mobile phone and books
Saat ini trasformasi digital hampir bisa dipastikan masuk diberbagai sektor kehidupan, termasuk di bidang perpustakaan. Peradabanpun bisa berubah dengan hadirnya teknologi informasi. Semua itu bisa terjadi lantaran perkembangan teknologi semakin memberi kemudahan bagi masyarakat untuk mengakses informasi.
Sumber ilmu pengetahuan yang pada masa lalu berada di ruang-ruang perpustakaan, kini berada dalam genggaman gawai. Internet menjadi jalan pintas bagi publik untuk mengkonsumsi informasi. Kita publik pun mempertanyakan masa depan eksistensi perpustakaan. Sebab, bagaimanapun juga di era digital saat ini popularitas perpustakaan di tengah masyarakat semakin pudar.
Realitas tersebut dapat terbuktikan melalui data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengumumkan survei penetrasi pengguna internet di Indonesia pada tahun 2018. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan APJII dan Polling Indonesia, jumlah pengguna internet di Indonesia saat ini sebanyak 171,17 juta. Hal yang sama pun diinformasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), menurut data jumlah penduduk di Indonesia yakni 264,16 juta. Sehingga diperoleh total pengguna internet 2018 sebanyak 171,17 juta. Itu artinya, jika diprosentasikan angka pengguna internet tersebut sebesar 64,8 persen dari jumlah keseluruhan penduduk di Indonesia.
Berdasarkan usianya, pengguna internet Indonesia paling banyak berusia 15-19 tahun, diikuti dengan usia 20-24 tahun, usia 25-29 tahun, dan 30-34, dan seterusnya hingga paling sedikit adalah pengguna dengan usia 5-9 tahun dan 65 tahun ke atas.
Melihat kenyataan pengaruh pesatnya trasformasi digital yang sedemikian rupa, khususnya terkait dunia literasi dengan sarana gawai, tentu saja menjadi tantangan tersediri buat eksistensi dan masa depan perpustakaan. Besar harapan kehadiran perpustakaan kedepannya bisa hadir sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat dengan menyesuikan dinamika perkembangan digitalisasi.
Asri Kusuma Dewanti
Pengajar FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
