Melihat Sentra Buah Mangga Situbondo

Salah seorang pekerja memanen buah mangga di sentra kebun mangga Desa Lamongan, Kecamatan Arjasa, Situbondo. [sawawi]

Punya Cita Rasa Khas, Konsumen Luar Negeri Menjadi Pelanggan Tetap
Kab Situbondo, Bhirawa
Situbondo yang sebagian wilayahnya kering, sangat cocok untuk dijadikan lahan pengembangan tanaman buah seperti mangga. Pohon mangga ini selain tidak rumit dalam pemeliharaan dan pengawasannya, juga mudah untuk dikembangkan. Bahkan pohon mangga mudah tumbuh dan dikenal tahan akan cuaca panas yang berkepanjangan. Tanaman mangga juga tidak menyedot biaya besar untuk perawatannya.
Salah satu contoh sentra pengembangan buah mangga ada di lahan Desa Lamongan, Kecamatan Arjasa, Situbondo. Di sana tumbuh ratusan pohon mangga khas Situbondo yang memiliki kualitas unggul. Terbukti dari pangsa pasar domestik, produksi mangga Situbondo menjadi rebutan konsumen. Bahkan mangga Situbondo mampu menjangkau pasar luar negeri. Mangga hasil kebun di Desa Ketowan dan Lamongan, Kecamatan Arjasa inilah yang menjadi cikal bakal terkenalnya mangga Situbondo.
Arif Fajar, salah satu petani buah mangga Situbondo mengatakan, keberadaan tekstur tanah dan cuaca panas di Situbondo mulai diincar para pebisnis budidaya mangga. Seperti kebun mangga yang berada di Desa Ketowan dan Lamongan, Kecamatan Arjasa, disana terbentang lahan mangga seluas 200 hektare. Sedikitnya ada ratusan pohon mangga berdiri dengan subur di dua desa tersebut. “Mangga mangga ini rutin berbuah setiap setahun sekali. Bahkan ada sebagian yang bisa panen dua kali setiap tahunnya,” ujarnya.
Kata Arif, mangga di lokasi tersebut memiliki cita rasa kemanisan mencapai 105 persen. Bahkan, mangga mangga tersebut memiliki pangsa jual hingga ke luar negeri. Selain karena tanahnya, bibit yang bagus juga menentukan kualitas mangga. Untuk tanaman mangganya itu, dia menggunakan bibit mangga jenis Clonk 143 milik Balai Penelitian Buah Tropika.
“Bibit itu didatangkan langsung dari Solok Sumatera Barat. Berbeda dengan mangga pada umumnya. Buah mangga di kebun ini memilik cita rasa tersendiri. Di bagian atas buah mangga, berjenis madu. Sedangkan bagian bawahnya berjenis harum manis,” ungkapnya.
Pria yang mengaku asli kelahiran Kota Malang ini mengatakan, jika memasuki musim panen, kebun mangganya bisa menghasilkan 6 ton buah siap jual. Setiap buah mangga yang siap panen itu, beber Arif Fajar, biasanya memiliki bobot mencapai 450 hingga 500 gram. Dengan bobot tersebut, daging buah mangga memiliki corak warna kuning dan terasa lembut serta memiliki cita rasa yang sangat manis. “Rasa legit mangga Situbondo berbeda dengan buah mangga asli produksi daerah lain,” tuturnya.
Untuk bisa menikmati mangga khas Situbondo ini, menurut Arif Fajar, di tingkat pasar lokal dijual sebesar Rp130 ribu/5 kg. Sedangkan untuk pangsa pasar luar negeri, dipatok harga mencapai Rp250 ribu/5 kg. Harga sebesar ini sudah dipahami para pelanggan yang berasal dari pasar tradisional, pasar domestik maupun pasar ekspor. “Kami sudah cukup lama memiliki pelanggan tetap prospek buah mangga Situbondo. Mereka juga tahu bulan bulan masa-masa panen mangga di sini,” terangnya.
Supriyadi, salah satu pengepul buah mangga di Situbondo mengakui kualitas mangga Situbondo sangat laris dipasaran lokal tanah air. Supriyadi setiap memasuki musim panen mangga Situbondo selalu rutin mengirim ke sentra pasar di daerah Jawa Barat dan DKI Jakarta.
Supriyadi selain memiliki kolega tetap, dia juga memiliki armada angkutan langganan yang mengirim dari Situbondo hingga ke Jakarta dan Jawa Barat. “Saya biasanya kirim mangga satu kontainer ke pelanggan di Jakarta dan Jawa Barat,” ujarnya.
Agar pelanggan tetapnya semakin percaya, Supriyadi selain memberikan pelayanan yang bagus juga tak jarang memberikan tips yang prima. Misalnya saja, ribuan butir mangga itu dimasukkan dalam kotak kayu dengan dibungkus dengan kertas khusus.
Sehingga, akunya, sesampainya di tangan pelanggan atau konsumen, kualitas mangga Situbondo yang memiliki ciri khas tersendiri tetap terjaga. “Saya tak jadi masalah memberikan tips tambahan kepada pelanggan. Meski hasil keuntungan tipis, tapi pelanggan tetap senang dan percaya,” ungkap pria asli Banyuwangi itu.
Setiap memasuki bulan September hingga Oktober-lanjut Supriyadi, biasanya memasuki masa puncak panen buah mangga di Kota Bumi Salawat Nariyah Situbondo. Tak hanya Supriyadi yang menekuni bisnis pengepul buah mangga, sejumlah koleganya juga sama sama menampung hasil buah mangga Situbondo untuk dikirim ke beberapa sentra pasar buah di nusantara.
“Tapi saya sering juga kirim ke berbagai supermarket dan mall di Jakarta dan Jawa Barat. Disana sortiran buah mangga juga sangat ketat,” pungkas Supriyadi, yang mengaku sudah puluhan tahun menekuni jua beli mangga Situbondo itu. [sawawi]

Rate this article!
Tags: