Masyarakat Harus Belajar Memilah Berita

Masyarakat sungguh diharapkan belajar memilah berita, mana yang fakta dan mana yang hoaks atau berita bohong.
Masyarakat harus lebih peka dan cermat memilih terhadap berbagai berita yang ada serta menganalisis setiap kejadian yang terjadi.
Semua harus mau belajar dari kasus kebohongan yang dilakukan Ratna Sarumpaet.
Berita hoaks kini semakin menjalar ke mana-mana sehingga masyarakat juga harus bisa mengenali karakter pencipta berita.
Walaupun tidak mengenal secara langsung, setidaknya mencoba mengamati tingkah laku pencipta berita tersebut.
Dalam kasus Ratna Sarumpaet yang mengaku telah berbohong menjadi korban penganiayaan, Lisa mengatakan kebohongan publik yang dilakukan oleh Ratna merupakan sebuah tindakan dalam batas kesadarannya sebagai manusia, tetapi dipengaruhi oleh gangguan psikologis seperti psikopati atau narsisis.
Gangguan seperti ini biasanya berasal dari kurangnya kemampuan untuk berempati terhadap orang lain sehingga berbohong menjadi patologis.
Dalam ilmu komunikasi, berbohong itu ibarat bersandiwara. Peran yang dimainkan adalah sesuai dengan apa yang dipikirkannya sehingga bisa jadi tindakan berbohong dilatarbelakangi oleh motif ingin mendapat perhatian atau kepentingan kekuasaan terhadap diri sendiri.
Bahwa seseorang melakukan kebohongan karena moralnya sudah terganggu dan juga ada kaitannya dengan psikologi. Artinya begini, apabila penanaman moral pada seseorang itu baik maka psikologi mereka pasti akan baik juga. Pada kasus ini Ibu Ratna sudah melakukan kebohongan dengan pemberitaan yang tidak benar. Ibu Ratna sudah mengganggu kenyamanan publik.
Saya sepakat bahwa penting bagi masyarakat untuk sadar akan kehadiran media. Literasi media sangat penting bagi masyarakat.
Masyarakat harus menyaring informasi dan saling mengedukasi tentang informasi yang beredar di media ataupun di kehidupan sehari-hari.

Dr Lisa Adhrianti
Akademisi Universitas Bengkulu

 

Tags: