Marhaban Syahru Ramadan

Karikatur Puasa RamadhanPUASA Ramadan sudah dimulai. Secara adat budaya maupun syariat, bulan Ramadhan disambut dengan sukacita. Kesalehan sosial meningkat. Banyak sedekah ditebar dalam bentuk uang maupun makanan. Persaudaraan dan per-kerabatan makin dikukuhkan. Sebaliknya, permusuhan dikurangi, termasuk penyelenggaraan berbagai lomba (terutama olahraga dan seni) yang memicu persaingan tak sehat.
Ramadhan memiliki fungsi rekreatif yang sangat bermanfaat untuk memulihkan spirit dan inovasi. Selama sebulan puasa, hampir seluruh paradigma (pola pikir) dan tindakan, dilakukan dengan “standar” Ramadhan. Terasa lebih ramah dengan tumbuhnya inner quotient (kecerdasan dari dalam diri). Sukses mengendalikan diri bukan hanya takut terhadap ancaman hukum undang-undang (maupun syariat), melainkan kesadaran murni.
Karena inner-quotient itu pula, hiburan malam tutup. Lokalisasi (prostitusi) juga libur secara sukarela. Maksiat dan pekat (penyakit masyarakat) yang lain juga turut menyurut, karena situasi sosial yang baik. Bahkan pada masa lalu, inner-quotient “standar” Ramadhan dijadikan momentum untuk proklamasi kemerdekaan RI. Para pendiri negara menggunakan momentum Nuzulul Quran (17 Ramadhan) bertetapatan dengan 17 Agustus 1945 dijadikan sebagai hari lahir negara yang berdaulat, bebas dari kolonialisme.
Tetapi, benarkah syetan di-borgol pada bulan Ramadhan? Sebab kenyataannya, masih ada sekelompok orang (komunitas eksklusif) yang coba menyusupi situasi khidmat Ramadhan dengan tindakan jahat. Yakni, masih ada yang mencuri harta orang lain (dan harta negara), serta coba “mencuri” dendam dengan menebar teror.
Peredaran beras plastik (asal China) di Bekasi, Jawa Barat. Persis menjelang bulan puasa. Konsumsi beras, biasanya mengalami kenaikan demand pada bulan Ramadhan. Tetapi kini masyarakat meningkatkan kewaspadaan dalam membeli beras (serta tepung beras). Karena beras bercampur plastik, seketika bisa menimbulkan penyakit pada saat dikonsumsi.
Tetapi karena bulan Ramadhan, maka ada pula hikmahnya. Yakni, posisi bargainning konsumen meningkat. Sebaliknya pedagang beras mengalami penurunan omzet. Juga tidak bisa menaikkan harga secara sembarangan. Hikmah lagi, pemerintah lebih waspada merealisasi kuota impor beras. Sampai presiden minta jaminan importir, bahwa beras eks-impor aman dikonsumsi. Bila perlu, stop impor beras. Belum diketahui siapa pelaku pencampuran beras plastik, polisi masih memburu.
Situasi umum (dan sosial) respons terhadap Ramadhan mengalami peningkatan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Juga “kerja sosial” pemerintah terasa lebih melayani hajat kultural Ramadhan. Misalnya, dengan menggelar bazaar dan operasi pasar sembako. Juga meyediakan angkutan mudik dan balik lebaran, dengan mengerahkan moda transportasi darat (bus dan keretaapi) serta laut. Tahun ini, kerja sosial pemerintah (serta pemerintah daerah) ditambah dengan penyediaan angkutan kargo sepedamotor pemudik.
Pemerintah memiliki kewajiban mengamankan (dan menyamankan) bulan puasa Ramadhan sejak awal sampai diujungnya (hari raya Idul Fitri). Hal itu disebabkan rangkaian Ramadhan-Idul Fitri, sudah menjadi bagian sosial-budaya paling kolosal. Didalamnya juga terdapat nilai ke-ekonomi-an sangat tinggi (melebihi bulan-bulan sebelumnya). Bahkan banyak partai politik memanfaatkannya sebagai momentum pencitraan politik.
Secara nasional, “jatah” riayan ditaksir mencapai Rp 35 trilyun. Itu tidak termasuk ongkos transportasi, yang nilainya bisa separuh atau kadang setara dengan sisa uang di kantong. Jadi, dalam setiap musim mudik, diperkirakan menebar dana sekurang-kurangnya senilai Rp 50-an trilyun. Angka ini juga hanya pengeluaran perorangan dan perusahaan (Tunjangan Hari Raya, THR), belum termasuk biaya iklan di media cetak dan media elektronik.
Itulah berkah bulan Ramadhan yang berujung Idul Fitri. Nilai THR tahun ini mencapai Rp 33 triliun lebih, bakal ditunaikan oleh perusahaan. Begitu pula zakat dan sedekah tahun 2015 ini diperkirakan mencapai Rp 5 triliun lebih. Maka kesalehan sosial “standar” (perilaku) Ramadhan patut dilanjutkan selepas lebaran!

                                                                                                             ———- 000 ———–

Rate this article!
Marhaban Syahru Ramadan,5 / 5 ( 1votes )
Tags: