Maruli Hutagalung: Filosofi Catur Berguna untuk Pemberantasan Korupsi

Surabaya, Bhirawa
Mantan Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Timur yang juga dikenal sebagai penghobi catur, ES Maruli Hutagalung, SH, M.Hum., menghadiri pertandingan catur yang diselenggarakan oleh Komunitas Catur Surabaya-Sidoarjo. Open Rapid Chess Tournament G25 Surabaya-Sidoarjo yang memperebutkan E.S. Maruli Hutagalung, FM Cup I itu digelar di Atrium GOR Delta Sidoarjo, Sabtu-Minggu (19-20/1).
Turnamen itu disambut luar biasa oleh penggemar dan atlet-atlet muda. Pertandingan ini diikuti 247 peserta dari Sidoarjo dan Surabaya. Sebanyak 163 peserta bertanding di kelas terbuka, yunior U16 sebanyak 32 peserta, dan U12 diikuti 52 peserta.
“Saya terharu dan bangga. Banyak adik-adik pemain catur yang jago-jago. Bahkan sampai ada peserta yang pakai dingklik di atas kursi agar bisa lihat meja. Semoga turnamen ini melahirkan atlet-atlet baru yang mampu menggeliatkan olahraga catur dan mengharumkan nama daerah serta bangsa,” ujar Maruli saat penutupan turnamen.
Maruli yang menyandang gelar FIDE Master dari Federasi Catur Internasional (Fédération Internationale des Échecs) mengatakan, catur memiliki banyak filosofi, seperti kecermatan dalam melangkah yang diterapkannya selama 38 tahun mengabdi di kejaksaan.
“Dalam permainan catur, setiap langkah berharga menentukan langkah berikutnya. Perlu ketelitian. Itu saya terapkan, sehingga pengusutan kasus-kasus korupsi tidak mandek karena kita dalami betul secara seksama,” tegas Maruli yang berulang kali mengantarkan unit kejaksaan yang dipimpinnya menjadi kejaksaan terbaik se-Indonesia dalam pemberantasan korupsi.
Maruli juga banyak terinspirasi dari permainan catur, seperti perjuangan tanpa kenal lelah.
“Setiap bidak catur dilarang keluar dari arena permainan sebelum ajal menjemput. Demikian pula hidup ini, kita harus terus berjuang dan berbuat baik sampai Tuhan memanggil kita,” ujarnya.
Di depan ratusan peserta, Maruli mengisahkan petualangannya mengikuti berbagai turnamen catur untuk mendapatkan nafkah. Maruli memulai karirnya di kejaksaan dari tingkat bawah, yaitu bagian tata usaha golongan 1B di NTT. Sehingga penghasilannya belum seberapa.
“Tapi saya tidak mau aneh-aneh. Saya cari tambahan penghasilan dari main catur. Ikut main di kampung, kadang ikut pertandingan Agustus-an menyemarakkan kemerdekaan. Hadiahnya lumayan untuk tambahan kebutuhan rumah tangga,” ujar Maruli.
Kebiasaan ikut turnamen terus berlangsung saat Maruli pindah tugas ke berbagai daerah.
“Yang lumayan adalah saat pertandingan dapat konsumsi makan, itu kadang saya bawa pulang untuk anak-istri. Kalau ingat masa susah itu saya sering berkaca-kaca,” imbuh Maruli yang telah memenjarakan ratusan koruptor semasa di kejaksaan.
Dari mengikuti pertandingan kampung itulah, bakat catur Maruli terasah hingga dia aktif menjajal berbagai turnamen nasional dan internasional. Maruli pun meraih gelar internasional FIDE Master.
“Untuk menggeliatkan catur, saya aktif menggelar turnamen. Dulu pas di Kejati Jatim, saya bikin turnamen internasional berhadiah Piala Jaksa Agung dan uang pembinaan,” ujarnya.
Ke depan, Maruli ingin terus mendorong pengembangan catur. “Saya senang kini banyak anak ikut belajar dan kursus catur. Belajar di Youtube juga mudah. Dulu saya belajar dari warung ke warung. Saya ingin catur terus berkembang, tidak hanya untuk prestasi, tapi juga menstimulan kemampuan berpikir anak,” pungkasnya. (geh)

 

Tags: