Dinkes Banyuwangi Ajak Warga Waspadai TBC

Kepala Dinkes Hariadji Sugito memberikan paparan di Hotel Ketapang

Kepala Dinkes Hariadji Sugito memberikan paparan di Hotel Ketapang

Banyuwangi, Bhirawa
Masyarakat Banyuwangi diminta untuk waspada terhadap penyebaran Tuberculosis (TBC). Bahkan sejak dua tahun terakhir di Banyuwangi telah ditemukan peningkatan kasus TBC Multi Drug Resistant (MDR) atau kebal terhadap pengobatan yang biasa dilakukan. Hal itu diungkapkan oleh Kepala Bidang Pencegahan Penyakit Dinkes Banyuwangi  Waluyo.
“TBC akan berubah menjadi TBC MDR karena penderita tak segera berobat. Jika mereka sudah divonis TBC MDR, penanganannya akan jauh lebih sulit, lebih lama dan lebih mahal,” ujar Waluyo sambil menyebutkan jumlah penderita TBC MDR di Banyuwangi yang telah mencapai 12 orang, Senin (16/2).
Bentuk penanganan yang disebut-sebut  lebih sulit, lebih lama dan lebih mahal tersebut antara lain, kata Waluyo, penderitanya harus dikirim ke rumah sakit rujukan untuk TBC. Rumah sakit rujukan untuk Banyuwangi adalah RS Syaiful Anwar Malang. Di sana, pada awalnya mereka akan diminta untuk rawat inap selama 20 hari, dan selama itu akan diinjeksi serta diharuskan minum obat di hadapan petugas. Tak berhenti di situ, penderita kasus TBC MDR akan menjalani perawatan lanjutan selama 18 bulan dengan pola pengobatan yang sama seperti sebelumnya.
“Pengobatan TBC MDR ini harus tuntas. Pasien tidak boleh memutuskan secara sepihak pengobatannya (drop out). Harus dokter yang memutuskan kapan penderita boleh berhenti mengonsumsi obat-obatannya,”terang Waluyo.
Karena itu Waluyo mengimbau, jika ditemui ada warga sekitar atau anggota keluarga yang sakit batuk tak kunjung sembuh, badannya kurus kering dan pada malam hari sering keluar keringat dingin,  untuk segera mengajaknya periksa atau melaporkannya  pada Puskesmas  terdekat. “Tidak perlu khawatir, untuk mengetahui lebih lanjut apa yang diderita, pasien bisa mengandalkan dokter rumah sakit, dokter Puskesmas atau pun dokter pribadi tempat ia diperiksa. Para dokter tersebut akan membantu mereka mendapatkan perawatan hingga tuntas,” tuturnya sambil meminta agar pemeriksaan segera dilakukan, agar penyakitnya tak semakin parah.
Waluyo mengatakan, upaya pemkab untuk menekan penyebaran penyakit ini terus dilakukan. Mulai dari promosi kesehatan dan upaya preventif di PKK dan  lingkungan organisasi kemasyarakatan, hingga pengobatan. “Mereka harus tahu bahwa kebersihan dalam rumah harus terus dijaga, termasuk adanya ventilasi  udara yang cukup agar sirkulasi udara terus berganti dan mendapatkan pencahayaan sinar matahari secara langsung,”tandasnya.
Untuk diketahui, TBC ditularkan oleh kuman. Tak heran jika penderita TBC meludah di lantai atau tempat yang dingin, kumannya malah akan hidup lama. Karena itu penderita TBC perlu memahami etika batuk, yakni bila batuk ditutup dan bila ingin meludah harus meludah di tempat khusus yang kemudian diberi desinfektan untuk membunuh kuman.
Yang perlu diwaspadai, penyakit yang digolongkan ke dalam penyakit menahun dan kronis ini bahkan sekarang penularannya tak hanya pada orang dewasa saja, namun mulai banyak menyerang anak-anak (TB anak). Dan yang terberat adalah TBC yang menyerang penderita HIV/AIDS. Orang dengan HIV jika berdekatan dengan penderita TBC, bisa dipastikan ia akan langsung tertular. [nan]

Tags: