Masyarakat Diminta Tak Kucilkan Penderita HIV/AIDS di Sidoarjo

dr Zuhaida. [alikus/bhirawa]

Sidoarjo, Bhirawa
Data dari Dinas Kesehatan Kab Sidoarjo, mulai tahun 2001 sampai 2018 lalu, jumlah kasus HIV/AIDS di daerah ini ada sebanyak 2.948 kasus. Ini menjadikan Kab Sidoarjo berada pada peringkat lima di Prov Jawa Timur.
Wakil Ketua II Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA) Kab Sidoarjo, dr Zuhaida MKes, mengatakan banyaknya kasus HIV/AIDS di Kab Sidoarjo bukan berarti gagal. Tapi menurutnya itu justru bisa membongkar fenomena “gunung es” pada kasus HIV/AIDS yang terjadi di Kab Sidoarjo.
“Sehingga bisa cepat ditangani, bila tidak, maka akan bisa berkembang tambah banyak,” komentar dr Zuhaida, Kamis (14/3) kemarin, disela-sela kegiatan koordinasi KPA Sidoarjo dengan Mitra KPA Sidoarjo, di ruang Delta Karya Setda Sidoarjo.
Untuk menangani kasus HIV/AIDS di Sidoarjo, kata dr Ida, dibutuhkan peran dan kerja sama dari OPD dan mitra KPA sesuai dengan tanggung jawabnya masing-masing.
Kenapa demikian? Karena virus HIV/AIDS dianggap sudah berada di depan rumah masing-masing. Sehingga bisa
mengancam siapa saja. Tidak pandang bulu dan tidak mengenal status.
“Efek dari kasus HIV/AIDS ini, tidak hanya mengganggu masalah kesehatan saja, tapi juga masalah sosial dan lainnya,” kata dr Ida.
Karena itu apabila sampai 30 tahun mendatang, kasus HIV/AIDS masih menimpa bangsa Indonesia khususnya di Kab Sidoarjo, maka akan bisa menimbulkan krisis generasi produktif dan bisa menjalar pada krisis lainnya.
Data dari Dinkes Kab Sidoarjo, pada Pebruari 2019 kemarin, sudah ditemukan lagi ada 80 kasus penderita HIV/AIDS di Kab Sidoarjo.
Salah satu upaya untuk menangani kasus HIV/AIDS ini, kata dr Ida, masyarakat diminta supaya tidak melakukan diskriminasi terhadap penderita atau orang dengan HIV/AIDS (ODHA).
Dr Ida yang juga Kabid Kesehatan Masyarakat di Dinkes Sidoarjo juga mengatakan, di Kab Sidoarjo kasus HIV/AIDS juga ada yang dialami ibu-ibu hamil.
“Tidak hanya dialami karena hubungan intim yang tidak sehat dan tidak karena pemakaian jarum suntik bergantian para pecandu Narkoba saja,” katanya.
Maka itu untuk mencegah penularan pada bayinya, menurut dr Ida, ibu hamil yang terinfeksi HIV/AIDS supaya sejak awal hamil secara rutin memeriksakan kondisinya.
Pengobatan para penderita HIV/AIDS di Kab Sidoarjo, seperti di 26 Puskesmas di Kab Sidoarjo, ditegaskan oleh dr Ida, tidak dipungut biaya alias gratis.
Dengan koordinasi yang bagus dari semua pihak, menurut dr Ida, semoga pada tahun 2030 mendatang, Prov Jawa Timur khususnya Kab Sidoarjo bisa terealisasi tiga zero. Yakni tidak ada infeksi baru, tidak ada kematian akibat HIV/AIDS dan tidak ada diskriminasi untuk mencapai eliminasi HIV/AIDS di tahun 2030. (kus)

Tags: