Membaca Pradigma Kritis Tiga Tokoh Filsafat Islam

Judul Buku : Tiga Madzhab Utama Filsafat Islam
Penulis : Seyyed Hossein Nasr
Penerbit : IRCiSoD
Cetakan : I, Januari 2020
Tebal Buku : 276 Halaman
Peresensi : Slamet Makhsun
Mahasiswa Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Kembali ke dunia filsafat dan pemikiran Islam kontemporer, adalah Seyyed Hossein Nasr tokoh penting yang masuk kategori bidang tersebut. Lahir di Teheran yang termasuk provinsi dari negara Iran, membuatnya ahli bahasa Arab dan Persia. Beliau juga menempuh Pendidikan Tinggi Eropa sehingga memungkinkan untuk menguasai kedua jenis keilmuan, yaitu keilmuan Islam dan keilmuan Barat (Eropa dan Amerika). Banyak karya-karya yang telah dihasilkan oleh tokoh yang satu ini, seperti dalam geologi, fisika, sejarah, teologi, tasawuf, dan metafisika. Dengan keilmuan yang dalam, seringkali diundang seminar di berbagai negara dan kampus-kampus terkenal. Dengan itu, pemikirannya tersebar ke berbagai negara, baik Barat maupun Timur.
Berbeda dengan karya-karyanya yang lain, buku ini terlihat istimewa bagi pembaca. Menguraikan dengan lengkap dan teliti tentang beberapa tokoh dan pemikiranya, juga sumber-sumber bacaannya yang lengkap, sehingga ketika dibaca benar-benar mengetahui secara mudah dan jelas perbedaan pemikiran diantara tiga tokoh sentralnya. Perlu diingat, buku ini menuliskan biografi tiga tokoh, lengkap beserta guru dan karya-karyanya yang dipelajari, membuat pembaca seperti membaca rangkuman buku-buku dan pemikiran yang beraneka ragam yang ditulis dalam satu buku.
Tokoh pertama yang dibahas dalam buku ini adalah Ibnu Sina. Ibnu Sina ditulis sebagai tokoh yang berpaham flsafat peripatetik. Yaitu paham filsafat yang dinisbatkan pada Aristoteles. Di tangan para filsuf muslim terlebih Ibnu Sina, dikembangkan lagi menjadi sebuah sintesa ilmu antara ajaran-ajaran Islam, aristotelianisme dan platonisme, baik alexandrian maupun athenian, juga ajaran plotinus dengan perpaduan wahyu Islam. Filsafat ini, lebih menekankan bahwa sesuatu harus diterima nalar, dan logika adalah pemeran utamanya.
Sebelum Ibnu Sina, dijelaskan pula tokoh-tokoh filsafat peripatetik, yang tentunya mempunyai jalur sanad dan guru yang sama dengan Ibnu Sina sampai ke Aristoteles. Seperti Al Kindi dan Al Farabi. Tokoh yang disebut terakhir, di juluki guru kedua bagi dunia filsafat. Karena berhasil membuat buku yang mengupas pemikiran Aristoteles secara lengkap dan mudah dipahami. Sedangkan guru pertamanya, diberikan kepada Aristoteles sebagai pembuka dan pencetus ajaran-ajaran filsafatya.
Bahkan dikatakan, Ibnu Sina telah membaca buku karya Aristoteles berulang-ulang kali, tetapi tetap saja gagal memahaminya. Baru, setelah Ibnu Sina membaca buku karangan Al farabi tersebut, seakan langsung paham dan mengerti jalan pikir filsafatnya. Ibnu Sina juga mengembangkan filsafatnya meliputi ilmu kosmologi, fisika, kedokteran, metafisika, dan Psikologi yang dibahas secara mendalam dibuku ini.
Tokoh selanjutnya adalah Suhrawardi. Yang bernama lengkap Syihabudin Yahya bin Habasy bin Amirak as-Suhrawardi adalah penerus filsafat peripatetiknya Ibnu Sina. Tapi, Suhrawardi telah menggabungkan dengan filsafat hasil pemikirannya, yang sering disebut isyraq atau pencerahan. Dalam bahasa kaum sufi, isyraq adalah keadaan dimana seseorang telah mencapai pencerahan rohani, melalui jalan perenungan dan pembersihan jiwa, sehingga Tuhan memberi pencerahan kepadanya. Berbeda dengan Ibnu Sina. Sumber-sumber filsafat Suhrawardi sangat banyak, diantaranya zoroastrianisme, phytagoranianisme, platonisme, dan hermenetisisme yang dipadukan dengan ajaran-ajaran Islam.
Suhrawardi mengatakan bahwa sumber kebijaksaan (filsafat) diwahyukan Tuhan kepada Nabi Adam As. atau Hermes yang dianggap sebagai peletak dasar filsafat dan ilmu pengetahuan. Lalu kebijaksanaan itu dibagi menjadi dua, satu di Mesir dan satunya lagi di Persia. Dari Mesir, kebijaksanaan merembet ke Yunani. Menurutnya, Yunani dan Persia termasuk peradaban islam karena memiliki satu sumber yaitu wahyu Tuhan.
Tingkatan orang-orang yang mengetahui, Suhrawardi membaginya menjadi empat. Pertama, orang yang haus ilmu dan menempuh jalan untuk memperolehnya. Kedua, orang yang telah memperoleh filsafat logika dan ilmu pengetahuan, serta asing dengan gnosis atau pencerahan atau isyraq. Ketiga, orang yang tidak peduli atas diskursif filsafat logika dan ilmu pengetahuan, tetapi telah membersihan jiwanya sehingga mencapai tingkat intuitif intelektual dan pencerahan batin. Keempat, orang yang telah menyempurnakan filsafat logika dan ilmu pengetahuan, serta memperoleh isyraq atau pencerahan. Dan dia menyebut dirinya sendiri termasuk di tingkatan keempat.
Tokoh yang terakhir dibahas adalah Ibnu Arabi yang bergelar Muhyidin atau penghidup agama. Lahir di Murcia, Spanyol Selatan pada tahun 560H/1165M dari keluarga berdarah Arab asli dari Bani Thai’i. Ibnu Arabi mengembara mencari ilmu dari Spanyol, Maroko, Afrika Utara, Mekah, Baghdad, Kufah, sampai ke Anatolia. Tokoh yang satu ini ikonnya tasawuf, bahkan dijuluki mahaguru tasawuf. Ketika ia lahir, tasawuf sudah terkandung secara implisit dalam pernyataan-pernyataan dan karya-karya tokoh tasawuf sebelumnya. Maka, ia menjadi penjelas yang sebenaranya mengenai esotoris Islam atau tasawuf yang merujuk pernyataan dan karya-karya tokoh sebelumnya.
Doktrin terkenal Ibnu Arabi adalah wahdah al-wujud dan manusia universal. Maksudnya, wahdah al-wujud adalah kesatuan transenden wujud yang berarti bahwa disamping Tuhan itu transenden secara mutlak dalam kaitannya alam semesta, semesta tidak sepenuhnya terpisah dari-Nya, melainkan “semesta ditengelamkan secara misterius kedalam Tuhan”. Sedangkan manusia universal dalam pandangan Ibnu Arabi adalah tajalli atau penampakan total dari nama-nama Tuhan. Ia merupakan keseluruhan semesta dalam kesatuannya, alam semesta sebagai makrokosmos dan manusia sebagai mikrokosmos. Pandangan-pandangan Ibnu Arabi ini sering bertentangan dengan pendapat ahli fiqh. Bahkan ia sudah biasa dikecam dan diusir dari suatu daerah ke daerah lain karena pandangan yang berbeda.
Buku yang ditulis oleh tokoh Islam yang berkebangsan Iran ini, sangat membantu bagi orang-orang yang meminati dunia Filsafat Islam. Dengan pemaparannya yang runtut, serta perbandingan tokoh-tokoh yang jelas memungkinkan untuk memahami dunia filsafat Islam dengan mudah, menjadikan buku ini termasuk buku pengantar filsafat Islam yang cukup lengkap.
———- *** ————

Tags: