‘Mbahnya’ Pemadam Kebakaran

Setyana Dwi Harto

Setyana Dwi Harto
Menjadi firefighter atau petugas pemadam kebakaran memang bukan pekerjaan mudah. Bergelut mengendalikan amukan api, ancaman kesehatan dari gas berbahaya yang ditimbulkan kebakaran, belum lagi menghadapi korban yang emosinya tak stabil dan berbagai risiko lainnya yang bisa menimpa setiap waktu.
Untuk itu, pekerjaan yang satu ini bukan dianggap sebagai sekadar profesi oleh pelakunya, melainkan sebuah jalan hidup. Setyana Dwi Harto (58), Kepala unit pelaksana tugas (UPT) Pemadam Kebakaran mendapat julukan ‘Mbahnya’ pemadam kebakaran di Kabupaten Nganjuk.
Menjelang usia pensiunnya, Setyana telah menangani ratusan kali kasus kebakaran, setiap amukan api pun memiliki kenangan akan bahaya tersendiri. “Namanya juga tugas, intinya pilihan hidup saya sudah di sinu. Khawatir ada, tapi Yang Kuasa yang punya kehendak,” ujarnya saat ditemui di Kantor Satpol PP Pemkab Nganjuk.
Setyana yang bergelut di dunia pemadam sejak 2008, benar-benar orang lapangan yang memiliki prinsip kerja bahwa pekerjaan harus diselesaikan di lapangan. Setyana, memang memikul tanggung jawab yang berat, Ditangannya bersama tim pemadam, bergantung harapan warga yang rumahnya diamuk si jago merah. Berpacu dengan waktu untuk segera mungkin datang ke lokasi.
Bahkan tak jarang, perburuan waktu petugas, kerap mengundang insiden di jalan. Hal itu pun jadi tantangan tersendiri dari tugas pemadam, tak terkecuali bagi Setyana meskipun jabatannya sebagai kepala UPT. “Kami sudah klakson, sirine nyala, lampu nyala, tetap saja ada yang nggak merespon. Padahal kami kan berpacu dengan waktu. Bagi kami orang lapangan, ya selesaikan secara lapangan saja,” kata Setyana.
Rupanya, pengalamannya itulah yang mengantar Setyana, dipercaya sebagai kepala UPT Pemadam Kebakaran yang masuk dalam jajaran Satpol PP Pemkab Nganjuk. Menurut Setyana, profesi pemadam kebakaran belum mendapatkan apresiasi positif di Indonesia, baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Berbeda di Eropa yang anak-anaknya bangga bukan kepalang jika sang ayah bekerja sebagai pemadam kebakaran.
Di Indonesia, tak jarang penghargaan mereka hanya sebatas air minum kemasan yang dibagikan usai berhasil memadamkan api, bahkan kerap tanpa sekadar ucapan terima kasih. Namun, apa lah arti semua itu dibanding pengabdian tulus kepada masyarakat. “Seorang fireman tidak pernah berprasangka buruk. Itu juga tantangan kami sebagai petugas pemadam kebakaran,” pungkasnya. [ris]

Rate this article!
Tags: