunia, wawasan kita akan semakin luas dan cara pandang kita mengenai kehidupan juga akan semakin luas. Pada muaranya nanti kita akan lebih banyak bersyukur dan menemukan banyak kebahagiaan yang terhampar di sekitar kita. Berbahagialah menjalani kehidupan ini karena, sebagaimana telah saya katakan di awal bahwa hakikatnya “manusia memang diciptakan untuk bahagia”.
——- *** ——–