Massa Aksi Bakar Batik Sekar Jagad di Pamekasan Dituntut Minta Maaf

Pengurus asosiasi profesi batik, tenon nusantara (APBTN) Pamekasan, saat jumpa pers soal Batik Sekat Jagad dibakar pengujukrasa. [syamsudin/bhirawa]

Pamekasan, Bhirawa
Ketua DPC asosiasi profesi batik, tenon nusantara (APBTN) Pamekasan menuntut massa aksi yang membakar baju batik Sekar Jagad di depan DPRD Pamekasan untuk minta maaf. Karena aksi tersebut telah melukai hati para pengrajin batik yang ada di kota yang ber Icon bumi Gerbang Salam.
Sebelumnya, sejumlah warga Kabupaten Pamekasan Rabu (18/9/2019) membakar batik saat unjuk rasa depan Kantor DPRD Pamekasan. Mereka kecewa dengan Pemerintah Daerah yang dianggap tidak peduli dengan anjloknya harga tembakau.
Moh. Kuddah, selaku ketua asosiasi profesi batik, tenon Nusantara di Pamekasan mengungkapkan pengrajin batik di Pamekasan merasa kecewa dengan adanya pembakaran batik Sekar Jagad. Karena pihak pengrajin batik selama ini tidak punya salah pada masyarakat yang menggelar aksi.
“Kalau massa aksi membakar Batik sebagai kekecewaan terhadap Bupati Pamekasan, maka saya nilai itu salah besar, karena anjloknya harga tembakau dengan membakar batik itu tidak ada hubungannya dengan batik,”Ungkap Moh. Kuddah pada wartawan di Pasar Batik 17 Agustus Pamekasan, Minggu (22/9).
Pembakaran baju batik yang serupa dengan batik kebanggaan milik Bupati Pamekasan, Menurut Moh. Kuddah, sangat mengecewakan pada pengrajin batik, karena batik sebagai kebanggaan orang Pamekasan juga sebagai warisan para terdahulu.
“Jadi kami menuntut pihak massa aksi yang membakar batik Sekar Jagad untuk segara minta maaf, kalau tidak minta maaf maka kami akan tempuh jalur hukum,”tandasnya.
Kalau benci sama kepemimpinan Baddrut Tamam yang memakai batik, menurut Moh. Kuddah seharusnya tidak membakar batik, karena pengrajin batik selama ini tidak pernah punya salah sama massa yang gelar aksi.
“Seharusnya, kita sebagai warga Pamekasan bangga dengan Bupati Pamekasan yang Pakai batik khas Pamekasan sendiri. Kalau batik Pamekasan sendiri dibakar maka kapan batik Pamekasan ini mau maju dan terkenal,” imbuhnya.
Lanjut, Moh. Kuddah, seharusnya massa aksi yang kecewa dengan anjloknya harga tembakau bukan bakar batik, melainkan mereka protes dengan bakar tembakau.
Moh. Kuddah, menuntut massa aksi yang bakar batik untuk segera minta maaf baik melalui media maupun langsung minta maaf pada pengrajin batik sendiri. “Kami pengrajin menuntut massa aksi untuk segera minta maaf kepada pengrajin batik, kalau tidak cepat minta maaf maka kami akan lapor pada polisi,” tandasnya.
Batik tulis, menurut Moh. Kuddah saat ini akan dicanangkan sebagai produksi terbesar di Indonesia. “Tapi kalau batik Pamekasan di lecehkan dengan dibakar maka orang akan berfikir negatif dengan batik Sekar Jagad atau batik Pamekasan lainnya. Jadi seharusnya massa aksi bukan membakar batik tapi bagaimana ikut membantu mempromosikan agar batik khas Pamekasan terkenal hingga kancah nasional,” pintanya. [din]

Tags: