Materi Soal HOTS Tidak Selalu Lebih Susah

Kepala Puspendik Kemdikbud RI Moch Abduh sedang memaparkan soal HOTS di SMAMITA

Puspendik Lakukan Sosialisasi ke Sekolah-sekolah
Sidoarjo, Bhirawa
Kekhawatiran sekolah maupun siswa terhadap soal dengan HOTS (Higher Order Thinking Skill) dalam Ujian Nasional (UN) 2019 ini tidak perlu terlalu berlebihan. Sebab, soal dengan keterampilan berfikir tingkat tinggi itu tidak selalu lebih sulit dari soal pada umumnya.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Pusat Penilaian Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Puspendik) Moch Abduh, Ph.D dalam kunjungan kerjanya di SMA Muhammadiyah 1 Taman Sidoarjo (Smamita), Jumat (15/2). M Abduh mengungkapkan, soal HOTS bukanlah soal yang pasti lebih sukar. Namun, soal ini lebih membutuhkan cara berpikir yang kontekstual.
“Ciri ciri soal HOTS itu menransfer satu konsep ke konsep lainnya. Soal menggunakan berbagai informasi untuk menyelesaikan masalah. Soal yang disusun harus mengukur kompetensi yang akan diukur” katanya. Ia jelaskan, untuk menyusun soal HOTS harus menggunakan konteks dunia nyata. “Penyajian kasus nyata akan memungkinkan proses menelaah informasi yang lebih baik,” pungkas M. Abduh.
Sementara itu, Ketua Majelis Dikdasmen PWM Jatim Arbaiyah Yusuf menjelaskan, kalau tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kualitas guru di perguruan Muhammadiyah di Sepanjang. “Bagaimana kemudian guru di perguruan Muhammadiyah Sepanjang mampu membuat soal yang arahnya ke higher order thinking tersebut,” jelasnya.
Kepala SMAMITA Zainal Arif Fakhrudi menuturkan, pertemuan ini sangat penting untuk sekolah, khususnya dalam mempersiapkan diri menjelang UN 2019 yang sudah di depan mata. Terutama bagi lima guru yang mengajar mata pelajaran untuk UN.
Pihaknya berharap, usai mendapatkan pencerahan para guru semakin memahami materi soal yang berkaitan dengan mata pelajaran UN. Misalnya terkait soal-soal penalaran yang mewajibkan siswa menggunakan nalar dan memperbanyak literasi serta kemampuan membacanya. “Apalagi hal itu dikaitkan pada persoalan-persoalan penjabaran yang bersifat aktual dan factual,” katanya.
Soal UN yang seperti ini, mendorong siswa menggalakkan budaya membaca dan literasi serta tidak membuat siswa terkotak pada jawaban yang sudah ada. Hal ini juga mendorong siswa berpikir enjoy dan aktual. Tidak hanya itu, kegiatan ini juga untuk mendongkrak nilai UN para siswa. Apalagi selama ini sekolah-sekolah dibawa naungan Muhammadiyah nilai UN masih dibawa para siswa dan siswi sekolah negeri. “Harapan saya bisa mendongkrak kemampuan guru dan siswa maupun siswi. Sekaligus menyiapkan guru dan peserta didiknya siap menghadapi UN Tahun 2019 yang tingggal beberapa bulan saja,” harapnya.
Hadir dalam acara tersebut para Kasek, Wakil Kasek dan guru dari SD Muhammadiyah 1-2 Taman, MTS Muhammadiyah 1 Taman, SMP Muhammadiyah 2 Taman, SMA Muhammadiyah 1, SMK Muhammadiyah 1 Taman, SMK Muhammadiyah 2 Taman serta 5 guru Mata Pelajaran UN dari SD, SMP, SMA dan SMK perguruan Muhammadiyah Sepanjang. [ach]

Tags: