Melihat Kegiatan Tenaga Medis Covid-19 Jalani Karantina di BPSDM Jatim

Kepala BPSDM Jatim Aries Agung Paewai saat memantau kegiatan memancing yang dilakukan oleh para tenaga medis. [Adit Hananta Utama]

Memancing Jadi Hiburan di Sela Menunggu Hasil Swab PCR
Kota Surabaya, Bhirawa
Para tenaga medis yang berada di garda terdepan melawan Covid-19 telah berjuang dengan segala daya menantang bahaya. Tak menyerah meski sederet nama rekan-rekan mereka telah gugur berkorban nyawa. Rela berpisah dengan keluarga dan tinggal di ruang-ruang karantina di sela waktu selepas berjaga. Demi apa coba?
Wido Dwi Laksono bersama beberapa rekan seprofesi terlihat santai di sisi kolam ikan asrama Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Pemprov Jatim. Sebagian di antara memegang kail dan menarik beberapa kali ikan lele dari kolam tersebut diiringi sorak sorai teman-temannya. Suasana itu sejenak mampu mengobati kegelisahan mereka terhadap berbagai rasa. Rasa gelisah menantikan hasil tes swab PCR Covid-19 maupun rasa rindu setelah sekian bulan terpisah dari keluarga.
“Sudah sejak awal pertama ada pasien covid-19 itu kita berjaga di rumah sakit (RS) secara bergantian shift dan belum pernah pulang kampung sampai sekarang,” tutur Wido perawat pasien ICU RSUD dr Soetomo Surabaya.
Pria asala Blitar tersebut sudah tiga hari menjalani karantina di BPSDM bersama 17 rekannya sejak 5 Mei lalu. Secara bergiliran, mereka akan menjalani tes swab PCR untuk selanjutnya dapat kembali bertugas, atau justru berdiam di ruang karantina. “Seharusnya kalau tesnya negativ saya boleh pulang kampung. Tapi dalam suasana PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) ini sepertinya tidak mungkin lagi. Karena kalau pun pulang akan dikarantina lagi di desa. Jadi setelah karantina, saya akan kembali tugas,” tutur bapak dua anak ini.
Selama bertugas, Wido mengaku sudah menjalani karantina dengan tinggal di hotel selepas berjaga. Namun, berbeda dengan karantina di asrama BPSDM yang membutuhkan waktu lebih panjang. Karena untuk menunggu hasil swab, setidaknya membutuhkan waktu 2 – 3 hari. Sementara untuk menunggu antrean swab, dia baru mendapat giliran pada hari keempat isolasi. “Tapi suasana di sini nyaman dengan semua fasilitas yang telah disiapkan BPSDM Jatim,” tutur Wido.
Tidak ringan berpisah dengan keluarga dalam waktu cukup lama apalagi dengan melakukan tugas yang berbahaya. Karena itu, pemahamanan dan dukungan dari keluarga diakuinya menjadi sangat penting. “Hampir setiap hari anak menghubungi saya melalui video call,” tutur Wido.
Selain 18 tenaga medis, di asrama BPSDM juga digunakan untuk mengisolasi warga yang terjaring razia patrol berskala besar. Mereka dinyatakan sebagai Orang Dalam Resiko (ODR) setelah melanggar jam malam PSBB.
Salah satunya adalah Anisa. Perempuan 19 tahun asal Peterongan, Jombang ini terjaring bersama suaminya saat nongkrong di Terminal Manukan, Surabaya pada 2 Mei sekitar pukul 21.30. “Di sini (BPSDM) nyaman dan enak. Soalnya tinggal makan dan tidur aja. Tapi ya tetap saja lebih enak di rumah karena bisa kumpul dengan keluarga,” tutur Anisa.
Kepala BPSDM Jatim Aries Agung Paewai mengakui, sejumlah kelompok saat ini menjalani isolasi di asrama yang dia kelola tersebut. Selain 18 perawat, terdapat 51 ODR yang terjaring razia PSBBB dan diisolasi di BPSDM. Selain itu, ada pula 33 mahasiswa Jatim yang baru datang dari Madinah. Mahasiswa tersebut datang melalui bandara Soekarno Hatta dan tiba di BPSDM Jatim pada 6 Mei. “Kami langsung lakukan rapid tes kepada seluruh mahasiswa tersebut dan semua hasilnya negatif,” tutur Aries.
Asrama BPSDM Jatim di Surabaya, lanjut Aries, seharusnya berkapasitas 450 bed isolasi. Namun, karena harus menerapkan protokol distancing, maka yang akan digunakan hanya 360 bed saja. Berbagai fasilitas tersedia di asrama tersebut mulai dari kolam pancing, sarana olah raga, sopt foto unik dan taman yang indah. “Yang terjaring razia dengan tenaga medis tentu saja kita bedakan tempatnya. Masing-masing terpisah di gedung yang berbeda,” ungkap mantan Kepala Biro Humas dan Protokol Setdaprov Jatim tersebut.
Selain di BPSDM Surabaya, asarama BPSDM Jatim di Malang saat ini juga tengah digunakan untuk ruang isolasi. Namun, saat ini yang memfungsikan baru tenaga medis yang telah direkrut sebagai relawan kesehatan covid-19. Mereka standby jika sewaktu-waktu dibutuhkan rumah sakit bisa langsung bertugas. “Ada 56 relawan kesehatan di asrama BPSDM Malang. Mereka bersiaga 24 jam jika dibutuhkan kapapun akan siap,” pungkas Aries. [Adit Hananta Utama]

Tags: