Melalui Pesta Gita, Turunkan Stunting di Bojonegoro Hingga 6,87 Persen

Petugas medis di Kabupaten Bojonegoro, saat melakukan pemeriksaan kesehatan pada balita.

Bojonegoro,Bhirawa Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro, melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bojonegoro terus upayakan penuruan angka prevalensi stunting. Salah satunya melalui program Peningkatan Status Gizi Balita (Pesta Gita). Melalui empat pilar Pesta Gita berhasil menurunkan prevalensi balita stunting sebanyak 6,87 persen.
Pentingnya memerangi stunting karena dampak stunting tidak hanya pada segi pertumbuhan fisik, tetapi juga mempengaruhi tingkat kecerdasan anak. Adapun penyebab terjadinya stunting pada balita di Bojonegoro ada banyak faktor.

” Pola asuh yang kurang tepat, makanan yang masih kurang, gizi kurang pada masa kehamilan, sanitasi yang yang kurang baik dan penyakit penyerta sejak lahir,” kata Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan, Kabupaten Bojonegoro, dr. Lucky Imro’ah, kemarin (21/2)

Ia juga menjelaskan, dalam menyikapi masalah stunting ini, maka Pemkab Bojonegoro melakukan berbagai upaya pencegahan stunting salah satunya melalui inovasi Peningkatan Status Gizi Balita.

Pesta Gita sendiri terdiri dari empat pilar, yaitu pilar pertama pendidikan gizi kesehatan masyarakat, kedua pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan pos gizi dan kelompok pendukung ASI (air susu ibu).

Sedangkan, yang ketiga intervensi gizi melalui kegiatan posyandu, penyediaan ruang laktasi, pemberian makanan tambahan, dan pilar keempat kolaborasi lintas sektor melaui upaya perbaikan gizi dan kesehatan dimulai dari masa remaja.

“Kami bersyukur, dengan upaya inovasi Pesta Gita Pemkab Bojonegoro berhasil menurunkan pravelensi balita stunting,” tambahnya.

Dirinya juga menambahkan saat ini kasus stunting yang tertinggi terjadi di Kecamatan Kedungadem. Salah satu penyebab animo ibu masih rendah untuk datang dalam kegiatan posyandu.

” Namun, dengan adanya inovasi empat pilar Pesta Gita ini mampu mencegah stunting di Bojonegoro,” pungkasnya.

Setiap tahun, pemerintah melalui Dinkes melaksanakan penimbangan terhadap balita, yang dilaksanakan setiap bulan Februari dan bulan Agustus

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh anak balita yang disebabkan oleh malnutrisi kronis, atau masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.

Penyebab stunting tidak hanya kurang makan saja, tetapi juga dari faktor kesehatan lingkungan, pola konsumsi makanannya, pola asuh, dan beberapa faktor lainnya. Stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah.

Sesuai data Dinkes, tahun 2018 jumlah kasus stunting sebesar 8,76 persen (6.941 balita) menurun di tahun 2019 menjadi 7, 45 persen (5.868 balita). Dan Februari tahun 2020 turun lagi menjadi 6, 87 persen (5.192 balita). [bas]