Mbah Rasimun Menjadi Maestro Seni Payung

Kota Malang, Bhirawa
Usia boleh tua, tetapi berkarya harus tetap dilakukan. Seperti yang alami oleh  Mbah Rasimun. Kini usianya sudah 90 tahun, namun  warga Jalan Laksamana Adi Sucipto Gang Taruna 3, RT 04, RW 03, Kelurahan Pandanwangi, menorehkan prestasi yang luar biasa.
Mbah Rasimun, menjadi pengrajin payung kertas legendaris, atas karyanya itu, ia  mendapat penghargaan dari Sri Paduka Mangkunagoro IX Kasunanan Surakarta dan Mataya. Ia dinilai berdedikasi tinggi dalam melestarikan seni dan budaya Indonesia, pembuatan payung kertas. Atas penghargaan itu Mbah Rasimun kini menjadi maestro seni payung Indonesia.
Kabar penghargaan dari pihak Kasunanan Surakarta dan Mataya diterima langsung oleh putra Mbah Rasimun, Rusikin serta Yuyun Sulastri dari Karya Bumi Ngalam (Kabunga) yang selama ini membantu pengembangan karya sang maestro.
Mendapat berita itu,  Mbah Rasimun terbang ke Surakarta untuk langsung menerima penghargaan tersebut. Bahkan, di Surakarta Mbah Rasimun juga sempat menunjukkan bagaimana kelihaiannya mengukir payung kertas di depan para khalayak.
Rusikin sang putra mengaku sangat bangga atas penghargaan yang diperoleh ayahnya. Ia menceritakan Mbah Rasimun  sudah membuat payung kertas sejak tahun 1945 dan konsisten hingga hari ini.
Awalnya, payung kertas hasil kreasi Mbah Rasimun ini dijual di beberapa lokasi, namun atas keteguhannya terus berkreasi payung buatan Mbah Rasimun kini bisa tembus pasar internasional.
“Tentunya kami dari keluarga sangat berbangga dan berterima kasih,  Mbah Rasimun, bapak saya bisa mendapatkan penghargaan, dari Sri Paduka Mangkunagoro IX,” kata Rusikin.
Ia menambahkan, kesuksesan Mbah Rasimun mengangkat Kota Malang di level nasional hingga internasional melalui seni payung kertas memberikan motivasi tersendiri bagi warga sekitar untuk berkreasi mengembangkan seni pembuatan payung.
Warga bersama dengan tokoh masyarakat kini sedang aktif berdiskusi untuk mengembangkan Kampung Payung sebagai destinasi wisata Kota Malang. “Warga dan Pak RW akan berembug dan rapat bagaimana nantinya pengembangan untuk Kampung Payung di lokasi Mbah Rasimun tinggal ini,” ujar Rasikin.
Ditempat terpisah,  Yuyun Sulastri, dari Karya Bunga Ngalam yang selama ini membantu pengembangan karya Mbah Rasimun mengatakan, pihaknya sedang menyiapkan kolaborasi payung kertas buatan Mbah Rasimun dengan lukisan Topeng Malang. Karya itu akan dinamakan “Payung Ngepot”. Kata Ngepot sendiri merupakan bahasa ‘walikkan’ dari Topeng.
“Kami akan bekerjasama dengan seni lukis topeng di Desaku Menanti, sehingga kolaborasi ini diharapkan menjadi hal yang sangat positif dimasa yang akan datang, ” kata Yuyun.
Ia menjelaskan, kolaborasi serupa sebenarnya sudah dilakukan Kabunga. Waktu itu payung kertas hasil kreasi Mbah Rasimun dikombinasi dengan lukisan para pelukis ternama Kota Malang. Hasilnya, Payung Kertas itu laris manis di pasaran hingga dipesan wisatawan dari Jepang, Perancis dan bahkan dalam waktu dekat Mbah Rasimun diundang ke Thailand.
“Kita bangga memiliki maestro seni payung kertas asal Kota Malang. Dan yang positif, setelah Mbah Rasimun mendapat penghargaan warga sekitar semangat untuk mengembangkan seni tersebut. Tentunya ini adalah peluang yang baik bagi tumbuhnya ekonomi warga sekitar,”pungkasnya. [mut]
Teks: Mbah Rasimun, sang maestro payung saat mendemokan membuat payung kertas. [mut]

Tags: