Melihat Manfaat Mitra Binaan CSR Pertagas

Wiji Utami sedang melakukan pengasapan di rumah ikan asap milik Ainun Mahroja. Berkat CSR Pertagas, kini jumlah warga yang memiliki usaha ikan asap mencapai 90 warga. [Ahmad Suprayogi]

Bermula dari Kampung Ikan Asap, kini Memiliki BUMDes Sewu Barokah
Kabupaten Sidoarjo, Bhirawa
CSR (coporate social responsibility) yang dilakukan PT Pertamina Gas (Pertagas), benar-benar dirasakan manfaatnya warga Desa Penatarsewu, Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo. Bermula dari membina lima warga yang mempunyai usaha ikan asap, kini sudah berkembang sekitar 90 warga. Bahkan sudah memilik BUMDes yang mempunyai beberapa usaha, juga Resto Apung Seba (Sewu Barokah).
Hasil pantauan di salah satu rumah produksi ikan asap milik Ainun Mahroja warga Dusun Pelataran, yang tiap harinya berhasil memproduksi sekitar 1 kwintal ikan asap mujaer dan ikan lele, dengan enam orang tenaga kerja perempuan semua. “Saya setiap hari melakukan pengasapan satu kwintal ikan ini mulai pukul 10.00 hingga 15.00 sudah selesai. Sedangkan yang lainnya bertugas membersihkan ikan,” ungkap Wiji Utami sambil membolak-balikkan ikan yang lagi diasap.
Sekretaris Desa Penatarsewu, Heriyanto yang sedang memantau kondisi pengasapan mengungkapkan, kalau warga pengusaha ikan asap ini mulanya hanya sekitar 5 orang saja. Namun dengan hadirnya CSR dari Pertagas dalam bentuk pembinaan pengelolaan ikan asap terus mengalami peningkatan. Sekarang sudah sekitar 90 warga, dan ini sangat membantu menyerap tenaga kerja.
“Dari 90 rumah ikan asap, rata-rata memiliki 4 tenaga kerja. Dengan seluruh total produksi sekitar 10 ton. Jadi banyaknya tenaga kerja juga tergantung banyaknya produksi ikan asap,” jelas Heriyanto, pada Rabu (20/10) siang.
“Hingga saat ini warga tidak pernah kesulitan bahan ikan, karena di sekitar sini juga banyak sekali tambak-tambak. Untuk ikan dari tambak harganya sekitar Rp12 ribu per kg, setelah diasap dijual sekitar Rp45 ribu per kg. Adapun pasaran jualnya di Sidoarjo, Pasuruan hingga Mojokerto,” terangnya.
Disamping itu juga diberikan fasilitas cerobong asap. Proses pengasapan yang dilakukan secara manual tentu saja asapnya bertabaran tidak karuan, ikut larut arah angin. Dengan adanya cerobong asap, arah asap bisa langsung keatas sehingga tidak mengganggu pernafasan para karyawannya.
“Sebelumnya, arap sapa tidak teratur, semua karyawan dan siapapun yang ada di sekitarnya pasti terganggu. Kalau sekarang sudah tidak lagi, sudah aman dari asap. Ini semua berkat program CSR Mitra Binaan PT Pertagas mulai tahu 2017,” terang Heriyanto.
Dengan pesatnya produksi ikan asap yang terus membaik, warga pun mulai mengeluh butuh tempat khusus untuk mempromosikan hasil produksi. Karena selama ini penjualannya hanya melalui pasar-pasar yang ada di sekitaran Sidoarjo. Akhirnya Pertagas memfasilitasi lagi dengan pendirian BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) yang diberinama Seba (Sewu Barokah), dengan 4 program usaha. Yakni Resto, Perikanan, KSM Sampah dan Pertanian.
Ketua BUMDes Seba Abdul Arif menjelaskan dengan adanya BUMDes ini sangat membantu, menopang ketahanan warga di masa pandemi virus Covid 19. Usaha-usaha tersebut masih belum mampu untuk membantu PAD (Pendapatan Asli Daerah), namun masih bisa bertahan dan eksis hingga sekarang.
Ia jelaskan, Resto Apung Seba misalnya, yang juga dibangunkan Pertagas berdiri tahun 2019 yang diserahkan kepada kami untuk mengelolaanya. Hasilnya cukup bagus, tapi tidak begitu lama terjadi pandemi. Akhirnya hanya mampu untuk memberi gaji 8 karyawannya sektiar Rp 15 juta per bulan. “Itu asli dari usaha resto yang ditopang dengan kolam pemancingan,” jelas Abdul Arif.
Sementara Ketua KSM Sampah Seba, Djupri Untung mengungkapkan berjalan sangat lancar, berkat ketelatenan dalam melakukan pembinaan, warga desa sudah rajin membuang sampah pada tempat yang benar. Tidak lagi membuang ke sungai seenaknya sendiri. Warga kami sudah sangat sadar tentang kebersihan.
“Kami memiliki 4 karyawan pengangkut sampah, dengan fasilitas 2 gerobak. Mereka mendapatkan honor dari partisipasi warga dan subsidi dari desa sebesar Rp 2,5 juta. Sisanya kami pergunakan untuk perbaikan gerobak,” ungkapnya.
Ada salah jenis usaha lagi yang sudah mulai dirintis yakni usaha Maggot BSF (Black Soldier Fly) yang terus dikembangkan hingga membuat pakan ikan/pellet dengan bahan organik maggot BSF. Semua itu difasilitas program CSR Pertagas.
Masa pandemi, warga kampung ikan asap telah menerapkan konsep ‘zero waste’ yakni memanfaatkan sisa kotoran ikan untuk pakan ikan lele, dan budidaya Maggot BSF dan cangkangnya dibuat pakan ikan/pellet.
Head of External Relation East Region PT Pertagas Tedi Abadi Yanto mengatakan mulai diintensifkan pendampingan tahun 2017. Termasuk membantu dengan cool box. Hal ini agar bahan baku ikan menjadi lebih banyak dan tahan lama. “Harapannya bisa mendongkrak produksi ikan asap,” katanya.
Seiring dengan meningkatnya kegiatan produksi atau lebih dikenal dengan diversifikasi produk, mulai muncul masalah. Tantangan salah satunya adalah packaging basah. Kemudian butuh pemasaran yang bisa dibuat oleh-oleh khas desa. Maka kemudian muncul ide atau inovasi kedua, membangun Resto Apung 2019. “Tujuannya memberdayakan masyarakat lebih banyak lagi. Juga multiplier effecnya untuk usaha baru. Ada parkirnya, permainan air di resto maupun kolam pancing,” pungkasnya. [Ahmad Suprayogi]

Tags: