Masyarakat Keluhkan Penerapan Jam Malam

Petugas gabungan lakukan operasi yustisi jam malam. [wiwit agus pribadi/bhirawa]

Wali Kota Hadi: Demi Memutus Penyebaran Covid-19
Kota Probolinggo, Bhirawa
Pemerintah Kota Probolinggo telah mengambil kebijakan yang diharapkan menjadi solusi terbaik bagi masyarakatnya. Wajar jika kebijakan tersebut akan mendapat berbagai respon dan berdampak bagi pihak tertentu. Salah satunya adalah penerapan jam malam bagi pelaku usaha sejak akhir tahun 2020 lalu.

Pasalnya, banyak masyarakat mengeluh tentang adanya pembatasan waktu jam operasional malam hari di akun medsos milik Pemerintah Kota Probolinggo.

“Jawabannya, corona memang tidak hanya di malam atau siang hari, tetapi kebanyakan kerumunan terjadi di malam hari. Maka Pemkot membatasi supaya tidak terjadi kerumunan. Tolong jangan dipikir untuk diri sendiri tanpa memikirkan kemashlahatan yang lainnya,” tegas Wali Kota Probolinggo Habib Hadi Zainal Abidin, Rabu (20/1)

Hingga hari ini (20/1) masyarakat yang terpapar Covid 19 di Kota Probolinggo mengalami penurnan sebanyak 9 orang. Yang dirawat ada 196 orang. Sehingga total terkonfirmasi positif mencapai 1.817 orang, Sembuh 1493 orang dan meninggal dunia 128 orang.

Untuk itu, Wali Kota Habib Hadi selalu mengingatkan masyarakat untuk disiplin protokol kesehatan. Menurutnya, cara memutus mata rantai sangat mudah dengan disiplin 4M yaitu menggunakan masker, sering mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menjaga jarak dan menghindari kerumunan.

“Kami bersama TNI-Polri setiap hari selalu melakukan operasi yustisi, jika masyarakat tidak disiplin tentunya tidak ada hasil yang maksimal. Semuanya tentu ingin kembali ke zona hijau. Jika masyarakat disiplin kegiatan perekonomian tidak akan ada pembatasan,” ungkapnya.

Orang nomor satu di Kota Probolinggo itu juga menyampaikan, dengan adanya vaksin Covid 19 menjadi langkah terbaik untuk bisa hidup normal dengan mengedepankan protokol kesehatan. Ia mensyukuri tahapan vaksinasi sudah berjalan di Indonesia yang didahului dengan Presiden Joko Widodo. Sedangkan di Jawa Timur, Wagub Emil Elistianto Dardak sudah divaksin berikut tiga wilayah lainnya di provinsi ini.

“Inilah yang menjadi dasar bahwa vaksinasi sudah aman dan tidak ada keraguan lagi. Ada hasil dari MUI, BPOM dan penelitian lainnya. Jangan termakan isu seakan vaksin Covid 19 ini banyak mudhorotnya,” ucap mantan anggota DPR RI ini.

Perencanaan vaksin di Kota Probolinggo jumlah sasaran 2.233 tenaga kesehatan, sedangkan jumlah seluruh sasaran 144.967. Target vaksinasi 28 sesi per hari, 15 orang per sesi, 420 orang sasaran tervaksin per hari. Dengan jumlah vaksinator sebanyak 80 orang.

Pemberlakuan jam malam oleh Pemkot Probolinggo, menjadi telak bagi para pelaku usaha di kota setempat. Tak hanya pemilik usaha toko, para pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan saat malam hari juga mengeluh.

Sebab, omzet mereka turun drastis dibanding tanpa jam malam. Pedagang gorengan di Jalan Mastrip, Kota Probolinggo, Jamaludin, mengaku tidak bisa leluasa berjualan sejak diberlakukannya jam malam. Bahkan, omzetnya jauh menurun. “Sehari jualan tidak pernah dapat Rp 500 ribu. Gimana mau dapat hasil, “keluh warga Kelurahan / Kecamatan Kedopok, tersebut.

Jamal mengaku kesulitan untuk berdagang karena pembeli gorengan lebih banyak ketika malam. Sedangkan, ketika pembelinya masih jarang. “Kalau mau digeser jualan sakit, yang beli sedikit. Ramainya itu saat malam, tapi kalau malam malah batasi ini masalah, “keluhnya.

Pedagang berusaha tetap berjualan sampai di atas jam yang ditentukan Pemkot. Yakni, di atas pukul 20.00. Namun, dia menyiasatinya dengan mematikan lampu penerangan tempatnya berjualan.

“Kalau jam segini lampu saya matikan, tetapi banyak yang mengira tutup, padahal masih jualan meski lampu dimatikan. Akibatnya, omzet tidak pernah sampai Rp 500 ribu, “ujarnya.

Hal senada bisnis Maliq, pemilik warung makan di Jalan Cokroaminoto. Ia membuka warungnya sejak pukul 15.00 dan tutup tak jarang di atas pukul 20.00. Namun, ketika pukul 20.00, Maliq mematikan lampu di rombong jualannya.

“Kalau pukul 20.00, kalau ada yang beli cuma bisa bungkus saja. Kalau sakit masih bisa makan di tempat,” ujarnya. Dengan adanya bukti jam malam ini, Maliq mengakui pendapatannya menurun. Pada situasi normal, dia biasa berjualan sampai pukul 21.00.

”Akhirnya jualan dimajukan. Biasanya pukul 16.00, sekarang pukul 15.00. Tapi, tetap kerasa. Jualan makanan itu ramainya saat malam,” lanjutnya.

Wali Kota Probolinggo Hadi Zainal Abidin tetap meminta masyarakat mematuhi protokol kesehatan. Ia juga menjanjikan, jika masyarakat patuh protokol kesehatan, jam malam akan dicabut. “Jika masyarakat disiplin dan patuh dengan protokol kesehatan, SE yang membina malam akan dicabut,” tambahnya. [wap]

Tags: