Masih Impor, Produksi Kedelai Jatim Nomor Satu di Indonesia

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Pemprov, Bhirawa
Produksi kedelai saat ini masih belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat. Hingga kini, kedelai masih dipasok dari impor. Meskipun kurang, produksi kedelai di Jawa Timur masih nomor satu di Indonesia.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Sairi Hasbullah mengatakan, di Jawa Timur masih membutuhkan kedelai impor meskipun produksi kedelai lebih tinggi dibandingkan provinsi lainnya. “Jadi Jawa Timur masih yang terdepan,” katanya, Selasa (3/3).
Berdasarkan Angka Sementara (ASEM) 2014, Sairi menjelaskan kalau produksi kedelai di Jawa Timur mencapai 355,46 ribu ton biji kering. Dibandingkan dengan produksi kedelai tahun 2013 (ATAP) terjadi kenaikan produksi sebanyak 26 ribu ton atau naik 7,89 persen.
Kenaikan produksi kedelai tersebut disebabkan naiknya luas panen sebesar  4,26 ribu hektar atau naik menjadi 2,02 persen dari tingkat produktivitas sebesar 0,90 kuintal per hektar atau naik 5,47 persen.
Di jelaskannya, realisasi produksi kedelai Jatim pada subround I (Januari-April 2014) sebesar 63,06 ribu ton biji kering. Bila dibandingkan dengan SR I 2013 (64,84 ribu ton biji kering) terjadi penurunan sebesar 1,78 ribu ton biji kering atau turun 2,75 persen.
Penurunan produksi pada SR I 2014 terhadap SR I 2013 karena adanya penurunan luas panen sebesar 5,89 ribu hektar (-13,07 persen), sedangkan tingkat produktivitas naik sebesar 1,71 kuintal per hektarnya(11,88 persen).
Untuk produksi kedelai SR II 2014 terjadi kenaikan sebesar 12,18 ribu ton biji kering (11,12 persen) dan pada SR III 2014 juga terjadi kenaikan produksi sebesar 15,60 ribu ton biji kering (10,06 persen), bila masing-masing dengan produksi kedelai pada subround yang sama tahun 2013 (year on year).
Realisasi produksi kedelai SR II 2014 di beberapa kabupaten/kota di Jawa Timur, ada yang mengalami kenaikan atau penurunan bila dibandingkan dengan sub round yang sama tahun sebelumnya.
Penurunan produksi kedelai yang paling besar terjadi di Kabupaten Blitar yang mengalami penurunan sebesar 4,90 ribu ton biji kering (-37,22 persen), disusul kabupaten Lamongan turun 1,1317 ribu ton biji kering (-5,79 persen, dan kabupaten Bojonegoro turun 891 ton biji kering (-22,90).
Sementara beberapa kabupaten/kota yang menyumbang peningkatan terbesar terhadap produksi kedelai pada SR II 2014 antara lain Banyuwangi naik 3,92 ribu ton biji kering, kabupaten Bangkalan naik 3,48 ribu ton biji kering, Kabupaten Jember naik 2,44 ribu ton biji kering, dan Kabupaten Sampang naik  2,298 ribu ton biji kering.
Sementara sebelumnya epala Dinas Pertanian Jatim, Dr Ir Wibowo Ekoputro MMT melalui Kabid Kabid Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Jatim, Ir Achmad Nurfalakhi mengatakan, kalau kedelai di Jatim masih belum swasembada.
Namun  Kebutuhan kedelai dengan konsumsi 12 kg perkapita per tahun. Jika dijumlahkan 39 juta jiwa penduduk jatim dikalikan dengan 12 kg perkapita pertahun maka hasil produksinya harus mencapai sekitar 420 ribu ton. “Padahal saat ini untuk produksinya kebutuhannya masih 329 ribu ton. Kontribudsi kedelai sebesar 42 persen,” katanya.
Sebelumnya, Dinas Pertanian Jawa Timur juga meminta pemerintah segera mengeluarkan instruksi presiden (Inpres) tentang penetapan harga pokok pembelian (HPP) kedelai supaya ketentuan harganya ada keseragaman nominal..
Dinas Pertanian Jatim menilai swasembada kedelai bisa tercapai jika HPP (harga pokok pembelian) kedelai tinggi. Bahkan, optimistis dengan penentuan itu pada masa mendatang petani kedelai di Indonesia mempunyai daya tarik besar untuk menanam komoditas itu.”Mereka tidak berharap banyak, hanya ingin harga kedelai ini ada ketentuan HPP seperti pada beras,” katanya. [rac]

Tags: