Memastikan Keberlanjutan Kurikulum Merdeka

Oleh :
Adit Hananta Utama
Ketua PD Pemuda Muhammadiyah Sidoarjo.

Dalam kerangka semangat transformasi pendidikan dan sejalan dengan tantangan paradigma belajar abad ke-21, Kemendikbudristek telah meluncurkan kurikulum baru yang disebut Kurikulum Merdeka. Tujuannya jelas, selain penyelenggaraan pendidikan sesuai perkembangan zaman, juga dalam upaya memulihkan pembelajaran yang sempat krisis yang diperparah dengan hilangnya pembelajaran (learning loss) akibat pandemi Covid-19.

Kalau dicermati, Kurikulum Merdeka menawarkan kemudahan bagi guru dan sekolah untuk melaksanakan pembelajaran sesuai kebutuhan siswa. Sekolah dibebaskan untuk memilih, menggunakan Kurikulum Merdeka, Kurikulum Darurat, atau Kurikulum 2013. Fokus utama dari kurikulum ini dengan memberdayakan guru dalam pengembangan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan untuk siswa. Harapannya, melalui penerapan kurikulum Merdeka, bangsa ini bisa segera melakukan percepatan pemulihan pendidikan dan mendorong terwujudnya cita-cita Merdeka Belajar.

Pada wilayah lain, Kurikulum Merdeka dibuat untuk satuan pendidikan sebagai langkah mentransformasi pendidikan demi terwujudnya Sumber Daya Manusia (SDM) Unggul Indonesia yang memiliki Profil Pelajar Pancasila. Kurikulum ini juga dikenal dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.

Kurikulum Merdeka sejatinya juga berarti melakukan revitalisasi sistem pendidikan yang membangun kompetensi utama agar menghadirkan belajar menjadi sebuah pengalaman yang menyenangkan; sistem terbuka yang memungkinkan kerja sama/gotong royong antarpemangku kepentingan; guru sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar; dan pelatihan guru diselenggarakan berdasarkan praktik-praktik baik. Pada level pedagogi, Merdeka Belajar mendorong pedagogi berbasis kompetensi dan nilai-nilai, kurikulum, dan penilaian; serta pendekatan berbasis kebutuhan individu dan berpusat kepada siswa.

Kurikulum Merdeka bertujuan membentuk kurikulum berdasarkan kompetensi dan sebagai kerangka/menu; fokus kepada keterampilan lunak (soft skill) dan pengembangan karakter. Adapun terkait sistem penilaian, Merdeka Belajar berupaya menghadirkan penilaian yang bersifat formatif/mendukung; serta penilaian berdasarkan portofolio.

Prinsip Keberlanjutan

Dalam berbagai kesempatan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim selalu menekankan pentingnya prinsip keberlanjutan. Prinsip keberlanjutan kurikulum menjadi sangat penting dan semakin menemukan relevansinya dengan akan segera berakhirnya Kabinet pemerintahan jilid kedua ini. Mengapa?

Tidak lain karena, masyarakat akan sangat mafhum bahwa pergantian kabinet akan selalu disertai pergantian menteri yang bisa jadi juga akan mempengaruhi kebijakan kurikulum di pemerintahan yang baru. ujung-ujungnya, akan muncul kekhawatiran akan nasib keberlanjutan Kurikulum Merdeka di pemerintahan mendatang.

Kekhawatiran tersebut rasanya bukanlah hal yang berlebihan, meskipun tentu kita berharap siapapun Presidennya atau pun siapapun Menterinya nanti, tidak akan sampai merobohkan bangunan kurikulum Merdeka Belajar yang sudah disiapkan dalam beberapa tahun ini.

Dan sebenarnya, secara faktual kalau kita cermati, perubahan kurikulum yang beberapa kali terjadi tidak perlu juga terlalu dicemaskan karena dalam sejarahnya memang tidak ada perubahan kurikulum yang dilakukan secara radikal atau bahkan bertentangan antara kurikulum satu dengan kurikulum yang baru. Yang ada adalah pembenahan dan penyeseuaian dengan tantangan dan kebutuhan yang ada pada zamannya.

Lantaran itu, patut kiranya kita semaikan optimisme bahwa secara substansi Kurikulum Merdeka akan tetap berlangsung siapapun presidennya mendatang.

Bahwa langkah strategis yang telah dilakukan dengan menghadirkan kurikulum merdeka tentu tidak diharapkan akan berakhir mengikuti berakhirnya masa kabinet Jokowi jilid 2 ini. Bagaimanapun, persoalan kurikulum tidak boleh kalau hanya menjadi domain di lingkup kementerian pendidikan saja, tetapi harus menjadi perhatian bersama utama pemerintahan yang berkuasa. Artinya, apa yang telah disiapkan dalam menata dan melahirkan kurikulum merdeka harus dijaga dan dikawal keberlanjutannya di masa mendatang.

Dalam konteks menerapkan prinsip keberlanjutan, Nadiem Makarim sudah memulainya dengan misalnya menyiapkan kurikulum merdeka yang tidak mengabaikan dasar dasar dan regulasi yang sduah ada sebelumnya. Kurikum Merdeka bukanlah kurikulum yang tiba-tiba hadir namun merupakan serangkaian panjang dan mendasar yang tidak bisa dipisahkan dari pondasi yang telah ditanamkan di era sebelum-sebelumnya. Artinya, ada tahapan yang sudah dilakukan agar ke depannya saat implementasi bisa berjalan mulus.

Perubahan Mindset
Implementasi Kurikulum Merdeka di sekolah tidak lepas dari berbagai tantangan. Salah satunya adalah kesiapan mindset para pendidik.

Dalam Kurikulum Merdeka, terdapat perubahan fungsi pendidik yang semula mengajar dengan pendekatan yang diseragamkan atau satu ukuran untuk semua (one size fits all), menjadi seseorang yang mampu menciptakan peserta didik sebagai pembelajar mandiri sepanjang hayat melalui pembelajaran berdiferensiasi.

Dalam hal ini, guru harus menjadi mentor, fasilitator, atau coach dalam kegiatan belajar yang berbasis proyek (project based learning) secara aktif. Untuk mengubah mindset tenaga pendidik, Kemendikbudristek melakukan pelatihan berbasis proyek dan kompetensi pedagogik untuk guru dan dosen (dikutip detik.com, 11 Mei 2022), namun di sisi kemampuan masih banyak guru yang belum siap.

Kenyataan yang terjadi, bahkan masih banyak guru yang belum mampu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang baik. Oleh karena itu, penguatan untuk kepala sekolah, guru, dan pengawas sekolah menjadi penting. Selain itu adalah kesiapan peserta didik dalam Implementasi Kurikulum Merdeka, terutama berkaitan dengan kebebasan peserta didik untuk memilih sendiri apa yang akan mereka pelajari.

Diperlukan penguatan peran dan kerja sama pendidik dan orang tua peserta didik sangat penting dalam mendorong dan mengarahkan peserta didik belajar sesuai dengan karakteristik, minat dan potensinya untuk mencapai hasil belajar yang optimal dan bermakna.

Perubahan kurikulum maupun implementasi kurikulum baru dalam penyelenggaraan pendidikan merupakan sebuah kebutuhan hal ini terjadi ketika kurikulum sebelumnya sudah tidak relevan atau ketika ada kebutuhan mendesak untuk percepatan pemulihan pendidikan. Namun, perubahan kurikulum tergesa, dan terlalu cepat berganti akan sangat memberatkan satuan pendidikan sebagai pelaksana.

Terutama bagi sekolah yang masih memerlukan banyak bantuan (bukan termasuk dalam sekolah penggerak) dan berada di daerah tertinggal. Tanpa persiapan yang matang, bukan hasil belajar maksimal yang tercapai tetapi hanya hasil percobaan semata, dan pelaksana pendidikan justru disibukkan dengan tuntutan penyesuaian secara terus-menerus.

——— *** ———-

Tags: