Melalui Program Cogeneration, Mampu Bangkitkan Listrik 220-240 KWH

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Surabaya, Bhirawa
Indonesia sangat berpotensi untuk memproduksi listrik dari ampas tebu yang dihasilkan limbah pabrik gula dengan jumlah mencapai 10 juta ton per tahun.
Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara X (Persero) Subiyono kepada wartawan di Sidoarjo, Jatim, mengemukakan satu ton ampas tebu bisa untuk membangkitkan listrik berkisar 220-240 kilowatt per jam (KWh) melalui program cogeneration.
“Dengan lahan tebu nasional seluas sekitar 475.000 hektare dan lebih dari 33 juta ton produksi tebu, potensi bisnis listrik dari ampas tebu bisa menembus 3,5 juta hingga 3,8 juta Megawatt per jam (MWh),” ungkapnya.
PTPN X (Persero) merupakan salah satu badan usaha milik negara sektor perkebunan dengan bisnis utama gula. Perusahaan ini mengelola sebanyak 11 pabrik gula yang berada di Jatim.
Subiyono yang ditemui di sela meninjau produk Pabrik Gula Kremboong (salah satu pabrik PTPN X di Kabupaten Sidoarjo), mengatakan potensi perolehan ampas tebu di seluruh dunia mencapai 424 juta ton, sedangkan di Indonesia sekitar 10 juta ton.
Di sejumlah negara produsen gula, lanjut Subiyono, program cogeneration untuk memproduksi listrik dari ampas tebu sudah dijalankan dengan mengganti “boiler” bertekanan rendah 7-21 bar, dengan boiler bertekanan tinggi di atas 80 bar, serta melakukan elektrifikasi pada semua penggerak.
“Di Brasil, seluruh pabrik gula yang ada sudah bisa menghasilkan lebih dari 3.000 MW listrik dari cogeneration. Listrik itu digunakan sendiri untuk operasional pabrik dan yang dijual mencapai 506 MW. Sementara di India, kapasitas cogeneration-nya 2.200 MW, dengan daya yang dikomersialkan 1.400 MW,” tambahnya.
Ketua Ikatan Ahli Gula Indonesia (Ikagi) itu, mengakui teknologi yang digunakan untuk produksi listrik dari ampas tebu memang cukup tinggi dan menelan biaya besar. “Namun, berkaca pada sejumlah proyek di Brasil dan Thailand, investasi yang dikucurkan dalam proyek cogeneration dapat kembali melalui pendapatan dari penjualan listrik dalam periode tak lebih dari lima tahun,” ujarnya.
PTPN X sudah mengembangkan program cogeneration di Pabrik Gula Ngadiredjo, Kediri. Pada tahap uji coba, listrik di pabrik gula tersebut akan digunakan untuk operasional pabrik dan sisanya dijual kepada PLN.  “Saat ini sedang tahap perizinan, karena produksi listrik memang membutuhkan izin dari pemerintah,” imbuh Subiyono Di PG Ngadiredjo,
Sambung Subiyono, PTPN X sudah melakukan simulasi investasi untuk mengembangkan cogeneration. Total Investasi yang dibutuhkan mencapai Rp310 miliar dengan perkiraan pengembalian investasi selama tiga tahun. “Investasi itu akan digarap secara bertahap,” tuturnya.
Menurut ia, saat ini industri gula tidak bisa lagi hanya bicara tentang peningkatan produksi gula. Program swasembada gula juga jangan hanya dikerangkai dalam satu konteks pemenuhan produksi gula. “Yang lebih penting adalah bagaimana kita membangun sebuah industri berbasis tebu yang terintegrasi. Harus buat terobosan agar bisa menghasilkan ampas banyak, produksi listrik atau produksi bioetanol dari tetes tebu,” tukasnya.
Kendati demikian, Subiyono menambahkan pentingnya dukungan regulasi dari pemerintah agar pengembangan energi terbarukan berbasis tebu bisa dioptimalkan. [Ma,ant]

Tags: