Masjid Surabaya Dilarang untuk Kegiatan Parpol

MasjidSurabaya, Bhirawa
Meski sejumlah pengurus masjid memiliki latar belakang partai politik atau bahkan Ketum PP Dewan Masjid Indonesia (DMI) Yusuf Kalla adalah salah satu pengurus dari Partai Golkar, namun masjid dilarang untuk dilakukan tempat sosialisasi parpol. Sebaliknya masjid merupakan tempat untuk syiar agama.
Sekjen Dewan Masjid Indonesia (DMI) Imam Addaruqutni menegaskan sejak awal semua pengurus masjid baik dari tingkat atas hingga ke bawah bersepakat jika masjid hanya digunakan untuk syiar agama , Di luar syiar , kegiatan politik di masjid sangat dilarang. Karenanya meski banyak orang parpol jadi pengurus, namun DMI tetap adem ayem dan tidak ada perseteruan.
“Sejak awal kita sadari bahwa ini semua untuk kepentingan umat melalui syiar agama yang dikumandangkan dari masjid ke masjid. Untuk itu kami melarang parpol atau pengurus parpol memanfaatkan masjid sebagai sosialisasi untuk kepentingan pribadi atau golongan. Selain itu kita sepakat jika masjid hanya digunakan untuk syiar agama dan mencari pahala dari allah,”paparnya di sela-sela acara pelatihan Teknisi Akustik Masjid Tingkat Nasional, Kantor Diklat Kementrian Agama Surabaya, Senin (8/2).
Sementara itu, terkait dengan keberadaan masjid di Indonesia dan di Jatim khususnya memang selama ini belum mendapatkan perhatian berlebih dari pengurus. Ini karena mereka tidak sensitif dengan kondisi soundsystem yang ada di masjid. Padahal kondisi soundsystem sangat penting untuk menimbulkan suara di masyarakat.
”Untuk itu kami memiliki mobil operasional yang memiliki tujuan memberikan bantuan ke masjid-masjid untuk memperbaiki saund system. Harapannya agar suara yang dikeluarkan yang didengar oleh masyarakat tidak mbrebet atau memekakkan telinga sehingga menimbulkan protes dari masyarakat,”lanjutnya.
Sementara disatu sisi, pemerintah kurang memberikan perhatian terkait dana yang dialokasikan dari APBN untuk syiar agama lewat masjid. “Tapi kami tetap berusaha untuk mendapatkan dana khusus untuk perbaikan soundsystem yang memang sebagai ujung tombak dari syiar agaman,”akunya.
Latih 100 Teknisi Akustik Masjid
Tak ingin peristiwa Tolikara, Papua terulang kembali di Jawa Tmur, Pengurus Pusat Dewan Masjid Indonesia (DMI)  menggelar pelatihan kepada 100 calon teknisi akustik masjid se-Indonesia. Diharapkan calon teknisi ini dapat memperbaiki sound sistem masjid- masjid di provinsi yang mendapat mobil operasional DMI.
Sekjen PP DMI, Imam Addaruqutni mengatakan, peristiwa Tolikara adalah salah satu contoh akibat sound sistem masjid yang efektifitas suaranya tidak baik. Dimana bunyinya keras tetapi suaranya tidak jelas.
“Pak JK (Jusuf Kalla, Ketua Umum DMI) dulu sampai heran kenapa kok masjidnya yang disalahin. Mungkin itu karena sound sistemnya tidak baik. Maka, ini menjadi tugas DMI untuk perbaiki sound sistem masjid-masjid,” tegas pria yang juga menjabat anggota ICMI pusat.
Menurut Imam, instrusmen utama masjid adalah sound sistem. Selama ini banyak pengurus masjid tidak senstitif terhadap fungsi sound sistemnya. Prinsip takmir adalah sound sistem yang dinyalakan hanya sekedar ramai, dan dapat menjangkau luas.
“Poin yang terpenting adalah bagaimana efektifitas suara dapat masuk dan diterima setiap orang. Inilah yang tidak dimengerti oleh pengelola masjid,” katanya usai membuka workshop ‘Pelatihan peningkatan kualitas akustis masjid se-Indonesia’, di Surabaya, Senin (8/2).
Dengan adanya tim akustik ini diharapkan suara yang dihasilkan dari sound sistem masjid enak didengar, sehingga dapat diterima masyarakat. Takmir masjid juga tidak perlu mencari teknisi, karena DMI siap membantunya dalam perbaikan.
Di Jatim sendiri, ada 17 kabupaten/kota yang mendapat mobil operasional DMI. Tiap-tiap kabupaten/kota akan disiapkan  3 orang teknisi. Sementara daerah yang belum mendapatkan mobil operasional DMI adalah Sidoajo Nganjuk, Ngawi, Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Kota Probolinggo, Lumajang, Jember, Kota Batu, Kota Malang, Kota Blitar, Kota Madiun dan Pacitan. [cty]

Tags: