Mayoritas TBC Berkembang di Daerah Kumuh

Wali Kota Mojokerto Mas’ud Yunus menandatangani naskah Deklarasi Bebas TBC di Gedung DPRD Kota Mojokerto, Selasa (21/3). [kariyadi/bhirawa]

Kota Mojokerto,  Bhirawa
Lingkungan kumuh di sejumlah kawasan di Kota Mojokerto menjadi sasaran penyebaran penyakit menular, seperti Tubercolusis atau TB. Hal ini terjadi karena penularan TBC melalui kontak langsung dan udara. Sehingga kawasan padat penduduk juga menjadi tempat maraknya penyebaran TBC.
Menurut Mas’ud Yunus, Wali Kota Mojokerto, saat Deklarasi Program Ketuk Seribu pintu di Gedung DPRD Kota Mojokerto yang diprakarsai PD Aisiyah Kota Mojokerto, Selasa (21/3) kemarin.
”Lingkungan kumuh dan padat penduduk memang jadi sarang penyebaran penyakit menular TBC. Keterlibatan masyarakat untuk mendeteksi penyakit TBC yang dilakukan kelompok Aisiyah ini kita apresiasi,” terang Wali kota.
Sementara itu, data penderita TBC di Kota Mojokerto mengalami tren kenaikan pada kelompok usia Balita. Tahun 2015 penderita TBC ditemukan 277 penderita, Balitanya ada 46. Sedangkan tahun 2016 turun menjadi 266 penderita, sementara usia Balita yang kena TBC naik menjadi 54 penderita.
”Kondisi ini harus menjadi perhatian para orang tua. Karena tren penyakit TBC menyerang balita ini cenderung naik,” timpal Christiana Indah Wahyu Kepala Dinas Kesehatan Kota Mojokerto mendampingi Wali kota.
Sementara itu, Deklarasi Kota Mojokerto Bebas TBC kemarin dolakukan SSR Community TB Care Aisyiyah Kota Mojokerto. yang merupakan program Pimpinan Daerah (PD) Aisyiyah.
Program ini sudah dimulai pada tanggal 7 Maret 2017 dan berakhir pada tanggal 20 Maret 2017. Dengan melibatkan 43 kader, selama kurun waktu dua pekan itu, kader mengetuk dari satu pintu ke pintu rumah-rumah penduduk di Kota Mojokerto. Para kader menanyakan satu per satu anggota keluarga yang mungkin saja menderita TB. Adapun sampai saat ini sudah ada 1.411 rumah yang diketuk pintunya. Dan dari jumlah tersebut, terdapat 135 orang suspect atau penderita TB yang sudah dirujuk ke Puskesmas.
”Dari jumlah tersebut, 74 di antaranya sudah postif TB dan sudah melaksanakan rujukan ke instansi terkait,” jelas Tatik Lutfiati, ketua SSR Community TB Care ‘Aisyiyah.
Dijelaskan pula, selama pelaksanaan Program Ketuk Pintu tersebut, banyak sekali kendala yang dihadapi. Terutama tanggapan masyarakat sendiri yang umumntya tertutup apabila ada anggota keluarganya yang menderita TB. “Yang menolak ditanya juga banyak,” tambah Tatik, di sela-sela kegiatan Deklarasi Kota Mojokerto Bebas TB di Gedung DPRD Kota Mojokerto, kemarin. [kar]

Tags: