Memaknai Pembelajaran Diferensiasi di Tengah Pandemi

Susanto

Oleh:
Susanto
Guru SMA Negeri 3 Bojonegoro

Pembelajaran di era pandemi seperti ini tugas guru sangat komplek dalam menyampaikan materi pelajaran. Mengapa demikian? Karena selain menyampaikan mata pelajaran juga memberikan motivasi dan pembimbingan agar para peserta didik tidak kehilangan semangat dalam belajar selama di sekolah dan juga di rumah. Perlu langkah strategis agar pembelajaran menyenangkan di era pandemi Covid-19. Menguatkan komunikasi dua arah antara guru dan peserta didik saat pandemi harus berkelanjutan.

Lantas bagaimana agar guru di sekolah bisa maksimal memahami perbedaan individu dalam masa pandemi seperti ini? Langkah strategis apa sehingga peserta didik bisa maksimal dalam belajarnya?

Dalam praktiknya tentu guru maupun peserta didik bisa melakukan pola komunikasi terkat dengan pembelajaran. Lebih esensi lagi komunikasi kedua belah pihak tidak mengalami hambatan sehingga tidak ada kerinduan antara guru dan juga guru kepada semua peserta didik. Pola komunikasi dan pembelajaran yang terbiasa dalam pemecahan masalah secara mandiri dan tidak menjadi beban psikologis.

Hal yang terpenting perlu adanya efektivitas media, metode, dan strategi pembelajaran yang tepat secara tidak langsung dapat dirasakan dampaknya bagi peserta didik dan juga guru. Dalam kondisi demikian interaksi akan terjalin yang berkelanjutan. Pembelajaran inovatif didasarkan pada pendekatan pembelajaran konstruktivisme menekankan terbentuknya pemahaman sendiri secara aktif dan akomodatif berdasarkan pengetahuan terdahulu dan pengalaman belajar yang bermakna. Model pembelajaran inovatif juga melibatkan peserta didik secara aktif melakukan sharing (berbagi) pengetahuan antar teman dalam kelompok dan pada saat diskusi tingkat kelas (Slavin, 2005).

Blanchard (2001) menegaskan bahwa pembelajaran inovatif mencakup enam unsur yaitu: pembelajaran bermakna, penerapan pengetahuan, berpikir tingkat tinggi, kurikulum berdasarkan standar, responsif terhadap budaya, dan menggunakan penilaian autentik.

Penguatan karakter dan hidup sehat dengan 5 M yang selalu digelorakan oleh Pemerintah harus dapat dimaknai sebagai langkah jangka panjang untuk memutus mata rantai covid-19. Para peserta didik, orang tua dan insan pendidikan dalam pelaksanaan pembelajaran harus mengutamakan keamanan dan kesehatan. Pemutusan mata rantai Covid-19 yang dilakukan insan pendidikan melalui vaksinasi harus menjadi tanggung jawab dalam rangka memberi rasa aman bagi peserta didik. Tentunya, semua masyarakat dan orang tua harus bersinergi dan saling menguatkan.

Menghargai Potensi

Dalam konteks pandemi saat ini sekolah dalam hal ini guru harus bisa memahami potensi diri peserta didik baik yang menyangkut bakat dan minat. Pembelajaran yang lebih beroreintasi pada keragaman atau perbedaan individu memiliki tingkat keberhasilan lebih tinggi dari pada yang homogen. Artinya, pembelajaran yang dikemas oleh guru yang berdasarkan pada perbedaan individu dalam pemerolehan proses pmbelajaran akan lebih bermakna.

Menurut Tomlinson (2000) Pembelajaran differensiasi (PD) merupakan usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap peserta didik. Artinya, dapat dipahami bahwa: PD bukan berarti bahwa guru mengajar dengan 32 cara yang berbeda untuk mengajar 32 peserta didik bukan guru harus memperbanyak jumlah soal untuk peserta didik yang lebih cepat bekerja dibanding dengan yang lain. Pada esensinya PD bukan guru mengelompokkan peserta didik yang pintar dengan atau sebaliknya atau memberikan yang berbeda setiap anak. Pada hakikatnya PD serangkaian keputusan masuk akal yang dibuat oleh guru yang berorientasi pada kebutuhan peserta didik.

Lantas apa saja yang harus disiapkan dan dimaksimalkan agar pembelajaran dapat memenuhi kebutuhan peserta didik? Pertama, lingkungan belajar yang “mengundang: untuk belajar. Mengapa ini penting? Lingkungan belajar yang baik akan memberikan dampak pada psikologis belajar anak dalam menemukan kompleksitas yang mereka hadapi. Begitu sebaliknya, apabila lingkungan belajar tidak memberikan kontribusi yang baik dan positif maka secara otomatis berdampak nyata bagi pemerolehan hasil pemebalajaran. Tentunya, pada di sekolah guru harus menyiapkan kondisi mental peserta didik, kondisi lingkungan dan suasana belajar yang menyenangkan. Tak kalah pentingnya, peran orang tua juga menjadi penting untuk menciptakan suasana rumah dan kondisi sekitar rumah untuk bisa memberikan dukungan kepada para peserta didik dalam memahami konsep belajar yang sesungguhnya.

Kedua, tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Tujuan yang dimaksudnya disini bahwa guru dalam melakukan proses pembelajaran harus membangun sinergi apa yang sampaikan memiliki arah dan konsep yang jelas. Apabila guru dalam menyampaikan materi terkonsep dan mmiliki tujuan yang jelas adaka berdampak pada wellbeing pada peserta didik. Rasa senang, bahagia, gembira para peserta didik diperolehnya manakala para guru menyampaikan materi inovatif. Keinovatifan guru dalam membuat kemasan dalam menyampaikan pembelajaran itu akan memberikan dampak nyata bagi hasil belajar. Jangan sampai terjadi paradigma lama, kalau tidak senang secara individu kepada guru akan berdampak pada mata pelajaran yang dikuti. Dalam hal demikian, guru harus memberikan motivasi agar siswa belajar sesuai potensinya bukan potensi gurunya.

Ketiga, meresepon kebutuhan belajar peserta didiknya. Apa yang dimaksudkan dengan merespon kebutuhan peserta didik? Sebagai guru harus jujur kepada para peserta didik, Mengapa? Karena dengan kita membagi perhatian yang merata kepada kebutuhan peserta didik secara otomatis peserta didik akan merasa dihargai dan diperhatikan potensi yang mereka butuhkan. Jangan sampai terjadi guru hanya memperhatikan peserta didik yang pandai saja atau sebaliknya. Dalam konteks ini, perhatikan guru harus merata baik dalam tutur kata atau pembimbingan.

Nah. pembelajaran kala pandemi Covid-19 seperti saat ini guru harus bisa menyenangkan sesuai kondisi psikologis dan kebutuhan peserta didik. Rasa aman, nyaman, dan bahagia harus digelorakan dan terjalin dengan komponen pembelajaran. Guru dan peserta didik harus memiliki komitemen yang sama dalam melakukan pembelajaran sehingga ada kesamaan dalam menemukan visi pembelajaran. Keterjalinan sepenuh hati oleh insan pendidikan agar para peserta didik kita kembali mendapatkan penguatan karakter dan kualitas pembelajaran era industri 5.0 di tengah pandemi dapat dirasakan dengan nyata.

———- *** ————-

Tags: