Melawan Teror Nyamuk

Oryz SetiawanOleh :
Oryz Setiawan
Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat (Public Health) Unair Surabaya

Baru-baru ini dunia dikejutkan dengan serangan virus Zika yang melanda kawasan Amerika Selatan dan Tengah (Karibia). Brasil merupakan negara yang paling parah terjangkit virus Zika dimana sejak Bulan Oktober 2015 terdapat sekitar 4.000 bayi mengalami kelainan seperti microchepali (kelainan ukuran kepala bayi lebih kecil dari ukuran normal), kelainan kepala sehingga perkembangan otak terganggu dan 49 bayi diantaranya meninggal.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) merilis laporan terbaru bahwa setidaknya ada 18 negara yang positif terjangkit Virus Zika yakni Brasil, Barbados, Kolombia, Ekuador, El Svador, French Guiana, Guatemala, Guyana, Haiti, Honduras, Martinique, Meksiko, Panama, Paraguay, Puerto Rico, Saint Martin, Suriname, dan Venezuela. Berdasarkan hasil penelitian, penularan virus ini disebarluaskan oleh nyamuk aedesaegypti sebagaimana yang menularkan pada kasus demam berdarah dengue (DBD) dan chikungunya. Dengan mobilitas penduduk yang begitu cepat dan dinamis WHO memperkirakan virus Zika akan menyebar keseluruh dunia termasuk ke kawasan Asian Tenggara dan Indonesia di dalamnya. Oleh karena itu untuk mencegah meluasnya penyebaran virus Zika tersebut terutama bagi ibu hamil untuk tidak berkunjung atau berlibur ke negara-negara tersebut.
Karakteristik Virus
Virus Zika pertama kali diisolasi dari kera di Hutan Zika di Uganda pada 1947. Zika sendiri merupakan nama hutan tempat dimana virus ini berhasil diisolasi di Uganda. Gejala serangan virus meliputi demam, nyeri persendian, radang sendi mata, sakitkepala, nyeri otot, dan nyeri mata. Virus Zika merupakan flavivirus kelompok Arbovirus bagian dari virus RNA (Ribo Nucleid Acid). Sedangkan di Indonesia kasus penularan virus Zika belum terjadi namun dibutuhkan kewaspadaan tinggi karena penularannya virus ini sama seperti virus demam berdarah yakni gigitan nyamuk aedes aegypti yang juga merupakan penyebab penyakit demam berdarah.
Secara klinis, infeksi virus Zika pada umumnya pada awal penyakit pasien merasakan demam mendadak, lemas, kemerahan pada badan, punggung, kaki serta disertai nyeri otot dan sendi. Perbedaan dengan infeksi virus dengue pada infeksi ini mata pasien akan merah karena mengalami radang konjungtiva atau konjungtivitis dan terkadang disertai nyeri kepala. Selain itu secara laboratories ternyata infeksi virus Zika tidak menyebabkan penurunan kadar trombosit (keeping darah) sementara pada penderita demam berdarah ditandai dengan penurunan kadar trombosit dalam darah. Pendek kata karakteristik virus Zikalebih cenderung menyebar pada bagian tubuh area kepala seperti bagian otak, sekitar mata.
Kekhasan Aedes Aegypti
Kekawatiran atas endemi virus Zika sangat beralasan karena penyebarannya melalui media nyamuk berjenis aedesaegypti dimana juga membawa penyebaran virus dengue/dens (virus penyebab demam berdarah) yang dewasa ini melanda dan mewabah hampir di seluruh wilayah Indonesia seiring dengan datangnya musim hujan. Secara epidemiologis, perkembangan nyamuk aedes aegypti yang juga merupakan vector penyebaran demam berdarah dan chikungunya tentu lebih mudah bermutasi sehingga menimbulkan strain virus baru seperti halnya mutasi virus flu burung (H5N1). Kondisi inilah yang dikawatirkan terhadap berbagai sumber penyakit (virus) sebagai konsekuensi atas resultan dari perubahan alam akibat peningkatan suhu bumi, peningkatan polusi, penggunaan bahan kimia yang tak terkendali dan perusakan predator alamiah secara masif. Dari aspek”perilaku” Aedes Aegypti aktif mengisap darah korbannya pada pagi dan sore hari antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00. Dibandingkan dengan jenis nyamuk lain, aedes aegypty merupakan nyamuk ‘ningrat/priyayi’ yakni hidup dan berkembang biak ditempat bersih dan tenang yang terisi air. Genangan air tidak bersinggungan langsung dengan tanah tapi melalui media (barang bekas, tempat minuman burung, belakang kulkas, vas bunga, lubang kayu/bambu dan sisa air pada gayung di taman).
Memang selama ini tempat-tempat tersebut pada umumnya sering luput dari pantauan kita dan terkadang menyepelekannya meski semestinya kita. Nyamuk ini jenis nyamuk yang gesit dan peka terhadap gangguan. Sifat ini membuat ia mudah berpindah sasaran, yaitu dari satu orang ke orang yang lain pada saat mengisap darah. Akibatnya, peranan nyamuk sebagai penular virus demam berdarah dengue pun makin bertambah. Setelah kenyang mengisap darah korbanya, nyamuk akan beristirahat sambil menunggu proses mematangkan telur di tempat yang gelap, terlindung, dan lembab, baik di dalam rumah maupun di luar rumah.
Tempat yang disukai nyamuk Aedes Aegypti ini, misalnya, pakaian yang tergantung, kelambu, atau tumbuhan di sekitar tempat berkembang biak nyamuk tersebut. Di alam terbuka, nyamuk Aedes Aegypti hanya berumur sekitar 2 minggu. Namun, berdasarkan hasil berbagai penelitian di laboratorium, nyamuk Aedes Aegypti dapat mencapai umur 25 sampai 56 hari. Dalam kurung waktu itu, nyamuk dapat mengisap darah sebanyak 17 hingga 40 kali (Kasnodihardjo, Penelitian Depkes RI). Selain itu upaya penanggulangan penyebaran nyamuk harus bersifat kolektif bukan dilakukan secara personal sebab dalam suatu wilayah daya terbang nyamuk mencapai 100 hingga 200 meter.
Walaupun sebuah keluarga telah melakukan perilaku dan kebiasaan hidup bersih dan sehat jika terdapat tetangga atau pemukiman tersebut tidak memiliki kepedulian terhadap hidup bersih dan sehat tentu tak menjamin kita bebas dari demam berdarah. Sebab kasus yang muncul tergantung gigitan nyamuk dimana dan siapa yang dihinggap dan tergigit nyamuk Aedes Aegypti yang mengandung virus den. Peningkatan jumlah penderita DB yang signifikan yang ditandai dengan perubahan kemampuan vektor, sumber penyakit secara genetic melalui mutasi genetic pada virus dengue (den) tipe 3 dan 4 sehingga penderita tidak didahului dengan bintik-bintik merah di kulit pada umumnya sebagai diagnose awal penentuan positif DB namun telah mengalami tahap akhir yang disebut Dengue Shock Syndroma (DSS) sehingga penderita tak sempat tertolong.
Salah satu pola diagnose penunjang yakni dengan melakukan tes darah rumpelleede di laboratorium yang dideteksi dengan penurunan jumlah trombosit darah dibawah normal sekitar 100 ribu per milimeterkubik. Identifikasi pola penularan melalui trans ovarial transmission yang kemungkinan nyamuk aedesaegypty membawa dua jenis virus dengue (den) sekaligus dengan perkembangan siklus hidup sejak dari telur, nyamuk telah mengandung virus den. Gigitan nyamuk pada penderita DB, akan menyebabkan virus den lainnya akan ikut terhisap juga sehingga nyamuk tersebut bisa menggigit manusia lain, berarti manusia terkena dua virus den/dengue.

                                                                                                            ————– *** ————–

Rate this article!
Melawan Teror Nyamuk,5 / 5 ( 1votes )
Tags: