Marhaban Raja Al-Saud

Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud.

Selamat datang (marhaban) di bumi “sorga” dunia, kepada Khaddamul haramain (pelayan dua kota suci). Ini merupakan kunjungan balasan. Selepas ibadah haji tahun 2015 (lalu) presiden Jokowi bertemu Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud, di Riyadh. Diharapkan, Indonesia akan menjadi negeri tujuan investasi Arab Saudi. Ini seiring perubahan strategi investasi, setelah Amerika Serikat (AS) terasa “tidak nyaman” terhadap pemodal Timur Tengah.
Kunjungan raja Salman (Raja ke-enam Saudi) bagai kunjungan yang lama tertunda. Sebab, kunjungan terakhir dilakukan oleh raja Faisal bin Abdulaziz (Raja ke-dua), hampir setengah abad lalu (tahun 1970). Sejak rezim orde-baru, tidak ada raja Arab Saudi yang berkunjung ke Indonesia. Padahal seluruh presiden Indonesia telah berkunjung ke Arab Saudi. Bung Karno, Pak Harto, Gus Dur, Megawati, SBY sampai Jokowi, semuanya pernah menjadi tamu istana di Riyadh.
Terasa agak musykil, beberapa raja Arab Saudi tidak berkunjung (walau hubungan bilateral tetap mesra). Lebih lagi Indonesia sebagai negeri dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Maka diharapkan pertemuan kedua pemimpin, bukan hanya bermesraan. Juga bukan sekadar menambah kuota haji. Melainkan juga mendongkrak investasi Arab Saudi di Indonesia. Serta volume perdagangan yang makin besar.
Sebelumnya, presiden juga telah bertemu Pangeran Mohammed bin Nayef, di sela-sela forum G-20 di Huangzou, China. Telah dibicarakan pula potensi investasi pada sektor ke-energi-an, dan ke-wisata-an. Potensi keindahan alam Indonesia, dapat dijadikan tujuan wisata utama turis Arab. Beberapa daerah tujuan wisata yang telah kondang di Arab Saudi, adalah, kawasan puncak (Bogor), pantai Senggigi (Lombok), dan Malang raya (kota Batu dan Malang). Bahkan di tiga kawasan tersebut telah terdapat “kampung Arab” sejak lama.
Sejak awal tahun ini, ditandai pelantikan Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS), terjadi perubahan tatanan pergaulan internasional. Arab Saudi dapat mengalihkan investasi yang semula ditanam di AS. Karena kebijakan presiden Donald Trump, terasa “tidak nyaman” untuk pengusaha Timur Tengah. Walau Trump, tidak anti benar terhadap semua muslim. Terutama investor kaya.
Bahkan sekutu utama AS (Eropa) sudah sangat bergantung pada investor dari jazirah Arab. Begitu pula Arab Saudi, masih tetap sebagai “sahabat dekat” AS (secara bilateral, government to government). Namun kalangan swasta (investor), harus diakui, tersimpan kendala psikologis. Itu tersulut sejak kampanye Trump, dan menguat setelah pelantikan presiden AS.
Investasi pengusaha (swasta) maupun pemerintah Arab Saudi, hingga kini masih tergolong rendah di Indonesia. Hanya sebesar US$ 34 juta (selama tahun 2010 sampai 2015). Padahal total investasi Arab Saudi berjumlah US$ 170 milyar. Maka diharapkan, investasi Arab Saudi bisa didongkrak sampai hampir seribu kali!  Arab Saudi bisa menjadi leading investasi di Indonesia. Selama ini Singapura masih memimpin (US$ 9,18 milyar), disusul Jepang (US$ 5,4 milyar)
Berbagai jenis usaha bisa menjadi “labuhan” investasi. Mulai perdagangan sayur, tanaman obat, sampai manufaktur dan alat berat. Indonesia juga mampu pesawat terbang, kapal pesiar serta kereta api. Serta resort kawasan wisata. Diharapkan total investasi Arab Saudi di Indonesia bisa mencapai US$ 25 milyar (sekitar Rp 330-an trilyun). Boleh jadi, kerjasama akan dimulai antar-BUMN (Pertamina dengan Saudi Aramco), pada ekspansi kilang minyak.
Dengan investasi sebesar itu akan bisa ditebar untuk sekitar 15 ribu proyek. Termasuk industri pariwisata yang padat karya. Ini akan menyediakan lapangan kerja untuk lebih dari satu juta orang! Setelah itu Arab Saudi akan menyediakan perumahan untuk buruh muslim Indonesia dengan harga terjangkau.

                                                                                                         ——— 000 ———

Rate this article!
Marhaban Raja Al-Saud,5 / 5 ( 2votes )
Tags: