Masyarakat Diimbau Tenang dan Beraktivitas Normal

Gubernur Jatim Dr H Soekarwo bersama petugas keamanan mengamati keadaan kantor gubernuran.

Keamanan Gedung Grahadi dan Kantor Gubernur Diperketat
Pemprov, Bhirawa
Gubernur Jatim Dr H Soekarwo mengimbau kepada seluruh masyarakat Jatim untuk tetap tenang dan melakukan aktivitas normal seperti biasanya. Sebab Polri dan TNI akan menjaga betul keamanan dan kenyamanan Jatim, pasca rentetan teror bom yang meledak di Surabaya dan Sidoarjo.
“Gerak teroris sekarang sudah semakin sempit atau tidak ada. Karenanya mereka menggunakan anak dan istri sebagai alatnya,” kata Gubernur Soekarwo, usai rapat terbatas dengan pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD) Pemprov Jatim, di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Senin (4/5).
Menurut dia, peledakan bom di beberapa tempat di Surabaya tersebut, sebagai dampak dari rasa marahnya kelompok teroris di Mako Brimob beberapa waktu lalu. “Tetapi sekarang sudah terkendali,” ujar Pakde Karwo, sapaan karib Gubernur Soekarwo.
Pakde Karwo menambahkan, para ahli strategi tentang terorisme sudah memperkirakan dimanfaatkan anak dan istri untuk mencapai tujuan para teroris ini. Pertimbangannya, supaya informasi tidak bocor dan soliditas terjaga. “Istri dan anak dijanjikan surga dan mereka diajak ke surga bersama-sama,” ujarnya prihatin atas pelibatan perempuan dan anak-anak tersebut.
Mantan Sekdaprov Jatim ini juga menyampaikan, posisi Pemprov Jatim sebagai garda depan penanganan korban terorisme. Gereja-gereja yang rusak akan diperbaiki Pemprov Jatim, demikian pula kesehatan para korban terorisme.
Sedangkan kerusakan sepeda motor akan dikoordinasikan dengan Pemkot Surabaya. Hal tersebut sesuai pembicaraan Presiden Joko Widodo dengan dirinya dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sehari sebelumnya. “Anak-anak korban yang masih bersekolah, secara prinsip dibantu pemerintah dengan prinsip dasar Pemprov Jatim yang melakukan pengaturan,” ungkapnya.

Keamanan Grahadi Diperketat
Pemprov Jatim memberlakukan pengamanan ketat terhadap Gedung Negara Grahadi Surabaya dan Kantor Gubernur Jatim. Pengamanan ketat ini dilakukan menyusul sejumlah insiden teror bom bunuh diri dibeberapa tempat di Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo.
“Pengamanan diperketat karena Gedung Grahadi dan Kantor Gubernur termasuk sebagai obyek vital. Tak hanya dua gedung tersebut, tapi juga kantor-kantor pemerintahan lainnya,” ujar Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Provinsi Jatim, Budi Santosa ditemui di Gedung Negara Grahadi, Senin (14/5).
Pengamanan ketat tak hanya bagi pengunjung, tapi juga bagi pegawai atau karyawan yang akan masuk kantor Gubernur dan Gedung Negara Grahadi, yakni dengan memeriksa barang bawaan menggunakan alat deteksi logam.
“Petugas jaga juga ditambah, jika biasanya sekali shift di Grahadi 12 orang maka sekarang 16 orang, kemudian di Kantor Gubernur biasanya 40 orang kini menjadi 45 orang untuk sekali shift,” ucapnya.
Pantauan di Gedung Negara Grahadi, pintu gerbang untuk semua kendaraan dipusatkan satu pintu, yakni di sisi gerbang timur. Petugas Satpol PP juga memberhentikan kendaraan roda dua dan empat sebelum masuk untuk diperiksa menggunakan alat deteksi logam dan meminta identitas pengunjung untuk dicatat.
Komandan Regu Satpol PP Grahadi, Matius Lembang mengaku mendapatkan tugas untuk memperketat penjagaan di pintu masuk dan berlaku selama 24 jam. “Kami mendapat perintah untuk memperketat pengamanan karena Grahadi adalah obyek vital utama. Setiap tamu yang datang harus diperiksa untuk menghindari hal tak diinginkan,” katanya.
Sebelumnya, lima ledakan beruntun terjadi di Surabaya dan Sidoarjo, yakni pada Minggu (13/5) bom bunuh diri di tiga gereja berbeda, yakni Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela di wilayah Ngagel, kemudian GKI Wonokromo Jalan Diponegoro, dan Gereja Pantekosta di Jalan Raya Arjuno.
Kemudian, Minggu malam sekitar pukul 20.00 WIB bom meledak di Rusunawa Blok B lantai 5 Kelurahan Wonocolo, Kabupaten Sidoarjo, serta pada hari ini bom meledak di pintu masuk Mapolrestabes Surabaya. [iib]

Tags: