Memahami Kearifan Cerita Fiktif

Buku  Journey to The LihgtJudul Buku   : Journey to The Lihgt
Penulis   : Pramastri Sisimaya, dkk.
Penerbit   : Saufa, Yogyakarta
Cetakan  : Pertama, April 2014
Tebal   : 312 halaman
ISBN   : 978-602-255-519-3
Peresensi  : Ainiyah Mundzir
Mahasiswi Institut Ilmu Keislaman An-Nuqayah Guluk-Guluk Sumenep

Banyak cara Tuhan menunjukkan jalan kebenaran kepada manusia. Cara tersebut kadang begitu sulit, terjal, dan berliku. Orang yang berhasil melaluinya dengan sabar akan menemukan hidayah-Nya. Sebaliknya, jika ia tidak bisa bersabar terhadap cobaan yang diberikan, jalan menuju kebenaran akan tertutup selamanya.
Buku berjudul Journey to the Lihgt karya Pramastri Sisimaya, dkk. ini merupakan cerita-cerita tokoh dalam menemukan kebenaran. Buku ini berisi lima belas cerita dari lima belas penulis. Mereka memiliki cara tersendiri untuk mengungkapkan jalan menuju hidayah-Nya.
Judul Ana Uhibbuki Fillah, Nonah, menceritakan proses percintaan sepasang remaja. Tokoh Rico merasa cemburu ketika Nonah, perempuan yang dicintainya, sering berjalan bersama Mukhlis. Rico bersama teman-temannya harus memberi pelajaran kepada Mukhlis.
Anggota gengku terbahak-bahak menertawakan ketakutan Mukhlis. Beberapa pasang mata menatap kami, namun cepat-cepat berlalu dan pura-pura tak tahu-menahu, tak ingin berurusan panjang denganku (hal. 8).
Rico berusaha menjadi lebih baik dari pada Mukhlis. Sebab, lelaki dambaan Nonah adalah lelaki yang mampu menjadi imam dalam keluarganya kelak. Usaha Rico ternyata tidak sia-sia. Ia diterima menjadi calon suami Nonah. Rico terkejut ketika ia melihat Mukhlis dalam keluarga tersebut. Ternyata, Mukhlis adalah saudara kembar Nonah.
Cerita Darah Pertama karya Evi Sudarwanto lebih ekstrim dari pada Ana Uhibbuki Fillah, Nonah. Jika jalinan percintaan Rico dengan Nonah masih bisa ditolerir, cinta yang dijalin tokoh aku dengan Jhon melampaui batas. Mereka berhubungan layaknya sepasang suami isteri.
Mulanya, Jhon mengaku menggunaan alat pengaman. Mendengar kabar itu, tokoh aku tidak terlalu panik. Ia akan sehat-sehat dan tidak akan hamil. Di luar dugaan, Tuhan berkehendak lain. Tokoh aku ternyata hamil. Jelas, ini adalah atas hubungannya dengan Jhon.
Aku tertunduk lemas di pinggir pintu kamar mandi, mengenakan test pack yang berada di tangan gemetarku. Aku hamil? Betapa bodohnya aku! (hal. 127). Tokoh aku merasa menyesal atas perlakuannya yang telah melanggar batas kewajaran. Sebuah hubungan layaknya sepasang suami-isteri dengan Jhon. Inilah yang menyebabkan tokoh aku harus menanggung malu.
Kisah Perjalanan Hidayah karya Bambang Nur Sholeh terkesan klise. Tokoh Eko menemukan jalan kebenaran hanya melalui sebuah mimpi. Eko dalam cerita ini digambarkan sebagai sosok yang suka membangkang terhadap orang tuanya. Ia sering keluyuran bersama teman sebayanya. Kadang, berhari-hari ia tidak pulang ke rumah.
Ketika beberapa hari tidak pulang ke rumah, Eko kehabisan uang. Tanpa diduga, seorang lelaki tua memberi uang sebagai ongkos pulang. Sayang, watak Eko tidak berubah. Ia menghabiskan uangnya untuk sekedar keluyuran. Sebelum menikmati uang tersebut, Eko ditodong tiga orang lelaki kekar. Uang pmberian orang tua tadi kini berpindah tangan.
Perut Eko mulai terasa lapar. Namun, ia tidak memiliki uang sama sekali. Sambil memberanikan diri, ia memasuki sebuah warung. Dengan harapan, si pemilik warung memberinya makan gratis. Keinginan Eko terkabulkan, dengan syarat, ia harus membantu mencuci piring setinggi lutut.
Baginya, ini merupakan kebahagiaan tersendiri. Makanan yang ia dapatkan merupakan hasil jerih payahnya sendiri. Selama ini, ia makan hasil jerih payah orang tuanya. Jika tidak sesuai selera, Eko marah. Dalam perjalanan pulang, nasi bungkus pemberian pemilik warung itu tersenggol lelaki kekar. Nasi itu tumpah dan terlindas mobil. Ia sadar, betapa sulitnya mencari sesuap nasi (hal. 258-262).
Lima belas cerita dalam buku ini disajikan dengan bahasa yang renyah dan lugas. Cerita-cerita tersebut seakan ‘menjewer’ kita dengan bahasa yang sangat halus. Buku ini akan menuntun pembaca agar berperilaku lebih arif.

                                                                                       —————— *** ——————–

Rate this article!
Tags: