Membaca Partisipasi Politik Generasi Milenial

Oleh :
Maygi Angga K.
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Sejak tahun 2004 silam, pemilu di Indonesia dilaksanakan secara langsung. Pemilihan anggota DPR/DPD maupun Presiden dan Wakil Presiden tidak lagi ditentukan oleh MPR, namun dipilh secara langsung oleh rakyat melalui pelaksanaan pemilihan umum (pemilu). Pada tahun 2014, dilaksanakan dua kali pemilu dalam satu tahun. Pertama untuk memilih anggota legislatif dan pemilu yang kedua dilaksanakan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden. Lalu masuk pada tahun 2019 pemilu diselenggarakan serentak untuk memilih anggota legislatif serta Presiden dan Wakil Presiden.
Hal baru seperti ini sangat efisien dilakukan karena dapat mengakomodir dana dan juga menghemat waktu yang terbilang singkat. Selain itu, ada “magnet” yang menambah daya tarik pesta demokrasi 2019 lalu, yankni munculnya generasi milenial dalam jumlah signifikan sebagai partisipan politik. Meski pemilu telah usai, namun atmosfer panasnya masih terasa sampai sekarang.
Mulai dari laporan kecurangan sampai sengketa Pilpres yang masih kita indera sampai saat ini. Penyelengaraan pemilu kali ini memang sangat erat kaitannya dengan partisipasi politik masyarakat terutama para generasi milenial yang dituangkan dalam media digital, mengingat di era modern ini semua sudah serba canggih dan berbasis digital.
Generasi milenial banyak dibahas karena dianggap unik. Generasi ini tidak bisa lepas dari teknologi komunikasi dan informasi khususnya internet. Terutama di kalangan generasi milenial, akses internet menjadi pintu utama untuk berkomunikasi dan mencari informasi. Saat ini, atmosfer media sosial sedang memanas dimana hampir semua media sosial membahas persoalan politik dan Pemilu 2019.
Telepon selular merupakan media yang paling banyak digunakan untuk mengakses informasi mengenai politik dan pemilu 2019 dengan durasi 5-10 jam/hari. Media sosial dan grup obrolan online adalah media digital yang juga paling dominan digunakan. Generasi milenial menganggap bahwa topik politik sebagai topik yang berat dan tidak semenarik berita tentang lifestyle, sport, dan sebagainya. Namun masih banyak dari mereka yang tetap mengikuti berita-berita politik yang diakses melalui media online dan televisi.
Terutama di kalangan aktivis muda yang menjadi anggota atau pendukung aktif partai politik, yang ikut melakukan unjuk rasa nyata mendukung atau menolak kebijakan pemerintah, serta menghubungi pemerintah, politisi, ataupun pejabat untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat. Meski demikian mayoritas mereka memberikan suaranya dalam Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden Indonesia tahun 2019.
Generasi milenial yang dikenal dengan generasi Y merupakan generasi yang kini banyak menjadi perhatian diberbagai bidang. Generasi ini lahir setelah generasi X dikisaran tahun 1981 hingga tahun 2000. Saat ini mereka berusia antara 18 hingga 37 tahun.
Generasi milenial hidup pada era informasi yang diperoleh secara terbuka dari internet, termasuk pilihan di pasar online. Generasi milenial di dunia juga menghadapi beberapa krisis mulai dari masalah terorisme domestik hingga resesi ekonomi. Pengalaman bersejarah yang unik dari para milenial ini telah membentuk mereka memiliki hubungan dengan politik dan komunitas mereka.
Ada banyak cara yang dapat dilakukan setiap warga negara untuk berpartisipasi dalam bidang politik. Beberapa partisipasi politik warga diantaranya dengan memberikan suara dalam Pemilu/Pilkada, mengirim surat/pesan kepada pemerintah, ikut dalam aksi protes atau demonstrasi, menjadi anggota partai politik, menjadi anggota organisasi kemasyarakatan, mencalonkan diri untuk jabatan publik, memberikan sumbangan kepada partai atau politisi, hingga ikut dalam acara penggalangan dana. Partisipasi politik generasi sekarang jauh berbeda dengan generasi sebelumnya, generasi sekarang atau yang biasa disebut generasi milenial menggunakan partisipasi politiknya melalui media digital seperti sosial media.
Generasi milenial memiliki potensi yang besar bagi kekuatan politik karena jumlahnya yang banyak. Jumlah populasi penduduk Indonesia yang berusia antara 15-34 tahun saat ini mencapai 34,45% (BPS, 2016). Namun seperti yang dikemukakan sebelumnya generasi ini kurang tertarik terlibat berpartisipasi dalam politik secara konvensional karena berbagai alasan. Karena itu mereka lebih memilih jalur yang lebih mudah diakses untuk berpartisipasi seperti menjadi relawan dan aktivis konsumen melalui media sosial. Generasi milenial juga membantu aparat mendeteksi akun-akun media tak bertanggung jawab.
Partisipasi mereka dalam pemilu 2019 yang dituangkan dalam media sosial ini dengan mengendalikan diri untuk tidak terjebak menggunakan teknologi untuk perilaku negatif. Seperti membuat dan menyebar hoax dan perilaku lain yang melanggar UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Perkembangan teknologi informasi cukup berpengaruh dilingkungan masyarakat, baik dalam berkomunikasi maupun dalam kehidupan sehari – hari, tidak bisa kita pungkiri juga jika dalam 24 jam perhari, 75% waktu kita digunakan untuk berkomunikasi. Perkembangan teknologi informasi ini dapat membawa dampak positif maupun dampak negatif yang seharusnya dapat kita sikapi dengan cara yang baik dan benar, jika tidak maka kita akan terbawa pengaruh negatif dari perkembangan terknologi informasi tersebut. Dikarenakan mudahnya akses informasi melalui smartphone yang kita miliki akibat adanya perkembangan teknologi internet dan media sosial yang sifatnya bebas atau global, maka penggunaan media sosial harus kita imbangi dengan norma-normaa yang berlaku agar tidak ada pihak yang dirugikan.
Media sosial sangat membantu kita dalam melihat visi dan misi untuk mengenali kedua calon Presiden dan Wakil Presiden mulai dari profil, rekam jejak, janji – janji yang di tawarkan, perilaku dan blunder – blunder yang mereka lakukan, sehingga kita tidak kesusahan lagi untuk menentukan mana pemimpin yang pas untuk kita, dan pemimpin yang di butuhkan oleh negeri ini. Banyaknya informasi positif tentang kedua paslon juga di iringi dengan banyaknya berita negatif dan hoax yang tersebar di sekeliling kita, tinggal kita sebagai generasi milenial tahu bagaimana menyikapi informasi tersebut, saring sebelum sharing atau mengecek ulang kebenaran berita yang kita terima sudah seharusnya kita lakukan agar tidak termakan berita hoax yang nantinya kita sebarkan ke masyarakat sekitar.
Teori uses and gratifications mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media dan berusaha untuk mencari sumber media yang paling baik untuk memenuhi kebutuhannya. Teori ini juga menekankan bahwa khalayak aktif untuk menentukan media mana yang harus dipilih untuk memuaskan kebutuhannya. Sebagian besar generasi milenial sudah dapat menerapkan teori uses and gratification di kehidupan nyata terutama dalam dunia perpolitiakan.
Penggunaan media digital dan generasi milenial adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan di era digitalisasi dewasa ini. Media sosial menjadi akses utama bagi generasi milenial untuk melakukan perannya dalam dunia politik, mulai dari aksi demonstrasi, boikot, berpendapat, semua hal tersebut disalurkan melalui media massa seperti instagram, facebook, twitter dan youtube.
Media sosial atau konten apa yang dilihat oleh masyarakat dapat menentukan pilihan mereka untuk menyuarakan hak suaranya dalam pemilu 2019. Media sosial dan generasi milenial dapat dikatakan dua elemen penting yang dapat mempengaruhi pemilihan umum 2019.

———– *** ————

Tags: