Melihat Sisi Lain KEK Mandalika di Pulau Lombok

Anak-anak dan ibu-ibu pedagang di kawasana Pantai Mandalika ramai-ramai menyerbu pengunjung untuk menawarkan dagangan mereka berupa aksesoris gelang dan kain khas Lombok.

Menawarkan Iba Anak-anak di Pantai Mandalika
Lombok Tengah-Nusa Tenggara Barat, Bhirawa
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika menjadi harapan baru bagi tumbuhnya perekonomian di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Kawasan ekonomi yang menawarkan potensi wisata bahari tersebut akan menjadi primadona lantaran dilengkapi dengan sirkuit Moto GP. Lantas, bagaimana masyarakat sekitar memanfaatkan potensi tersebut?
Cuaca panas di bulan Oktober terasa begitu menyengat di Pulau Lombok. Namun kondisi itu tak menyurutkan antusiasme para wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri untuk datang berkunjung. Tak terkecuali sejumlah awak media asal Provinsi Jatim yang mendarat di Bandara Internasional Lombok (BIL) pada Selasa, 15 Oktober lalu. Tujuan pertama mereka adalah pesisir selatan Pulau Lombok, tepatnya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika.
Perjalanan sekitar 25 menit menggunakan bus ditempuh dari BIL hingga tiba di KEK Mandalika. Sesampainya di tujuan, mata pengunjung langsung disambut keindahan pasir putih, susunan batu pantai, dan anak-anak yang menjual aksesoris gelang. Mondar-mandir anak-anak tersebut menjajakan dagangn mereka.
Di sebilah papan kayu, mereka melilitkan gelang khas Lombok dari bahan benang, kayu maupun batu untuk ditawarkan. Sekali pengunjung melepar pandangan ke mereka, maka tak akan lepas anak-anak itu mengejar hingga terjadi transaksi. Sekali pengunjung menawar dagangan satu di antara penjualan, maka pedangan lain akan menyerbu pengunjung tersebut hingga kewalahan.
“Satu pak….satu… belum laku sama sekali. Satu pak dibeli, untuk bayar sekolah,” riuh suara itu terdengar dari anak-anak yang menjajakan dagangan mereka. Panas terik, penolakan berkali-kali, tidak menyurutkan mereka untuk kembali menawarkan dagangan. Tidak lagi nilai dari aksesoris yang dijual, tetapi rasa iba dan simpati yang dijual pada para pengunjung agar tergerak untuk berbagi rezeki.
Febrianto salah satunya. Anak yang baru duduk di kelas 5 SDN Ngolang, Kuta, Lombok Tengah tersebut datang bersama teman-temannya di Pantai Mandalika. Menjajakan aksesoris gelang seharga Rp2.500 hingga Rp 5 ribu. “Hari ini libur sekolah karena ada hari jadi Lombok Tengah,” tutur Febrianto saat ditanya bhirawa.
Kendati di kawasan tersebut sudah tertera larangan berjualan di kawasan pantai, langkah mereka menjajahkan dagangan tak tertahan lagi. “Untuk bayar sekolah, untuk beli buku. Kalau tanya-tanya terus beli ya,” tutur dia menimpali pertanyaan bhirawa.
Selain anak-anak, ibu-ibu dari daerah sekitar juga memanfaatkan Pantai Mandalika itu untuk mencari rezeki dengan berjualan kain khas Lombok. Hampir sama dengan cara anak-anak menjajakan gelang, kejar-kejaran dengan pengunjung menjadi pemandangan yang biasa.
Pesona pantai Mandalika sebagai salah satu destinasi yang ditawarkan di KEK Mandalika memang menjanjikan. Apalagi dengan adanya sirkuit Moto GP yang diharapkan dapat menyerap sekitar 65 ribu tenaga kerja baru.
Menurut catatan Dewan Nasional KEK RI di www.kek.go.id, kawasan yang dikembangkan PT Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) itu setidaknya menyumbang nilai investasi sebesar Rp 2,2 triliun untuk pembangunan kawasan. Dari nilai investasi tersebut, diharapkan dapat menarik investasi sebesar Rp 28,63 triliun hingga tahun 2025. Dari pengembangan kawasan tersebut, diharapkan mampu menarik kunjungan 2 juta wisatawan manca negara per tahun.
Kepala Biro HUma dan Protokol Pemprov NTB Najamudin Amy mengaku bersyukur, sebab kawasan ini akan dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi di wilayah Provinsi NTB. “Kita bersyukur, karena ternyata dengan adanya MotoGP ini ada 65 ribu tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mensupport itu,” ujarnya.
Saat ini, lanjut Najamudin, Dinas Tenaga Kerja setempat, sedang melakukan assessment dan inventarisasi terkait pekerjaan-pekerjaan apa saja yang bisa diisi dari penyelenggaraan MotoGP di tahun 2021. “Salah satu contoh misalnya tenaga kerja yang menjadi operator di sana, sampai kemudian ke official,” tambahnya.
Diceritakannya, khusus untuk tenaga kerja yang dibutuhkan di sepanjang lintasan MotoGP saja, berdasarkan penghitungan, harus ada sebanyak 300 orang. “Itu 300 orang yang akan dikirim pada tahap pertama 150 orang, belajar ke sirkuit MotoGP di Sepang, di Malaysia,” tandasnya.* [Adit Hananta Utama]

Tags: