Masalah Likuiditas, Ekspor Kayu Jatim Turun

Foto: ilustrasiSurabaya, Bhirawa
Total ekspor kayu Jatim pada periode Oktober 2015 mengalami total penurunan sebesar 10-15%. Penyebab turunya nilai ekspor kayu Jatim disinyalir lebih kepada likuiditas yang terjadi di negara-negara tujuan ekspor seperti Amerika Serikat dan Jepang.
Choiril Muchtar, S.E., M.M., Ketua Indonesia Samwill and Woodworking Association (ISWA) Komda Jatim, membenarkan bahwa ekspor kayu Jatim pada Bulan Oktober kemarin memang mengalami penurunan. Dampaknya, banyak kayu hasil olahan yang harus tertumpuk di warehouse (red gudang).
“Di kedua negara tersebut saat ini terjadi permasalahan likuiditas. Dampaknya belanja modal di Amerika Serikat dan Jepang juga tidak menjadi prioritas, akhirnya produk kayu kita harus tertahan,” jelasnya Rabu (18/11) kemarin.
Lanjut Choiril, memperkirakan, pertumbuhan ekspor kayu Jatim tetap akan melemah hingga menjelang akhir tahun 2015. Hal ini terjadi akibat kondisi ekonomi global yang belum menunjukkan ke arah perbaikan yang signifikan.
“Kondisi rupiah yang masih berfluktuasi turut menganggu, karena 50-60 persen bahan baku industri kayu  di Jatim masih harus di datangkan  dari luar negeri. Rencana jangka pendek yang dapat dilakukan adalah membangkitkan industri hulu guna menyokong industri hilir. Kalau hal ini tidak di perhatikan dan di tindak lanjuti, tidak mustahil, industri olahan kayu tetap akan seperti ini terus,” katanya.
Dengan kondisi ekspor kayu yang melemah di Jatim, Choiril meminta kepada pemerintah provinsi untuk menetapkan UMK (upah minimum kerja ) karyawan dengan batas  wajar dan proporsional. Ia mengungkapkan 20% biaya operasional adalah gaji karyawan.
“Terkait batas wajar untuk kenaikan UMK adalah 5-10% untuk tahun depan, hal itu berdasarkan hitung-hitungan dan kajian yang telah kami buat bersama teman-teman. Karena pada dasarnya merupakan industri kayu memiliki banyak pekerja, jadi berpengaruh ketika UMK naik melebihi ekspektasi kami,” tutupnya. [wil]

Tags: