Mei 2017, Jatim Alami Inflasi 0,48 Persen

Foto: ilustrasi

Pemprov, Bhirawa
Pada bulan Mei 2017 Jatim mengalami inflasi sebesar 0,48 persen. Inflasi terjadi di seluruh kota IHK di Jatim. Kota Malang memiliki angka inflasi paling tinggi yaitu 0,82 persen sedangkan inflasi terendah ialah Banyuwangi yaitu sebesar 0,33 persen.
Hal itu berdasarkan pemantauan terhadap perubahan harga selama bulan Mei 2017 di 8 kota IHK Jatim, yang menunjukkan adanya kenaikan harga di sebagian besar komoditas yang dipantau. Hal ini mendorong terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) yaitu dari 127,51 pada bulan April 2017 menjadi 128,12 pada bulan Mei 2017 atau .
Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Jatim, Teguh Pramono mengatakan, perubahan harga ini pada Mei 2017 memiliki pola yang tidak terlalu berubah selama sepuluh tahun terakhir.
“Semenjak Mei 2008 hingga Mei 2017 terjadi sembilan kali inflasi dan hanya sekali deflasi, dimana inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 1,19 persen dan deflasi terjadi pada tahun 2013 sebesar 0,20 persen,” katanya, Minggu (4/6).
Dijelaskannya, pada bulan Mei 2017 dari tujuh kelompok pengeluaran, enam kelompok mengalami inflasi dan satu kelompok mengalami deflasi. Kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi ialah Kelompok Bahan makanan yang mencapai 1,05 persen.
Kemudian dilanjutkan kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 0,58 persen, kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar 0,37 persen, Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 0,34 persen, kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga 0,26 persen, kelompok Kesehatan 0,11 persen.
Sementara kelompok yang mengalami deflasi ialah kelompok sandang sebesar 0,12 persen. Kenaikan harga pada kelompok Bahan Makanan memiliki andil terbesar terjadinya inflasi di bulan Mei 2017 yaitu mencapai 0,21 persen.
Tiga komoditas utama yang mendorong terjadinya inflasi di bulan Mei 2017 ialah bawang putih, telur ayam ras, dan tarif listrik. Terbatasnya stok bawang putih di pasar, serta meningkatnya permintaan membuat harga bawang putih terus naik dan menjadi pendorong utama terjadinya inflasi di bulan Mei 2017.
Kelangkaan bawang putih disebabkan karena kebutuhan bawang putih di Indonesia masih sangat tergantung dari bawang putih impor, khususnya dari Tiongkok. Permintaan telur ayam ras yang meningkat menjelang bulan Ramadhan juga menyebabkan harga telur ayam ras mengalami peningkatan.  Pencabutan subsidi listrik tahap ketiga untuk pemakaian daya listrik 900 Volt Ampere (VA) pada tanggal 1 Mei 2017 turut menyebabkan terjadinya inflasi di Bulan Mei 2017.
Selain komoditas yang mendorong laju inflasi di atas, beberapa komoditas juga menjadi penghambat terjadinya inflasi di bulan Mei 2017 ini. Tiga komoditas utama yang mendorong terjadinya deflasi ialah bawang merah, cabai rawit, dan gula pasir.
Produksi bawang merah yang terus meningkat menyebabkan pasokan di pasaran menjadi berlebih yang menyebabkan harga bawang merah turun menjadi penghambat utama terjadinya deflasi di bulan Mei 2017.
Harga cabai rawit juga terus berangsur-angsur turun dari harga semula yang sangat tinggi pada bulan sebelumnya. Sedangkan keputusan Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) gula pasir yang dijual di pasar ritel modern dan distributor gula sebesar Rp 12.500/kg menjadi salah satu penghambat inflasi. [rac]

Tags: