BPBD Bojonegoro saat melakukan droping air bersih diwilayah Bojonegoro.(achmad basir/bhirawa)
Bojonegoro, Bhirawa
Masa tanggap darurat kekeringan di Kabupaten Bojonegoro diperpanjang. Intensitas hujan yang masih rendah di awal musim membuat sumber air belum memancar seperti sedia kala. Banyak warga yang kesulitan mendapatkan air bersih.
Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Bojonegoro, M.Z Budi Mulyono mengatakan, droping air bersih masih akan terus dilakukan hingga 22 November mendatang di sejumlah desa yang terdampak kekeringan.
Hal ini sesuai dengan informasi yang diterima BPBD dari Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika (BMKG) terkait musim kemarau yang diperkirakan baru akan berakhir November.
“Ya masih terus droping walaupun hujan sudah turun. Kita targetkan terakhir pada tanggal 22 November 2018,” kata Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Bojonegoro, MZ Budi Mulyono, kemarin (14/11).
Sebelumnya, akhir dropping direncanakan hanya sampai tanggal 8 November 2018, namun melihat kondisi di lapangan durasi dropping diperpanjang menjadi hingga 22 November 2018.
” Droping air bersih akan dilakukan hingga sumber air di wilayah setempat kembali memancar. Biasanya memang begitu hujan turun sumber mata air tak langsung memancar,” ujarnya.
Jumlah desa yang kekeringan lanjut Budi, masih tetap 72 desa yang tersebar di 18 kecamatan. Sendangkan total rencana pengiriman hingga terakhir pada 22 November 2018, nantinya adalah 500 truk tangki.
” Dengan anggaran biaya per truk tangki beserta ongkos kirim sejumlah Rp 400 ribu. Jadi total anggaran sekitar Rp 200 juta,” pungkasnya.
Wilayah yang terdampak kekekringan dan kekurangan air bersih berada di 18 kecamatan, yakni Temayang sebanyak 4 desa, Sukosewu 2 desa, Sumberrejo 10 desa , Ngasem 9 desa, Ngraho 2 desa, Kasiman 4 desa, Bubulan 3 desa, Ngambon 2 desa.
Kemudian di Kecamtan Tambakrejo 4 desa, Sugihwaras 10 desa, Purwosari 3 desa, Kepohbaru 3 desa, Kedungadem 8 desa, Baureno 1 desa, Dander 1 desa, Trucuk 3 desa, Malo 2 desa dan Kanor 1 desa. [bas]
