Melihat Eksistensi Tari Jaranan di Desa Wonorejo, Situbondo

Sejumlah pemuda asal Desa Wonorejo, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo menampilkan tarian jaranan tradisional dengan kolaborasi tarian Bali dan ketoprak. [sawawi]

Tak Ditinggalkan Masyarakat karena Kolaborasikan Tari Bali dan Ketoprak
Kab Situbondo, Bhirawa
Dampak era globalisasi dan digitalisasi telah menyerang pemuda hingga ke pelosok desa. Namun tidak dengan para pemuda dan remaja yang ada di Desa Wonorejo, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo. Para pemuda di desa ini yang dikenal sebagai desa kebangsaan dan desa wisata ini tetap cinta berbagai seni tradisional. Salah satunya adalah kesenian jaranan, tetap dicintai oleh kalangan pemuda desa setempat.
Sore itu, di salah satu rumah warga Desa Wonorejo ada hajatan pernikahan. Sudah menjadi kebiasaan dan tradisi, setiap ada hajatan baik pernikahan, sunatan atau ulang tahun warga yang ada di desa paling ujung wilayah Kota Santri Situbondo ini selalu menampilkan kesenian tradisional jaranan. Selain sebagai penambah kemeriahan pesta pernikahan, seni jaranan sudah merupakan salah satu sajian wajib bagi warga yang memiliki hajatan.
“Tari jaranan ini masih eksis hingga saat ini. Dilestarikan sebagai wadah seni anak muda agar tidak hanya nongkrong dan hura-hura,” ujar Imin, salah seorang pemuda desa setempat saat ditemui Bhirawa, Minggu (3/3).
Di desa yang dikenal dengan wisata kebangsaan ini terdapat berbagai macam budaya. Salah satu yang eksis hingga saat ini adalah budaya tarian jaranan. Ciri-cirinya, pemain seni jaranan memakai baju khas mirip barongsai dan tanpa alas kaki dengan celana setinggi siku kaki.
Sedangkan dibagian kepala selalu ditutupi dengan ornamen kain yang sudah dibentuk sedemikian rupa. “Ini (tarian jaranan, red) merupakan salah satu seni khas nan kuno yang ada di Desa Wonorejo. Hingga kini masih eksis dimainkan kawula muda,” ujar Imin.
Budayawan Desa Wonorejo, Eko Hartono menimpali, ia sudah lama menjadi pendamping penari jaranan setiap tampil di Situbondo. Para anggota penari jaranan rata-rata adalah anak muda. Eko sengaja memilih pemuda tidak lain agar mereka mempunyai pekerjaan tetap sekaligus ikut serta melestarikan karya seni tradisional ditengah terpaan era modernisasi.
“Dari pada cuma nongkrong-nongkrong di jalanan dan hanya berhura-hura yang tidak jelas hasilnya, lebih baik mereka kami rekrut untuk ikut melestarikan seni tarian jaranan. Sehingga mereka bisa berkreasi menampilkan kesenian khas asli Desa Wonorejo,” ungkap Eko.
Menurutnya, dalam mendidik para anak muda itu, banyak sekali suka dan duka yang dia alami. Bahkan, aku Eko, tak sedikit ikut merasa senang ketika mereka manut ketika diberi pembinaan dan bimbingan. Sebaliknya, urai Eko, ada sedikit dukanya dikala mereka tidak serius dan bahkan terkesan kurang siap saat manggung.
“Biasanya kami harus mencari calon pemain lebih dulu. Maklum saja namanya anak muda yang notabene sibuk bersama teman sebayanya atau asyik bersama pacarnya sehingga pagelaran seni jaranan sering terlambat dimulai,” paparnya.
Eko kembali mengaku, sebagian besar waktunya habis hanya untuk membina para pemuda agar bisa melestarikan dan memahami seni tarian jaranan. Tidak hanya dalam pementasan, tapi filosofi yang ada di dalamnya selalu Eko prioritaskan untuk dikuasai para pemain jaranan.
“Disamping bisa meneruksan budaya leluhur, dengan ikut bermain seni jaranan ini kita bisa menarik nilai-nilai postifnya. Misalnya saat tampil harus kompak. Artinya disana ada nilai budaya kebersamaan dan persatuan,” ucapnya.
Masih kata Eko, dalam seni tari jaranan juga mengandung unsur penyelamatan budaya nusantara. Karena disana juga disajikan atraksi bakar dupa dan kemenyan dan juga pajangan sesajen berupa ingkung (ayam jantan kampung yang dimasak utuh dan diberi bumbu santan). Didalam atraksi jaranan ini pula, ucap Eko, terdapat unsur filosfi perihal roh leluhur. “Di dalam tarian jaranan juga ada filosofi yang berbunyi melestarikan sebuah paguyupan seni,” ucap Eko.
Tak hanya itu, Eko yang lama dikenal piawai sebagai pendamping tari jaranan itu mengakui saat menampilkan tarian selalu ada istilah Cok Bakal. Yakni sebuah takir yang berisi bumbu dapur yang disajikan ditengah tengah atraksi panggung. “Ada tujuan dari pajangan sesajen ini yakni agar bentuk hidup yang nyata maupun tidak nyata tidak mengganggu saat proses pagelaran tarian jaranan,” terang Eko.
Ke depan Eko berharap, budaya tarian jaranan di Desa Wonorejo terus bertahan dan terus lestari. Bahkan, katanya, diharapkan semua anak cucu warga Desa Wonorejo bisa meneruskan budaya nenek moyang tersebut hingga dimasa mendatang. Eko, selaku sesepuh dan pelaku budaya, ingin tarian jaranan bisa tetap lestri dan diakui sebagai bagian dari sejarah nusantara.
Maka dari itu, Eko, ingin dinas atau instansi terkait lebih dekat kepada para pelaku budaya yang ada di Desa Wonorejo Situbondo. “Sehingga tarian jaranan ini bisa lebih diperhatikan. Misalnya diberi bantuan berupa gamelan atau pakaian dengan harapan setiap pementasan bisa tampil lebih menarik pengunjung,” pungkas Eko.
Sementara itu Dedi Faulina, pemuda lain yang aktif dalam tarian jaranan mengakui pergerakan tarian jaranan di Desa Wonorejo sejatinya hampir sama dengan jaranan yang ada di beberapa kota lain di tanah air. Hanya saja yang membedakan, ungkap Dedi, terdapat pada kreasi baru dan kolaborasi gerakan dengan melibatkan seni tari yang viral saat ini.
“Untuk kolaborasi gerakan tarian jaranan biasanya lebih condong ke tarian Banyuwangi. Walaupun sebagian juga ada yang mengambil gerakan dari tarian Bali serta tarian ketoprak dari Jawa Tengah,” ucap Dedi.
Dedi menuturkan, tarian jaranan biasanya di tampilkan pada saat ada hajatan di salah satu warga Desa Wonorejo Situbondo. Menurut Dedi, dirnya tidak bisa secara detail memberikan data jumlah atraksi selama setahun belakangan ini. Namun yang pasti, urai Dedi, seni tarian jaranan selalu ditampilkan saat ada hajatan pernikahan atau sunatan.
“Disaat selamatan dan ulang tahun pun kadang nanggap seni tari jaranan. Termasuk ketika ada event-event besar pada tingkat desa maupun kabupaten, seni tarian jaranan selalu menjadi sajian utama pembukaan kegiatan tersebut,” paparnya. [sawawi]

Tags: