Mei 2019, Inflasi di Provinsi Jawa Timur Alami Kenaikan

Foto: ilustrasi

(Inflasi Kota Malang Tertahan di Angka 0,35 Persen)

Pemprov Jatim, Bhirawa
Pemantauan terhadap perubahan harga selama bulan Mei 2019 di 8 kota IHK Jawa Timur menunjukkan adanya kenaikan harga di sebagian besar komoditas yang dipantau. Hal ini mendorong terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 0,29 persen yaitu dari 134,80 pada bulan April 2019 menjadi 135,19 pada bulan Mei 2019.
Inflasi Mei 2019 lebih tinggi jika dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun 2018, dimana pada bulan Mei 2018 mengalami inflasi sebesar 0,17 persen. Pada bulan Mei 2019 dari tujuh kelompok pengeluaran, enam kelompok mengalami inflasi dan satu kelompok mengalami deflasi.
Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, Teguh Pramono menyampaikan, inflasi Jatim kali ini masih relatif terkendali dibandingkan tahun sebelumnya. “Dibanding tahun lalu, menjelang momen lebaran pada tahun ini jauh lebih terkendali,” katanya didampingi Kabid Statistik Distribusi, Satriyo Wibowo, Selasa (11/6) kemarin.
Lebih lanjut dijelaskannya, pada Mei 2019, inflasi tertinggi pada kelompok Bahan Makanan sebesar 0,68 persen, diikuti kelompok Sandang sebesar 0,51 persen, kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau sebesar 0,41 persen, kelompok Kesehatan sebesar 0,18 persen.
Selanjutnya, ada kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan sebesar 0,16 persen, dan kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar sebesar 0,08 persen. Sedangkan kelompok yang mengalami deflasi adalah kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga yaitu sebesar 0,07 persen.
Dikatakannya, ada tiga komoditas utama yang mendorong terjadinya inflasi di bulan Mei 2019 ialah daging ayam ras, angkutan antar kota, dan apel. Pada bulan Mei yang bersamaan dengan bulan Ramadhan membuat permintaan daging ayam ras meningkat, hal ini membuat harga daging ayam ras merangkak naik.
Kenaikan harga ini membuat daging ayam ras menjadi komoditas utama pendorong inflasi. Komoditas lain yang mengalami kenaikan adalah tarif angkutan antar kota. Kenaikan tarif terjadi pada sepekan sebelum hari raya idul fitri. Apel beserta beberapa komoditas buah-buahan lain juga turut mengalami kenaikan pada bulan ini.
Selain komoditas-komoditas pendorong laju inflasi di atas, beberapa komoditas menjadi penghambat terjadinya inflasi di bulan Mei 2019 ini. Tiga komoditas utama yang menghambat terjadinya inflasi ialah bawang merah, beras, dan angkutan udara.
Harga bawang merah pada bulan Mei mengalami penurunan, hal ini disebabkan adanya panen yang bersamaan di beberapa sentra penghasil bawang merah. Hal yang sama juga dialami komoditas beras yang masih mengalami penurunan harga sejak bulan sebelumnya.
Komoditas angkutan udara pada bulan Mei justru mengalami penurunan, hal ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana tarif angkutan udara mengalami kenaikan menjelang hari raya idul fitri, namun pada tahun ini justru mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya setelah pemerintah menurunkan tarif batas atas angkutan udara.
Selain, tiga komoditas utama pendorong inflasi di atas, komoditas lain yang juga mendorong terjadinya inflasi bulan Mei ialah gula pasir, telur ayam ras, kentang, cabai merah, kelapa, anggur, dan wortel. Sedangkan komoditas lain yang menjadi penghambat inflasi ialah pepaya, tomat sayur, biskuit, minyak goreng, nangka muda, televisi berwarna, dan kacang panjang.
Tertahan di 0,35 Persen
Sementara itu, mahalnya harga tiket pesawat dan turunya daya beli masyarakat membuat kekawatiran inflasi Kota Malang tinggi selama bulan Mei 2019. Namun kekhawatiran itu tidak terjadi. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang, angka inflasi kota pendidikan justru tertahan di angka 0,35 persen.
Angka itu lebih rendah dibandingkan inflasi bulan April 2019 lalu yang berada di angka 0,44 persen. Penurunan tarif angkutan udara sebesar 0,50 persen berpengaruh signifikan terhadap menurunnya angka inflasi Kota Malang. Sementara untuk inflasi tahun kalender sebesar 1,27 persen, sedangkan inflasi year on year (yoy) sebesar 2,81 persen.
Kepala BPS Kota Malang, Sunaryo, Selasa (10/6) kemarin menuturkan, jika dibandingkan angka inflasi Jatim sebesar 0,27 persen, angka inflasi Kota Malang masih di atasnya. Di Jatim Kota Malang menempati urutan kelima setelah Sumenep, Jember, Madiun, dan Banyuwangi. “Tetapi jika dibandingkan inflasi nasional sebesar 0,68 persen, kita masih di bawahnya. Ini berkat berbagai upaya yang dilakukan TPID, inflasi Kota Malang tidak lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya,” imbuhnya.
Sejumlah komoditi yang menjadi penyebab inflasi diantaranya kenaikan bahan makanan sebeaat 1,23 persen. Bahan makanan itu meliputi cabai merah, daging ayam ras, daging sapi, kelapa, dan harga tomat. Selain itu, inflasi juga disebabkan kenaikan harga sandang sebesar 0,95 persen, harga makanan jadi dan rokok tembakau sebesar 0,16 persen, serta harga perumahan yang naik sebesar 0,13 persen.
Sedangkan komoditas penghambat inflasi, selain turunnya harga tiket pesawat juga disebabkan oleh turunnya harga bawang merah sebesar 9,84 persen. Turunnya harga sayuran, beras, minyak goreng, emas perhiasan, tarif kereta api, bandeng, dan pasta gigi juga menjadi penghambat inflasi.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Malang, Azka Subhan Aminurridho menilai, kebijakan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) yang menurunkan tarif angkutan udara ternyata berhasil menekan inflasi. “Kebijakan Kemenhub menurunkan tarif pesawat secara tiba-tiba itu ada dua spekulasi. Angkutan udara ini bisa menekan inflasi atau tidak, dan ternyata terbukti bisa,”disela-sela acara halal bihalal kemarin.
Menurutnya, angka inflasi yang terjaga meski di momen Ramadan hingga lebaran, merupakan sinyal yang cukup baik agar ekonomi stabil. Dengan angka inflasi segitu, kami optimis angka pertumbuhan bisa mendekati 6 persen. [rac,mut]

Tags: