Mayoritas Sekolah Pilot Project Tak Siap Gelar UN CBT

Ujian dengan metode Computer Based Test (CBT)  akan digelar di seluruh kabupaten/kota di Jatim tahun ini dan akan diikuti oleh siswa mulai jenjang SMP, SMA dan SMK.

Ujian dengan metode Computer Based Test (CBT) akan digelar di seluruh kabupaten/kota di Jatim tahun ini dan akan diikuti oleh siswa mulai jenjang SMP, SMA dan SMK.

Dindik Jatim, Bhirawa
Ada kesan tergesa-gesa dalam pelaksanaan Ujian Nasional (UN) dengan metode Computer Based Test (CBT) yang akan digelar mulai tahun ini. Hal ini terlihat dari rendahnya kesiapan sekolah yang ditunjuk Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) sebagai pilot project.
Di Jatim, bahkan lebih dari separo sekolah pilot project menyatakan tidak sanggup melaksanakan UN berbasis online ini. Sejumlah daerah sudah mengirimkan surat ketidaksanggupan ke Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim. Sebagian daerah lainnya juga tidak memberikan laporan kesanggupan sampai batas yang ditentukan habis pada 30 Januari lalu. Termasuk Kota Surabaya yang lebih dulu mempersiapkan UN CBT juga tak lebih siap dari daerah lain.
“Sampai saat ini belum ada separo sekolah pilot project yang memberikan report ke kita terkait kesiapan. Ada juga yang mengirim report tapi intinya tidak sanggup,” kata Kabid Pendidikan Menengah Pertama dan Menengah Atas Dindik Jatim Bambang Sudarto saat dihubungi, Senin (2/2).
Seperti diberitakan sebelumnya, di Jatim terdapat 198 sekolah yang dinominasikan sebagai sekolah pilot project pelaksana UN CBT. Sekolah yang dinominasikan itu bisa melanjutkan untuk melaksanakan UN CBT jika memberi jawaban ke Puspendik dan Dindik Jatim terkait kesiapan paling lambat pada 30 Januari. “Kalau tidak memberi kesanggupan berarti dinyatakan tidak sanggup,” kata Bambang.
Bambang menuturkan, sekolah yang tidak sanggup tersebar di sejumlah daerah. Dia mencontohkan di Kabupaten Pacitan, dari tiga sekolah yang ditunjuk hanya dua SMK yang sudah siap. Selain itu, Kota Madiun dari enam sekolah yang ditunjuk, dua SMA yang tidak siap. Surabaya yang kuotanya paling banyak, yakni 26 sekolah, tidak lebih dari lima sekolah yang sudah memberi jawaban kesiapan.
“Kami menganggap ini wajar karena sosialisasi yang diberikan dari pusat sangat mepet waktunya. Karena itu kami berharap ada kelonggaran waktu dari Puspendik,” kata Bambang.
Kasi Kurikulum Dindik Jatim Eka Ananda menambahkan, waktu yang diberikan Puspendik untuk mengumumkan sekolah pilot project tidak lebih dari tujuh hari dari batas waktu yang ditentukan. Data sekolah sasaran itu baru diterima pada 23 Januari melalui email. Saat itu juga, Eka mengaku langsung mengirimnya ke kabupaten/kota se-Jatim melalui email dan mengirim surat faktual pada 26 Januari. “Waktunya memang mepet sekali. Sekolah tentu masih mikir-mikir untuk menilai kesiapannya sendiri,” kata Eka.
Sementara itu, Kepala Dindik Surabaya Ikhsan mengakui ketidaksiapan sekolah-sekolah di Surabaya. Hal ini didasari sejumlah alasan, selain sarana-prasarana juga karena faktor SDM. “Yang paling penting SDMnya. Kesiapan mental siswa dan guru yang mengawasi itu harus disiapkan betul. Karena itu untuk tahun ini mungkin Surabaya tidak dulu,” kata Ikhsan.
Ikhsan mengakui selama ini Surabaya sudah biasa dengan ujian online maupun try out online. Namun itu juga belum menjadi jaminan, apalagi dalam UN CBT ini jadwalnya terbagi dalam tiga shift dan sehari ada dua mata pelajaran. “Yang paling dikhawatirkan justru pesertanya tidak siap secara psikologis,” pungkas Ikhsan. [tam]

Tags: