Melampaui Makna ‘Sebatas Hidup’

Judul : The Art of Living
Penulis : Eric Fromm
Penerbit : Baca
Terbitan : Maret 2018
Tebal : 244 halaman
ISBN : 978-602-6486-14-1
Peresensi : Zaitur Rahem
Dosen Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA)
Guluk-guluk Sumenep Madura. 

Beban hidup, bagi manusia bernalar sempit menjadi ancaman yang membahayakan. Sejumlah aktifitas hidup akan bergerak melampaui substansi makna. Hidup sekedar hidup. Tanpa, memikirkan hidup dalam domain epistemologisnya. Realitas ini sudah hadir menjadi wajah baru dalam kehidupan masyarakat Modern. Hidup hidonis, kompetisi-arogan, dan selera kapitalisme tingkat tinggi. Buku karya Eric Fromm ini menjadi pecut-pedih bagi perikehidupan manusia ‘galau’. Analisa yang dihadirkan menjadi potret sosial dengan sejumput patologi-kronis. Namun, juga memunculkan spirit baru menjembatani kepentingan-kepentingan manusia yang hidup dalam zaman modern.
Fromm mengantar dan menghantarkan satu pola pemikiran ilmiah tentang masyarakat zaman ini. Peta kehidupan masyarakat yang disinyalir akan begerak mengikuti trend zamannya sudah tiba. Tahapan-tahapan perubahan mengisi semua ruang hidup dan kehidupan manusia. Baik dalam ruang internal dan eksternal kehidupan manusia. Kemajuan pemikiran, materi, material menjadi konstruk tak terpisahkan dalam dinamika hidup manusia. Setiap zaman memiliki kemajuan dan potensi generasinya. Kemajuan dan perubahan dimensi-dimensi hidup manusia menjadi gerak simultan yang terus terwariskan dalam setiap tahapannya. Hari ini, irama kehidupan itu tersambung kembali dan rasanya semakin kuat perhelatannya.
Beda zaman beda pula karakteristik manusia dan kepentingannya. Manusia modern dewasa ini memiliki gaya hidup tingkat tinggi, konsumerisme. Gairah melampiaskan gaya belanja, makan, dan perilaku menjadi sesuatu yang sangat niscaya (hlm. 67-70). Gairah konsumerisme ini didorong tekanan jiwa dan ruang sosial yang kompetitif. Kebutuhan dan kepentingan sosial terkadang memaksa seseorang melakukan sesuatu di luar potensi-sadarnya. Sehingga, pola hidup yang mewah mengubur makna kehadiran manusia yang sesungguhnya; menjadi Penjaga bumi. Pola hidup kompetitif-konsumeris sudah mengubah tekstur pemikiran manusia. Kesenjangan sosial menjadi jurang menganga antara menjadi sesutau yang bernilai dalam hidup ke arah memiliki kehidupan. Pertarungan kuasa dalam ruang sosial semacam ini terjadi hampir dalam setiap generasi di zaman modern ini. Pada praktik yang sangat ganas, saling sikat-sikut menjadi tradisi untuk mencapai kepentingan hidup. Eric Fromm dalam karya setebal 244 halaman ini mengingatkan Pembaca untuk cerdas membaca realitas hidup di zaman ini. Bahwa, hidup tak selamanya hanya untuk hidup. Akan tetapi, hidup untuk memberikan kehidupan bagi yang hidup.
Pertarungan hidup memang hukum alam. Manusia yang hidup akan berkutat dengan persoalan kehidupannya. Praktik-praktik penyakit sosial, dalam pandangan Eric bukan sesuatu yang menakutkan. Sebab, semua praktik tidak normal tersebut bisa diselesaikan. Seseorang bisa mengubah hidupnya selama memiliki keinginan untuk berubah. Semua bisa dilakukan, dengan catatan memiliki semangat untuk menjadi. Konsepsi menjadi ala Formm ini akan mengantarkan setiap orang meraih sesuatu yang menjadi keinginannya. Harus disadari, hidup tak selamanya berjalan lurus. Manusia akan mengalami dua sisi yang berseberangan dalam kehidupannya. Dua sisi ini menjadi perangkat hirarkhis selama seseorang menjalani kehidupannya. Sekedar contoh, dalam teori ekonomi barang akan terus laku jika ada konsumen yang membutuhkan. Semakin banyak kebutuhan, barang yang ada semakin laku terjual.
Karya Eric Formm ini menarik menjadi bahan bacaan masyarakat Indonesia. Setidaknya, tawaran konsep di dalam buku bisa menawarkan ‘rasa pening’ memikirkan persoalan hidup yang semakin sulit. Tekanan ekonomi dan ruang profesi sosial membutuhkan kesiapan mental dan keahlian. Setiap orang lahir dengan potensi. Sehingga, semua bisa berbuat yang terbaik dalam kehidupannya; The Art of Living. Kedalaman ijtihad ilmiah Eric Formm mengubur sejumlah kekurangan dalam ulasan karya ini.

———— *** ————–

Rate this article!
Tags: