Memacu Ekspor dan Optimalkan Sektor Pariwisata

Oleh :
Misbahul Munir
Mahasiswa Program Magister Ekonomi dan Keuangan FE UII 

Pada awal September 2018, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terdepresiasi hingga angka Rp 15.000. Ini adalah rekor terburuk pasca krisis ekonomi yang melanda negeri ini pada 1998 silam. Sebenarnya gejala pelemahan rupiah yang terus mengalami penurunan sudah terlihat dari beberapa tahun lalu. Di mulai pada krisis keuangan global pada tahun 2008, di mana pada saat ini rupiah juga terdepresiasi cukup dalam. Namun keadaan memulih seiring dengan perbaikan kondisi ekonomi global.
Pasca krisis keuangan global 2008 hingga saat ini, nilai tukar rupiah cenderung naik turun. Hal ini terjadi karena beberapa faktor. Ada faktor dalam negeri dan juga faktor dari luar negeri. Faktor dalam negeri seperti kurangnya dana cadangan devisa negara, atau terjadi defisit transaksi neraca berjalan. Sedangkan faktor dari luar negeri seperti penarikan kebijakan dari bank sentral Amerika Serikat (The Fed) berupa dana quantitative easing pasca perbaikan ekonomi mereka akibat krisis 2008. Selain itu, perubahan tingkat suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat juga menjadi salah satu faktor kuat yang mempengaruhi pelemahan rupiah.
Dalam case pelemahan rupiah belakangan ini, sebenarnya tidak terjadi di Indonesia saja. Banyak negara-negara lain yang mata uangnya juga terdepresiasi. Sebut saja, Venezuela, yang saat ini tengah dilanda krisis ekonomi besar-besaran. Negara lain yang mata uangnya terdepresiasi cukup parah adalah Turki, Brazil, Argentina, Afrika Selatan dan Malaysia. Negara-negara tersebut juga mengalami penurunan nilai mata uang dalam negeri terhadap nilai mata uang luar negeri.
Lalu strategi apa yang dapat memperbaiki depresiasi rupiah secara terus menerus ini? Salah satu jalan yang dapat ditempuh adalah dengan meningkatkan ekspor produk lokal. Dengan meningkatkan ekspor, penjualan produk dalam negeri ke luar negeri, akan meningkatkan dana asing masuk ke Indonesia. Dengan banyaknya uang asing masuk ke Indonesia, akan menguatkan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
Maka dari itu, menurut saya pelemahan rupiah ini adalah momentum dalam meningkatkan ekspor produk-produk lokal. Selain dapat menguatkan mata uang rupiah, ekspor juga akan meningkatkan penghasilan para eksportir lokal.
Di Indonesia, ada banyak produk-produk unggulan yang bisa ditingkatkan seperti minyak kelapa sawit, hasil dari perkebunan karet dan barang-barang pengrajin produksi Usaha Menengah Kecil Mikro (UMKM). Untuk yang terakhir yaitu UMKM, pemerintah mestinya memberikan insentif kepada pelaku UMKM guna memacu produksi sektor tersebut. Beberapa sektor tersebut yang harus dikelola secara fokus dan serius demi memperbaiki depresiasi rupiah.
Selain itu, yang tidak kalah pentingnya dalam meningkatkan ekspor adalah memperbaiki daya saing. Artinya, barang-barang produk lokal harus memiliki kualitas yang bagus yang mampu bersaing dengan produk-produk lokal dari negara lain. Dengan ada peningkatan pada sektor ekspor, diharapkan akan mengapresiasi nilai tukar rupiah sekaligus meningkatkan pendapatan eksportir lokal.
Sebagai tambahan, salah satu cara untuk memperbaiki nilai tukar rupiah adalah dengan menggenjot sektor pariwisata. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Indonesia mempunyai wilayah secara geografis sangat indah. Indonesia dikaruniai wilayah yang sangat cocok untuk kunjungan pariwisat.
Mulai dari pemandangan pegunungan, wisata alam, danau atau wisata perairan hingga wisata pantai. Bahkan Indonesia mempunyai wilayah pantai terpanjang di dunia. Semua itu merupakan potensi yang harus terus dikembangkan oleh pata pemangku kebijakan. Kalau pengelolaan sektor pariwisata dapat dimaksimalkan, maka nama-nama tempat pariwisata yang ada di Indonesia akan semakin dikenal dan banyak orang datang.
Ada banyak keuntungan yang bisa di dapat jika kita mau serius dalam mengoptimalkan sektor pariwisata. Pertama, akan menarik para wisatawan manca negara untuk datang ke Indonesia. Para wisatawan manca negara akan datang dengan membawa mata uang asing (pada umumnya dolar). Semakin banyak wisatawan asing maka akan semakin bagus bagi Indonesia. Jumlah uang asing akan semakin banyak berdatangan ke Indonesia. Hal ini tentu akan turut serta membantu memperbaiki nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Sebab, semakin banyak uang asing berdatangan akan menambah cadangan devisa Indonesia dan dapat memperbaiki neraca perdagangan Indonesia.
Kedua, sektor pariwisata juga mampu beberimakan manfaat bagi para penduduk di wilayah sekitar daerah pariwisata. Sebab mereka ketika berkunjung pasti membutuhkan berbagai sarana seperti makanan daerah setempat, penginapan dan oleh-oleh khas dari wilayah tersebut. Para penduduk lokal harus mempu dan jeli dalam melihat potensi ini. Maka, adanya sektor pariwisata juga akan mampu menumbuhkan ekonomi penduduk lokal.
Ketiga, jika mampu melihat peluang sektor pariwisata juga mampu dioptimalkan dengan mendorong sektor industri kratif. Para pengusaha lokal yang bergerak dibidang pengrajinan misalnya. Mereka dapat mejual atau memasarkan produk buatan mereka pada para wisatawan asing. Dan sekali lagi, ini pasti akan memberikan manfaat pada dua sisi, selain pada para pengusaha yang bergerak dibidang pengrajin, juga akan memberikan dampak pada penambahan cadangan devisa yang pada akhirnya akan memperbaiki nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Semoga!

———- *** ———–

Tags: