Mbatik Bareng Cara Undika Peringati Hari Batik Nasional

Para mahasiswa yang mengikuti Pelatihan “Mbatik Bareng” tengah serius membuat pola dengan menggunakan canting.

Surabaya, Bhirawa
Antusiasme para mahasiswa dalam belajar membatik cukup tinggi. Tak sedikit mereka yang tertantang dengan membuat batik. Mulai dari proses pembuatan motif, hingga membatik menggunakan canting, semua tahapan dilakukan dengan penuh detail dan kehati-hatian. Suasana itulah yang terlihat di ruang Expo Universitas Dinamika (Undika) Surabaya, Rabu (2/9). Saat puluhan mahasiswa mengikuti pelatihan “Mbatik Bareng”.
M Nur Luqman Wahid, salah satu mahasiswa yang mengikuti pelatihan membatik tersebut mengungkapkan jika ini merupakan pengalaman keduanya dalam membatik. Sehingga ia mulai terbiasa dengan penggunaan canting untuk membuat batik. Meskipun begitu, ia mengaku jika membatik cukup sulit. Jika tidak terbiasa dan tidak hati-hati mengukir canting dengan motif bisa mblobor atau merembes lebar. Selain itu juga mengukur suhu malam.
“Motif kecil-kecil yang sangat detail juga agak susah diukir. Jadi kalau enggak terbiasa memang susah,” katanya.
Mahasiswa semester lima ini menjelaskan, dalam pelatihan ini pihaknya diminta membatik sesuai dengan motif bunga yang telah di gambit sebelumnya. Kemudian gambar di duplikasi menggunakan kertas kalkir yang diatasnya ditaruh kain untuk digambar menggunakan canting.
Sementara itu, salah satu doktor (Dr) batik di Indonesia, Karsam mengungkapkan dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional, para peserta yang terdiri dari mahasiswa dan jajaran PR Undika dikenalkan dengan alat dan bahan. Selain itu juga, ia mengajarkan pemilihan alat, dan bahan kain yang akan digunakan untuk membatik. Sebab, kegiatan membatik bukanlah hal yang mudah. Tidak semua orang menurut dia bisa membatik. Karena pekerjaan tersebut cukup unik dan butuh ketelatenan.
“Dalam pelatihan ini kami lebih tekankan pada pencantingannya. Membuat motif . Tujuannya agar mereka memahami cara membatik. Sehingga orang bisa menghargai batik mahal atau tidak bergantung pada teknik pembuatannya,” urainya.
Kendati banyak berdatangan produk batik printing, ecoprint hingga batik Cap. Pihaknya berharap agar proses tradisi klasik jangan sampai ditinggalkan. “Dan pemerintah harus punya perhatian terhadap ini. Karena batik menjadi kekayaan kita,” pungkasnya. [ina]

Tags: