
Buhadi Den Anom
Buhadi Den Anom
Kepala KUA Kecamatan Mlandingan, Situbondo
Ramadan adalah bulan kesembilan dalam penanggalan Hijriyah. Sepanjang bulan pemeluk agama Islam melakukan serangkaian aktivitas keagamaan; termasuk di dalamnya berpuasa, salat tarawih, nuzulul qur’an dan kemudian mengakhirinya dengan membayar zakat fitrah dan rangkaian perayaan idul fitri sebagai ritual pamungkas. Pada bulan ini pula umat Islam mengalami penggodokan lahir batin di kawah candradimuka Ramadan untuk mensterilkan goresan warna prilaku sebelumnya guna mencapai titik nadir puncak malam yangagung ; Malam Lailatul Qadar.
Malam Lailatul Qadar adalah malam yang agung di antara sekian malam di bulan suci Ramadan. Sabda Nabi SAW: Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadan. Di sini beliau memberi sinyal betapa hebatnya malam itu bagi umat Muhammad SAW sehingga kita dianjurkan untuk memburunya, karena pada Malam Lailatul Qadar itulah Al Qur’an diturunkan pada Nabi Muhammad SAW di gua hira, sehingga malam itu disebut malam yang agung dan penuh berkah.
Dalam kajian ini akan mencoba mangungkai makna turunnya wahyu Al-Qur’an pada Malam Lailatul Qadar sesuai dengan pengertian yang kontekstual. Ini dalam pengertian bahwa nilai-nilai yang univesal harus diterjemahkan dalam konteks tertentu sehingga memberi ‘pembacaan baru’ dan pencerahan makna yang utuh. Untuk mengeksplikasi turunnya Al-Qur’an pada Malam Lailatul Qadar, kita harus menyisir kitab suci Al-Qur;ann – yang tentunya surat Al-Quran – sebagai panduan suci dan pendapat para ahli tafsir populer pada zamannya.
Allah telah berfirman: 1. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. 2. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? 3. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. 4. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. 5. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.
Dari redaksi teks ayat di atas paling tidak ada empat poin yang digambarkan oleh ayat di atas. Pertama, Al-Qur’an diturunkan pada malam lailatul qadar. Kedua, orang yang beribadah pada malam itu bagaikan beribadah seribu bulan atau 83 tahun 4 bulan. Ketiga, para malaikat turun kebumi mengucapkan selamat kesejahteraan pada orang-orang yang beriman.
Keempat, malam itu penuh keberkahan hingga terbit fajar. Ada hal yang menarik berkenaan dengan Lailatul Qadar. Sebab di permulaan surat Al-Qadr, Allah menjelaskan bahwa malam kemulian sebenarnya adalah malam diturunkannya Al-Qur’an. Tidak sedikit para ahli tafsir berkomentar, bahwa itu adalah saat pertama kali turunnya Al-Qur’an. Dan setelah itu diwahyukan secara berangsur-angsur (tafsir al-Maraghi jus 30 hal 208).
Namun ada juga riwayat yang menuturkan, bahwa itu adalah saat-saat turunnya Al- qur’an secara totalitas ke muka bumi sebelum diturunkan secara berangsur-angsur selama 23 tahun. Hanya saja perspektif ini kurang ideal dengan realitas sejarah, karena Al-Qur’an tidak diturunkan secara sekaligus, melainkan secara bertahap (tafsir kashaf).
Sedangkan menurut Quraish Shihab, bahwa ayat pertama surat Al-Qur’an itu sebenarnya memiliki makna yang bersifat lampau alias zaman madhi. Itu terlihat dari tata bahasa yang menggunakan (anzalnahu). Kata “telah menurunkan” berarti telah terjadi dan tidak akan terjadi lagi di masa depan. Oleh karenanya, malam kemuliaan al-qadar sudah terjadi di masa Rasulullah SAW: yakni saat diturunkannya Al-Qur’an untuk pertama kalinya. [*]