Memacu Motivasi Belajar Generasi Milenial

Oleh :
Tiara Cindy Santika
Mahasiswi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta. 

Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat memiliki peran sentral dalam memotivasi pendidikan anak. Motivasi belajar bagi generasi milenial saat ini sangat diperlukan karena banyak anak yang mengalami kejenuhan dan rasa malas untuk belajar.
Di zaman yang serba IT ini, pendidikan ternyata hanya menghasilkan orang pintar bukan orang terdidik. Indikasinya, anak zaman sekarang cenderung acuh tak acuh terhadap pembelajaran yang bersifat manual. Dalam kondisi seperti ini maka, peran keluarga dan guru dalam mendukung pendidikan anak menjadi kunci keberhasilan pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2017 Pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa : Pelibatan Keluarga adalah proses dan/atau cara keluarga untuk berperan serta dalam penyelenggaraan pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan nasional”.
Maksud dari peraturan menteri tersebut bahwa keluarga memiliki peran strategis dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan untuk mencapai pendidikan nasional serta memerlukan sinergi antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat. Disinilah pendidikan karakter sangatlah penting dan harus ditanamkan melalui kepribadian, perilaku, pola pikir yang baik serta motivasi dari keluarga dan guru sebagai bagian dari gerakan nasional revolusi mental.
Pendidikan karakter merupakan usaha-usaha untuk mempromosikan nilai-nilai etik yang paling mendasar sebagai fondasi bagi lahirnya suatu karakter yang baik. Pendidikan karakter juga harus dirumuskan secara komprehensif tidak semata pemikiran dan materi pembelajaran, namun juga rumusan-rumusan tindakan, dan praktek-praktek yang dapat dilaksanakan oleh peserta didik. Oleh karena itu, pendidikan karakter yang efektif membutuhkan pendekatan yang bersifat proaktif, komprehensif, dan harus intensif (Lickona, 1991).
Penguatan pendidikan karakter dapat menjunjung tinggi nilai-nilai luhur, kearifan, dan budi pekerti, serta mendorong generasi milenial untuk menghargai kesuksesan dan keteladanan yang akan mereka capai. Dapat kita lihat pada zaman dewasa ini, kita sebagai generasi milenial telah banyak mengalami transisi menuju dunia modernisasi dan perkembangan zaman serta kemajuan dunia. Dimana remaja Indonesia sebagai penerus cita-cita bangsa dan penerima tongkat estafet kepemimpinan, haruslah mampu berfikir terbuka serta memiliki jiwa semangat belajar untuk mampu memberikan dedikasi serta pengabdian profesi demi kemajuan bangsa dan negara.
Sayangnya generasi muda saat ini justru mengalami fase dimana mereka acuh terhadap pendidikan dan menurunnya minat belajar yang ditimbulkan oleh banyak faktor pendorong. Ada dua faktor yang menyebabkan menurunnya tingkat belajar anak, yaitu faktor internal (dari dalam diri anak) dan eksternal (dari luar diri anak). Faktor dari dalam muncul atas kesadaran diri anak sendiri bahwa belajar sebagai hal yang penting untuk kesuksesan dirinya dimasa mendatang.
Hal yang lain adalah kondisi anak yang kurang stabil seperti kesehatan anak, kurangnya sosialisasi dengan masyarakat atau lingkungan sekitar, serta rendahnya minat untuk berinteraksi dengan guru. Sedangkan faktor dari luar adalah kurangnya perhatian dan motivasi dari orang tua sebagai pendorong anaknya dalam mengenyam pendidikan. Orang tua terkadang lebih mementingkan pekerjaannya tanpa memperhatikan perkembangan anak dalam menuntut ilmu, sehingga kewajiban orang tua sepenuhnya diserahkan kepada guru tanpa adanya pengawasan khusus secara pribadi. Kemudian lingkungan sekolah yang kurang kondusif seperti keramaian dikelas saat guru sedang mengajar menyebabkan mereka tidak fokus dalam menerima materi yang disampaikan guru. Karena seorang anak tidak akan jauh dari yang namanya bermain, jika anak terlena dengan bermain secara terus menerus di lingkungannya, hal ini dapat memicu anak lalai dengan kewajiban untuk belajar.
Untuk mengatasi masalah yang muncul dari faktor tersebut, peran lingkungan, keluarga, dan guru harus mampu mengatasi faktor yang menyebabkan menurunnya semangat belajar anak. Perhatian keluarga terutama orang tua merupakan hal utama dalam membangun motivasi semangat belajar, karena orang terdekatlah yang mampu merubah karakter seseorang. Orang tua sebagai orang terdekat harus dapat memberikan penjelasan mengenai hal yang baik dan juga buruk bagi anak. Mereka harus menjadi orang terdekat yang selalu ada dan mendengar keluhan dari anak. Selain itu, orang tua harus memberikan contoh perilaku yang baik, dan harus bisa menjaga perilaku anak di lingkungan pergaulannya.
Selanjutnya peran guru juga merupakan hal penting dalam mendorong motivasi belajar anak. Guru harus mampu membangkitkan minat belajar anak agar dapat menciptakan proses belajar mengajar yang efektif, sehingga anak dapat mencapai tujuan dari hasil belajarnya. Guru yang berkompeten akan lebih mampu dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan kondusif agar hasil belajar anak berada pada tingkat optimal. Lingkungan tempat pergaulan juga sangat memengaruhi motivasi belajar anak di era saat ini. Pergaulan yang baik dan terkontrol akan membuat anak tetap konsen dalam belajarnya, sebaliknya bila lingkungan pergaulan negatif maka mental anak akan terpengaruh dan membuat semangat belajar anak menjadi menurun.
Pada akhirnya peran orang tua, guru, dan lingkungan menjadi kunci untuk membentuk dan menjaga motivasi belajar anak di era saat ini. Tiga komponen tersebut harus menjadi pembentuk serta pengawas bagi karakter anak di era keterbukaan dan kecanggihan teknologi. Perkembangan dunia pendidikan di era globalisasi pada generasi milenial banyak menuntut perubahan sistem pendidikan nasional.
Motivasi seperti itulah yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan anak, serta dapat melahirkan sumber daya manusia guna menciptakan mutu pendidikan yang lebih baik dan mampu membawa bangsa ini bersaing secara sehat dalam segala bidang di kancah nasional maupun Internasional.

———— *** —————

Tags: