Masih Wacana, Persiapan Protokol Kesehatan di Sekolah Capai 90 Persen

Pembelajaran Tatap Muka, SMA/SMK Jatim Tunggu Regulasi dan Juknis
Surabaya, Bhirawa
Persiapan pembelajaran tatap muka (PTM) tengah dilakukan berbagai sekolah di Surabaya. Mulai dari penerapan protokol kesehatan ketat, skema pembelajaran hingga mengatur sesi belajar disekolah. Persiapan tersebut berkaitan dengan wacana pembukaan sekolah di tengah pandemi Covid-19 yang disampaikan Mendikbud, Nadiem Anwar Makarim.
Di SMAN 16 Surabaya, persiapan sudah mencapai 90 persen. Kendati pihaknya belum mengetahui kapan pelaksanaan pembelajaran sekolah akan dibuka. Sebagai langkah awal, pihak sekolah juga telah membentuk gugus tugas penanganan Covid-19 untuk mensosialisasikan disiplin protokol kesehatan.
“Dari informasi yang kami terima antara pertengahan Agustus atau awal September. Tapi untuk resminya kami masih menunggu surat edaran dari bu gubernur dan Dinas Pendidikan Jatim,” ujar Waka Kurikulum Tjahyo Baskoro Widi, Minggu (9/8).
Kendati begitu, persiapan sarana prasarana dalam penerapan protokol kesehatan seperti penyediaan bilik sterilisasi desinfektan, sterilisasi semprotan atas, hand sanitizer dan 30 wastafel di setiap sudut sekolah telah disiapkan sekolah. Termasuk membuat jalur satu arah ketika masuk sekolah.
“Jadi antara masuk sekolah dan saat pulang mereka tidak berpapasan. Ini (jalur satu arah) kita pasang hingga koridor sampai tangga. Kita juga beri tanda berjarak setiap bangku kelas sekitar 1,5 meter setiap anak,” jabarnya.
Tak hanya itu, berbagai imbauan melalui banner seperti wajib mengenakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak dan etika batuk akan terpasang di setiap sudut sekolah. Begitupun imbauan ketika beribadah disekolah seperti mengenakan sajadah pribadi juga telah disiapkan.
“Begitu siswa datang, mereka akan diwajibkan cuci tangan, lalu akan dideteksi suhu tubuhnya pakai thermogun. Saat memasuki sekolah harus satu arah,” jabarnya.
Selain itu, kata dia, sekolah juga akan melakukan pendataan kesehatan masing-masing siswa berupa surat pernyataan sehat dari orang tua. Rencananya pihaknya juga akan berkerjasama dengan puskesmas setempat untuk mencari data kesehatan siswanya.
“Kalau siswa tidak enak badan tidak diperbolehkan masuk,” imbuh dia.
Di samping itu, terkait skema pembelajaran tatap muka, jam pembelajaran tahap awal hanya sampai jam 12.00. Dengan teknis pelaksanaan, minggu pertama akan dilakukan dengan waktu enam jam pembelajaran. Dan empat jam pembelajaran akan dilakukan di minggu kedua.
“Kami buat skemanya seperti ini karena karena pembelajaran tiap mapel rata-rata 90 menit. Kalau disampaikan semuanya ndak bisa. Jadi kita bagi selama dua minggu agar semua materi bisa tersampaikan,” papar dia.
Sekolah sendiri telah menyiapkan 31 ruang kelas untuk 25 persen siswa dari total 1083 siswa. Sedangkan sisanya akan mengikuti pembelajaran daring dari rumah. Sementara untuk praktikum di peminatan IPA, siswa hanya diperbolehkan secara perwakilan dan bergiliran maksimal 9 orang untuk divideo. Dan yang lainnya akan mengamati melalui video.
“Karena kmren daring dan sekarang transisi nanti ada pemampatan kompetensi dasar (KD). Yang muatan dan pendalaman nanti melalui penugasan. Yang esensial akan disampaikan di kelas,” jabarnya.
Tak hanya itu, pihaknya juga memberikan pembekalan terhadap tenaga outsorching dan tenaga kebersihan sekolah untuk peningkatan kapasitas berupa pelatihan tata teknik pembersihan lingkungan sekolah yang berkaitan dengan perceptan penanganan Covid-19 dari RS dr Soetomo. Selain itu seluruh guru, tenaga pendidik juga akan melakukan rapid tes sebelum pembukaan sekolah dilakukan.
“Kami siapkan (pembelajaran tatap muka) ini secara detail. Tidak hanya dari sarpras, pembelajaran, siswa dan tenaga pendidik. Tapi juga dari tenaga kebersihan sekolah. Karena ini nanti menjadi pertanyaan kuisioner implementasi pembelajaran di masa pandemi,” tambah dia.
Hal yang sama juga tengah disiapkan SMAN 15 Surabaya. Hanya saja, untuk pembelajaran tatap muka pihak sekolah rencananya akan membuat satu gelombang. Sebab jika dibuat sistem shift atau sesi, pihaknya menilai hal tersebut tidak efektif.
“Masuknya, kalau dibagi pagi dan siang, ini tidak efektif. Karena anak sekarang jika dibuat seperti itu dikhawatirkan mereka justru bertemu dengan temn-temannya setelah sekolah selesai. Jadi kita lebih condong kombinasi, 20 persen tatap muka, sisanya mengikuti daring,” urainya Kepala SMAN 15 Surabaya Johanes Mardijono.
Lebih lanjut, secara teknis karena hanya satu gelombang, maka jika kelas 10 masuk, kelas 12 dan 11 akan melakukan pembelajaran daring. Begitupun sebaliknya. Mengingat jumlah siswa mencapai 1.200 siswa. Sementara kebijakan yang diperkenankan maksimal hanya 18 siswa disetiap kelasnya.
“Kami belum tahu juknisnya bagaimana. Tapi kita rencanakan skemanya akan seperti itu. Jadi setiap minggu, mereka tatap muka dua kali setiap tingkatannya,” katanya.
Terkit materi yang diajarkan, Jo sapaan akarabnya menjelaskan jika ada pemampatan materi dari MGMP sekokah untuk menyampaikan KD yang esensil. Sementara bagi siswa yang mengikuti program SKS, pihaknya telah menyiapkan kelas tersendiri bagi 5 siswa yang mengikuti belajar cepat tersebut.
“(Program SKS) kita tetap jalan. Mau tidak mau yang akhirnya tidak dimasukkan ke kelas sendiri. Jadi harus dimasukkan ke kelas sendiri. Karena SKS ini kan ada anak yang dianggap belajar kebawah, belajar normal dan belajar cepat, biasanya ini jadi satu,” jabarnya.
Jo mengaku, sekalipun persiapan protokol kesehatan dilingkungan sekolah telah disiapkan, pihaknya masih akan menunggu arahan Dinas Pendidikan Jatim. Jika regulasi atau surat edaran keluar, pihaknya akan melakukan sosialisasi ke komite dan orang tua.
“Saya dengar ini kan masih wacana, jadi kita siapkan segala kemungkinan termasuk penyiapan protokol kesehatan Covid-19 disekolah. Tapi tetap kita tunggu juknis juga dari dindik Jatim,” pungkasnya.

SMK Siapkan Mekanisme Praktikum Kejuruan
Tak berbeda jauh dengan SMAN 15 Surabaya dan SMAN 16 Surabaya, persiapan pembelajaran tatap muka juga dilakukan SMKN 12 Surabaya. Sebagai sekolah seni terbesar di Jatim, selain menyiapkan standart protokol kesehatan ketat di sekolah, pihak sekolah juga menyiapkan langkah strategis untuk menjaga kualitas kompetensi siswa meskipun dalam masa pandemi.
Kepala SMKN 12 Surabaya, Biwara Sakti Pracihara menuturkan selama masa pandemi pembelajaran disekolah menggunakan sistem blok materi. Dengan kata lain, selama satu semester kedepan, siswa hanya menerima materi saja. Sedangkan untuk praktikum akan dilakukan di semester genap.
“Sebelum mendikbud mewacanakan (SMK diperbolehkan masuk untuk praktikum), kita sudah mengambil sikap. Untuk prakerin (praktek kerja industri), kami buat bergiliran dengan dua sampai tiga jurusan bisa masuk lebih dahulu dengan sehari bisa dua hingga tiga sesi. Sehingga seminggu bisa dilakukan 1 atau 2 kali tatap muka,” paparnya.
Praci, juga menjelaskan jika pembelajaran tatap muka dilakukan pihaknya akan lebih memfokuskan pada kelas 2 yang akan melakukan prakerin dan kelas 3 yang masuk di tugas akhir. Sementara kelas 1 akan full mengikuti pembelajaran daring.
“Kalau luring kita prioritaskan yang persiapan prakerin kelas 2 dan tugas akhir membuat miniatur atau desain untuk kelas tiga, termasuk dijurusan seni tari bikin perencanaan dulu. Karena pandemi kita fokuskan kesana, jadi belum sampai ke waktu yang lama dan alat yang banyak. Diambil yang materi penting saja. Kalau daring, sudah disesuaikan sejak tahun ajaran baru kemarin,” jelas dia.
Sementara itu, di SMKN 1 Surabaya, praktikum kejuruan akan dibagi menjadi beberapa siswa. Kepala SMKN 1 Surabaya, Tjiptoadi Nugroho mengungkapkan akan membagi setengah dari jumlah siswa yang terjadwal praktikum dengan sistem bergelombang.
“Misalnya praktikum jaringan komputer yaitu memotong kabel, dan setting server dan sebagainya ini bisa dilakukan tatap muka. Tentu dengan jumlah terbatas. Tapi kalau materi normatif-adaptif ini bisa dengan daring,” urainya.
Selain itu, Cip sapaan akrabnya telah membuat prosedur protokol kesehatan di lingkungan sekolah. Salah satunya membuat sistem shift pembelajaran menjadi dua sesi. Sesi pertama mulai jam 07.00 hingga 10.00. Sedangkan di sesi kedua akan terjadwal di 11.00 hingga jam 13.00.
“Kami juga siapkan fasilitas bagi siswa yang tidak mempunyai laptop bisa datang ke sekolah. Karena di jurusan tertentu penggunaan laptop atau komputer sangat dibutuhkan. Seperti dijurusan RPL (rekayasa perangkat lunak),” jabarnya.
Selain itu, pihaknya juga akan memasukkan 25 persen dari jumlah 2500 siswa untuk mengikuti pembelajaran awal. [ina]

Tags: